|1|

26 3 5
                                    

Aku ingin mengisahkan cerita yang entah akan terasa membosan,monoton atau hal buruk menurut kalian. Tapi aku merasa perlu berbagi setiap rangkaian kisah hidup yang sebenarnya tidak menyenangkan sama sekali. Jika bagian pertama tidak membuat kalian terkesan, ya sudah. Aku tidak berharap besar cerita ini akan menembus sampai menjadi sebuah buku berisi ratusan lembar.

Aku adalah seorang laki-laki yang tidak setampan yang kalian bayangkan. Tubuh ku terlalu tinggi untuk anak remaja berusia 17 tahun dan sedikit kurus. Warna kulit tidak terlalu terang dan juga tidak terlalu gelap. Kulit wajah yang kusam dan rambut yang dicukur di tukang pangkas pinggir jalan. Harganya murah, tak menguras setengah isi dompet ku.

Tinggal seorang diri dikota kecil padat penduduk ini membuat ku hampir gila. Usia ku yang masih 17 tahun dan menduduki sekolah tingkat terakhir---tidak menikmati masa remaja dengan baik--- Bahkan aku dirundung oleh teman sekelas ku. Mereka sering mengejek ku dengan sebutan kepiting , dengan alasan jalan ku yang aneh. Entahlah aku tidak merasa demikian.

Aku tidak punya keluarga, saudara, bahkan teman pun tak ada. Jangan tanya aku orang yang seperti apa, kalian pun akan bisa menganalisis kehidupan ku setelah membaca cerita ini. Terlahir tanpa tahu siapa orang tua ku. Dibesarkan di sebuah panti yang sangat sederhana, hanya diisi oleh 10 anak berusia balita. Dari sana aku berasal. Entah berwajah seperti apa orang tua ku yang sudah tega membiarkan ku hidup sekeras ini.

Aku memutuskan untuk keluar dari panti saat berusia 14 tahun dan menyewa kamar yang ku bayar tiap bulan dengan hasil jerih payah ku bekerja paruh waktu. Untung nya biaya sekolah masih di tanggung pihak panti yang masih mau menyekolahkan ku sampai tamatan terakhir walau aku sudah keluar dari tempat itu.

Terbiasa hidup sendiri tanpa campur tangan orang lain membuat diri ini terasa lelah. Sesekali aku menyenangkan diri dengan membeli sekotak donat yang ku beli sebulan sekali. Membelinya pun aku harus menyisihkan upah ku bekerja. Memang harga donat itu tidak mahal bagi orang-orang yang memiliki hidup ditanggung orang tua. Berbeda bagi ku, bahkan nasi padang terlalu mewah untuk dimakan sekali waktu.

Sulitnya melewati hari seorang diri, bahkan dunia terlihat mengasihani. Jalanan yang tak pernah sepi atau terasa mati tak membuat aku terhibur walau sejenak. Hanya bayangan ku saja yang selalu mengikuti dan tak kunjung pergi. Seandainya bayangan ku bisa bicara, mungkin ia akan berjalan sendiri mencari kehidupan yang lebih menyenangkan. Ketimbang harus terjebak dalam alur hidup yang sama sekali tak membuat orang tertarik.

Saat aku bercermin, tak bisa ku lihat diri ku yang sebenarnya. Hanya menampakkan laki-laki jangkung dengan postur tubuh yang tak menggoda wanita manapun. Ingin ku hidup seperti kalian. Terasa hangat di tengah-tengah keluarga yang harmonis, mempunyai banyak teman, memiliki mobil ataupun motor sport, dan seorang gadis cantik. Sayangnya tak ku punya salah satu diantaranya. Yang ada hanya aku yang hidup sendiri dengan bekerja ditoko permen. Berbaur dengan pelanggan yang kebanyakan adalah anak-anak.

"Satu permen kapas biru dan tiga permen gagang rasa melon." Aku memberikan satu---kantung plastik bertulisan candy love ---kepada anak laki-laki berusia 6 tahun. Ia menerima nya dengan semangat, lalu memberikan uang pas sebagai bayaran.

"Terimakasih kak Banu."

Aku tersenyum ramah, "kembali datang ke toko kami ya Banu kecil."

Ya, anak laki-laki ini namanya sama dengan ku. Banu. Ia adalah pelanggan setia toko ini. Ia akan mampir dan membeli pesanan yang sama setelah pulang dari rumah sakit. Banu kecil mempunyai penyakit kronis yang sampai saat ini aku pun tak tahu sakit apa. Ia tidak mau memberitahu dengan alasan ; bercerita hanya akan membuat nya sedih. Nama kami memang sama,tapi nasib kami berbeda. Walaupun mempunyai penyakit yang mungkin akan membuatnya mati, itu lebih baik. Dari pada hidup seperti aku yang tidak tahu harus dijalankan dengan bagaimana lagi. Melelahkan tapi tak bisa berhenti. Semua terus berjalan beriringan dengan waktu yang tak bisa ditahan.

Banu kecil berjalan keluar, menghampiri ibu nya yang selalu menunggu didalam mobil berwarna biru laut. Harga nya pasti mahal. Tak bisa ku bayangkan bagaimana senangnya aku menduduki kursi didalamnya. Tapi lagi-lagi rasa sadar diri menjalar ke pikiran ku.

"Sadar diri! Bahkan berdiri disamping mobil itu aku tak pantas." Batin ku.

Matahari sudah mulai tenggelam. Sejak tadi toko permen ini tak kunjung sepi. Ada yang pergi, lalu ada yang datang. Mengisi setiap letak ruangan yang dominan berwarna putih dan pink. Suara gelak tawa anak kecil, rengekan permohonan pada ibu nya, suara beradu sepatu dan lantai yang menggangu pendengaran ku. Sebenarnya aku muak bekerja disini, melihat orang-orang terutama anak-anak yang terlihat tak punya beban. Diusia dulu ku seperti mereka, tak ku habiskan dengan baik. Perihal orang tua, tak bisa ku rasakan bagaimana rasanya.

"Hei Banu, jangan bengong! Liat pelanggan kita, udah mengantri dari tadi." Dia Nara, wanita teramah yang ku kenal. Usia nya 20 tahunan tapi seperti gadis berusia 16 tahun. Mungkin karena tubuh nya yang mungil, atau mulut nya yang cerewet.

Candy Love tutup pukul 10 malam. Aku sampai heran, jika yang datang di toko ini lebih banyak pelanggan anak-anak mengapa harus tutup diwaktu hampir larut malam begini? Bukankah anak-anak enggan untuk keluar malam?

"Huahhh! Seperti biasa, ramai pengunjung." Nara meregangkan tangannya yang pegal. Aku hanya diam tak menjawab.

"Banu, apa kamu gak bisa menjawab omongan ku?"

Yang diucap Nara benar, aku memang jarang bahkan hanya berbicara tentang hal yang penting-penting saja. Aku berbeda saat bersama pelanggan. Karena aku bekerja dibagian kasir, dan lebih banyak pelanggan anak-anak. Tak mungkin rasanya diam saja menerima uang dan memberikan pesanan mereka. Akan tidak sopan jika harus menjadi aku yang selalu menutup diri. Di depan pelanggan, aku melakukan tipu daya menjadi orang yang ramah dan bersahabat. Padahal nyatanya aku seperti terkurung dalam sangkar yang hanya cukup untuk ku bernapas.

Aku membersihkan meja kasir sebelum aku pulang dari Candy Love. Kaki ku lemas akibat terus-terusan berdiri tanpa henti. Rasanya seperti akan copot.

"Mau pulang sama-sama?" Tawar Nara yang selalu ia ucapkan setiap hendak pulang. Mungkin merasa kasihan pada ku, karena setiap berangkat dan pulang hanya mengandalkan kaki ku yang panjang ini. Untung nya kaki ku panjang,jadi berjalan pun akan terasa cepat karena langkah ku yang besar.

Aku menggeleng, tentu nya menolak. "Terimakasih."

"Di kasih yang mudah, malah mau yang susah." Nara meninggalkan ku lebih dulu.

Pukul 11 malam aku masih dalam perjalanan. Memasuki setiap gang kecil yang hanya diterangi lampu seadanya. Pencahayaan yang tidak terlalu terang. Bahkan untuk melihat dari kejauhan terlihat samar-samar.

Aku membuka pintu kamar ku lalu menekan saklar yang berada tepat di samping pintu. Lampu yang hampir redup membuat kamar yang kecil ini menjadi tambah sunyi. Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Tumpukan buku-buku yang berantakan, baju-baju yang berada di sisi kasur lantai, bawah jendela yang kecil, dan meja tempat ku meletakkan buku-buku. Aku meringis melihat tempat yang ku sebut rumah kelinci. Karena ukurannya yang terbilang kecil.

"Sebaiknya aku tidur, besok waktu nya sekolah dan sore hari yang digunakan untuk mencari uang. Sungguh hidup yang sangat menyusahkan."



🍃🍃🍃


Cerita yg ku buat untuk kalian yg sedang merasa rapuh, berkecimpung dalam banyak nya masalah, merasa hanya diri ini saja yg merasa paling parah.

Tenang,

Kalian tidak sendiri. Mulai sekarang, Banu akan menjadi teman kalian. Berbagi cerita yg sama pedihnya bahkan lebih dari apa yg kalian rasakan. Supaya kalian bisa berlapang dada, mengucap syukur. Bahwa setiap yg hidup sudah dibagi-bagi persoalan masalahnya, jalan keluarnya, dan bagaimana cara menyikapinya.
Kalian hanya perlu sabar, dan menundukan kepala melihat masih banyak beban yg dipikul, luka yg menumpuk, tangis yang tak bisa ditahan. Semua itu pasti ada, dan akan hilang nantinya❤

My World Is DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang