Third Option

823 177 68
                                    


Rush hour merupakan waktu yang paling dihindari oleh siapapun yang menggunakan transportasi umum sampai ke tujuan mereka. Namun, sekeras perjuanganmu menghindarinya justru mereka mengikatmu tanpa disangka. Mereka unpredictable, ketika kau kira kau sudah berangkat lebih dahulu untuk menghindarinya, justru ia secara frontal menerjangmu.

Sama seperti situasinya saat ini.

Pagi itu, Haruno Sakura merasa bahwa ia seharusnya telah berhasil melewati rush hour. Lihat, tapi nyatanya apa ini...?

Saat ini, perempuan usia dua puluh tujuh itu terjebak dalam commuter line yang sangat dipenuhi oleh ratusan orang yang memiliki tujuan yang berbeda-beda. Saking padatnya commuter line ini, berbagai macam aroma beradu menjadi satu. Untungnya, ini masih pagi.

Posisi tempatnya berdiri saat ini sungguh kurang menguntungkan. Hidungnya saja nyaris menyentuh kaca pintu kereta.

'Tahan, Sakura. Dua stasiun lagi, dua lagi.'

Dalam hati, ia merapal serangkaian kalimat demi menyemangati diri.

"Sesaat lagi, kereta akan tiba di Stasiun Y. Bagi penumpang yang ingin turun, pastikan barang-barang dan tiket Anda tidak ada yang tertinggal di rangkaian kereta."

Suara dari operator memenuhi seluruh gerbong kereta. Mereka yang ingin turun di Stasiun Y, mulai berjuang menembus kerumunan. Yang tentu saja memberikan impact pada Haruno Sakura yang tergencet di dekat pintu. Ia sendiri bahkan merasa tidak dapat bernapas.

Emerald-nya refleks membulat, membuat muskulus konstriktor pupilnya bereaksi tatkala melihat pemandangan di hadapannya. Barisan orang menunggu di peron Stasiun Y sangat banyak. Mereka tengah bersiap untuk mengambil kereta ini. Bahkan Sakura sendiri bingung, apakah mereka yakin ingin naik kereta yang ini?

"Stasiun Y! Hati-hati, pintu yang akan dibuka adalah pintu sebelah kanan dari arah jalannya kereta."

Sakura menyiapkan kuda-kuda untuk bertahan dari desakkan penumpang yang ingin turun, juga penumpang dari stasiun Y yang ingin naik. Posisinya sangat terdesak.

Saat ini, ia hanya punya dua pilihan. Terdorong keluar lalu terlambat pergi ke rumah sakit untuk bekerja—lalu terkena raungan maut Tsunade-sensei—atau bertahan dan selamat sampai rumah sakit?

Untuk saat ini, ia akan mengusahakan pilihan pertama. Namun, siapa yang menyangka bahwa Yang di Atas menentukan opsi ketiga untuk dirinya?

Opsi ketiga yang dimaksud. Terjadi dalam sekejap. Baru saja operator memberikan notifikasi perihal pintu yang akan dibuka dan selanjutnya Sakura diterjang oleh penumpang yang mendesak dirinya untuk berusaha masuk. Lalu disusul...

...Splash!

"Aduh!"

Dalam hitungannya detik, reseptor ruffini di permukaan kulitnya memberikan sinyal ke otak untuk menerjemahkan perasaan panas. Kemudian diikuti dengan reaksi inflamasi pada kulitnya yang berubah warna menjadi merah.

Pagi itu, di commuter line gerbong lima dan di peron tiga Stasiun Y, lengan Haruno Sakura resmi dicium oleh americano panas.

Sempat terjadi keheningan beberapa saat. Sakura memandangi onyx tersangka utama pada insiden pagi hari ini dengan tatapan tidak percaya.

Third OptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang