🌱Two

2.8K 335 125
                                    

Sasuke menatap tajam Hinata yang semenjak tadi tak membalas tatapannya. Dalam hati ia bingung, bingung akan rasa takut yang tiba-tiba menyeruak tanpa bisa di cegahnya.

Perasaan takut apa itu? Bukankah ia sangat menginginkan kebebasannya yang berarti berpisah dari Hinata? Tapi kenapa saat permintaan untuk bercerai terucap dari belah bibir mungil milik wanita yang berstatuskan sebagai istrinya itu ia jadi ragu dan takut? Kenapa?

"Tidurlah, kau pasti lelah." ucap Sasuke setelah terdiam cukup lama. Pikirannya masih mencerna akan tiap kata yang terlontar dari belah bibir istrinya, Hinata.

Ia tidak ingin mendengar apapun, tidak sebelum ia tahu alasan dibalik rasa ragu dan takut yang melingkupinya. Dengan tatapan yang berubah menyendu, Sasuke menggeser kursi makannya dan berniat untuk pergi untuk menenangkan diri. Ia butuh menenangkan pikiran, namun belum selangkah kakinya bergerak, Hinata berhasil membuat tubuhnya membeku di tempat.

"Apa kau mencintaiku?"

Sebuah kalimat yang entah mengapa membuat tenggorokan Sasuke tiba-tiba terasa kering.

"Kau tahu? Aku selalu termenung setiap malamnya. Rasanya sedih, sangat sedih. Tapi kau selalu berhasil membuatku melupakan rasa sedihku hanya dengan sedikit perhatian yang kau berikan padaku. Ya, hanya karena sedikit perhatian darimu aku jadi besar kepala."

Sasuke mengepalkan tangannya kuat, ia tidak ingin mendengar apapun karena hal itu hanya membuat rasa takutnya semakin menjadi.

Hinata sendiri sudah tak peduli lagi, ia ingin meluapkan isi hatinya. Hati yang selama hampir satu tahun ini ia bohongi nyatanya sudah menyembunyikan lukanya yang cukup dalam. Bersikap seolah semua wajar, yang terjadi justru ia sedang membodohi dirinya sendiri.

"Seperti yang Sasuke katakan. Sakura adalah sahabatnya dan itu sudah cukup untukku percaya bahwa tidak ada hubungan lebih diantara mereka."

Sebuah kalimat penyangkalan untuk menguatkan hati disaat kenyataan sudah berada tepat di depan mata.

Sakura Haruno, siapa yang tak mengenal gadis musim semi itu? Bahkan Hinata yang notabene merupakan orang baru diantara Sasuke dan teman-temannya bisa langsung mengenal jauh sosok Sakura sang primadona, cinta pertama Sasuke.

Hinata tahu, sangat tahu, tapi dengan bodohnya ia berpura-pura buta dan tuli akan fakta yang tersaji di hadapannya.

Ia hanyalah si bungsu Hyuuga yang pemalu dan selalu berlindung dibalik punggung kokoh kakak lelakinya. Bahkan saat pertemuan pertamanya dengan Sasuke, ia masih bersembunyi dibalik punggung kokoh sang kakak dan berharap hal itu bisa menyembunyikan tubuh mungilnya dari tatapan beberapa pasang iris jelaga yang sedang menatapnya penuh minat minus Sasuke. Pemuda itu hanya menatapnya tanpa ekspresi seolah jiwanya tengah terbang jauh dari raganya.

Ya, pertemuan itu merupakan awal dari terciptanya benang kusut yang menghubungkan mereka.

Jika ada yang bertanya apa Hinata terpaksa menerima perjodohan itu maka jawabannya adalah tidak. Hinata menyukai Sasuke sejak pertemuan pertama mereka, dan dengan tak tahu malunya, perasaan sukanya sedikit demi sedikit mulai berkembang menjadi rasa yang lebih dalam yaitu cinta. Tapi bagaimana dengan Sasuke? Yang terjadi justru sebaliknya, Sasuke terpaksa menerima perjodohan tersebut hingga mengakibatkan kehancuran pada mimpi indahnya.

"Harusnya aku sadar jika selama ini tidak ada Hinata dalam setiap tarikan napasmu bahkan dalam pikiranmu." tarikan napas yang terdengar panjang itu menyentak kesadaran Sasuke, dengan cepat ia menoleh demi menatap gadis yang kini tengah terisak sembari menutupi wajahnya dengan telapak tangan.

"Hina—"

"Aku lelah, Sasuke... Aku lelah... Jika kau tidak mencintaiku kenapa kau tidak mengatakannya sejak awal agar aku tak perlu berharap padamu?" bisikan itu terdengar begitu lirih hingga rasanya Sasuke ingin segera berlari dan menerjang tubuh ringkih yang terlihat rapuh itu untuk dipeluknya namun tak bisa.

STITCHESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang