|2|

23 3 0
                                    

Bagi ku, hidup adalah bagaimana cara kita berpijak pada bumi yang didalamnya diisi dengan manusia-manusia yang sebagian hatinya telah mati. Terpaksa kuat atau hanya sekedar pura-pura. Itu bukan lagi sebuah pilihan. Melainkan keharusan.

"Lagi baca apa kepiting?" Pertanyaan yang sebenarnya adalah ejekan keluar dari mulut beracun milik Dani. Laki-laki dengan tubuh sedikit berisi, rambut nya hitam legam, iris mata yang coklat, tinggi badan yang tentu nya lebih pendek dari ku. Dani adalah orang yang menjengkelkan yang masuk didalam dunia ku. Dengan 5 orang teman nya yang selalu mengganggu orang-orang yang lemah agar mereka terlihat kuat dan ditakuti. Padahal itu adalah cara pengecut untuk dipandang orang lain.

Aku tak menggubris ucapannya, memilih untuk lanjut membaca novel fantasi yang Nara pinjamkan padaku tempo hari. Namun tetap saja, Dani dengan sengaja mengambil alih buku yang lumayan tebal dari tangan ku.

"Kembalikan!" Ucap ku dengan nada yang lebih tinggi dari biasanya. Aku kesal, itu adalah barang milik Nara. Yang ia pinjamkan dengan alasan ; sebaiknya kamu membaca novel ini, biar hari mu lebih menyenangkan.

"Kepiting udah pandai bicara?" Ejek teman Dani yang aku tak pernah tahu nama-nama teman segerombolan nya. Tak peduli dengan orang lain, lalu mengapa hidup diusik dengan orang seperti mereka? Memangnya salah jika aku hidup dengan penampilan seperti ini? Dengan latar belakang yang begini? Kalau pun ada salahnya, tak bisakah mereka diam saja tak usah ikut masuk kedalam permainan hidup ku yang memang sudah rumit?

"Hemmm.." Dani nampak berpikir seraya membolak-balik buku milik Nara. "Disobek atau dibakar?"

Jangan gila, tolong!

"Mulut lo yang gue sobek!" Suara yang tiba-tiba datang berhasil memberhentikan aksi Dani yang hampir membakar buku itu dengan korek gas yang ia ambil dari dalam kantung celananya.

"Siapa lo? Kayanya gue baru liat. Anak baru?" Ujar Dani.

Wanita dengan rambut lurus sepundak, kulit sawo matang namun terlihat manis, lesung pipi disebelah kiri yang masih bisa terlihat walau ia hanya bicara. Tubuhnya tinggi semampai, bak model papan atas dengan berat badan ideal.

"Ternyata selain gak ganteng, kalian juga menyebalkan ya?"

6 laki-laki yang selalu menggangu ku diam sejenak. Sampai akhirnya Dani sang ketua geng membalas ucapan gadis itu. "Ternyata selain cantik, lo juga sok berani ya?" Dani mendekat ke arah nya.

"Sini bukunya." Gadis itu menjulurkan tangannya, berharap Dani memberikan buku itu dengan mudah. Tapi yang terjadi malah---

Dani menarik uluran tangan gadis itu dan membawanya kedalam dekapan laki-laki yang tinggi nya setara dengan nya. Keseperkian detik, barulah ia memundurkan langkah. "Cari mati." Kata gadis itu datar.

Segera ia ambil buku yang entah mengapa bisa mudah di rebut oleh nya. "Ikut gue." Tentu nya ucapan itu tertuju padaku, yang harus mengikuti nya untuk mengambil buku novel milik Nara.

Di koridor perpustakaan ia berhenti. Menyerahkan buku itu pada ku. "Nira" Aku mengerjapkan mata mencerna ucapannya.

"Nama gue Nira. Dan lo Banu."
"Jangan bingung, dan jangan banyak tanya. Gue emang di takdirin buat ketemu sama lo. Dan mengubah lo."

Terserah lah mau bagaimana lagi Tuhan mengatur hidup ku. Aku hanya bisa mengikuti nya sampai kaki yang ku punya tak mampu berjalan lagi. Gadis yang bernama Nira mengatakan akan mengubah ku? Mengubah seperti apa ya kira-kira? Menjadi lebih kuat dan bisa membalas perbuatan Dani dan teman-temannya? Menjadi tampan dan idola disekolah? Oh, ayolah. Aku tidak ingin keduanya. Aku hanya ingin hidup tenang tanpa ada gangguan siapapun. Hidup sendiri seperti ini tak apa, asal jangan ada yang mengusik ku saja itu sudah jauh dari kata cukup.

***

"Gimana sekolah mu?" Aku mengangkat kedua bahu. Nara memanyunkan bibirnya yang tipis. Ia manis, sungguh.

Seperti biasa, selesai sekolah aku langsung bekerja di Candy Love. Tempat dimana aku menggantungkan hidup. Dan seperti biasa, aku hanya ramah pada pengunjung. Lihat kan bagaimana kesal nya Nara yang tak mendapat jawaban sepatah pun dari ku?

Membicarakan Nara membuat ku teringat dengan Nira. Apa mereka kembar? Atau hanya adik kakak? Atau memang kebetulan nama yang hampir sama? Dilihat-lihat Nara dan Nira tidak ada kemiripan sama sekali. Mau dipandang dari sudut mana pun aku tak bisa menemukan kesamaan dengan keduanya.

Candy Love selalu ramai tidak hanya di waktu-waktu libur saja. Terbukti hari ini. Seperti biasa, kaki ku seakan ingin copot. Entah karena kebanyakan berdiri atau sudah tak kuat menopang beban dipundak.

Suara sepatu high heels beradu dengan lantai yang selalu bersih. Seakan acara difilm-film, aku melihat seseorang yang berjalan menghampiri ku dari ujung kakinya sampai keatas kepalanya. Dia----cantik.

"Hai, kita ketemu lagi."

Aku terpaku menatap senyumnya tanpa kedip. Gadis itu terkekeh melihat ku yang nampak seperti patung. Sial, aku malu.

"Lo kerja disini ya?"
"Oke, seharusnya gue gak perlu nanya gitu karena udah jelas-jelas lo berdiri dimeja kasir."

Aku mengangguk kikuk, "a--ada yang bisa dibantu?"

"Emmm... Gue mau permen yang paling laku disini."

Aku keluar dari meja kasir dan mengambil beberapa bungkus permen yang memang minggu-minggu ini paling laris. Setelah itu, aku kembali ke meja kasir. Tapi ku lihat gadis itu dan Nara melempar tatap, tak bisa ku mengerti apa artinya. Aku berdehem mengalihkan tatapan mereka yang terasa dingin.

"Kalian saling kenal?" aku memang orang yang tak perduli dengan orang-orang disekitar ku, tapi entah mengapa pertanyaan ini ingin sekali ku keluarkan.

"Nggak." jawab Nira. Nara hanya diam seraya melanjutkan pekerjaannya.

Setelah selesai membayar, Nira berlalu pergi.

"Kamu kenal sama orang itu?" Nara menatap penuh tanya. Aku sampai heran, apa yang terjadi diantara mereka. Sebenarnya aku tidak mau menjawab dan menganggap bahwa kejadian itu tidak lah penting. Tidak berpengaruh apapun dihidup ku. Tapi lagi-lagi Nara yang cerewet dengan segala pertanyaannya memaksa ku untuk menjawab.

"Dia anak baru, dan tadi membantu ku."

"Membantu mu dari si Dani itu?" aku mengangguk.

"Kamu kenal Nira? Nama kalian hampir sama, ku kira dia sodara mu." 

"Biasa saja, gak terlalu kenal juga gak terlalu dekat."

My World Is DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang