Mila mengikuti Dirga dari belakang.
"Dirga, ini teh jalannya beda sama yang tadi deh perasaan?" tanya Mila.
Dirga menoleh ke belakang dan mengisyaratkan untuk terus berjalan maju mengikutinya, tanpa berbicara.
Dari arah belakang terdengar langkah kaki seperti berlari, Dirga kemudian berlari seakan sesuatu yang ada di belakangnya adalah hewan buas. Ia mengisyaratkan Mila untuk bergerak cepat.
"Dirga tunggu," ucap Mila karena kecepatan Dirga yang cepat membuat jarak di antara mereka semakin melebar.
Jarak suara yang mengejar mereka semakin mendekat, Mila menjadi panik karena Dirga meninggalkannya agak jauh di depan, sementara suara di belakang mereka semakin mendekat.
Tiba-tiba sebuah tangan menarik tangan Karmila hingga membuatnya berteriak histeris, "Aaaaaaaaa."
Mila tak berani menoleh, ia menutup matanya karena takut.
"Mila! Mila! Mila! sadar Mila," ucap suara yang familiar itu.
"Dirga?" ucap Mila membuka matanya.
"Sadar kamu!" ucap Dirga.
"Lihat di depan kamu," pinta Dirga.
Sebuah jurang membentang luas, tinggal beberapa meter lagi Mila terjerumus.
"Beneran Dirga kan?" tanya Mila.
"Iya, Dirga beneran kok," balasnya.
Mila sontak memeluk tubuh Dirga karena ketakutan, ia menangis.
"Ayo, kita balik," ucap Dirga menenangkan Mila.
"Tadi Mila ngikutin Dirga, tapi ternyata bukan Dirga ...." ucapnya lirih.
"Gue juga liat lu, makanya tadi gue balik duluan, tapi ternyata yang ngikutin gue--" ucap Dirga dan ia memilih untuk tak melanjutkan bicaranya, dan sepertinya tanpa harus di jelaskan, Mila mengerti situasinya.
***
"Udah dua puluh menit nih," ucap Andis yang baru saja selesai makan.
"Tam, susul gih," pinta Andis.
Seketika bulu kuduk Tama merinding, ia menggelengkan kepala, tanda tak mau.
"Lu deh Jay," ucap Andis enteng.
"Gimana kalo lu aja?" balas Ajay.
"Kita bagi dua tim," usul Abet yang sedang memasak mie instan.
"Karena gua lagi masak, dan belum makan, gua di sini," ucap Abet.
"Terserah, pokoknya satu orang di sini sama gua, sisanya cari Dirga sama Mila."
Dan keputusan dilakukan melalui pertempuran sengit, yaitu hompimpa.
Dan Ajay yang terpilih untuk menemain Abet di pos 1, sementara Andis dan Tama mencari Dirga dan Mila.
"Hadeh... Yaudah kuy lah Tam," ucap Andis yang mengambil tas kecilnya dan berjalan menyusuri jalan yang dilalui Dirga, dengan Tama di belakangnya.
Mereka menyusuri jalan hingga berada di tempat yang menurut mereka cocok untuk membuang air kecil, "kayaknya sih mereka tadi di sini," ucap Andis.
Andis menemukan bungkusan putih, ia mengambilnya.
Pembalut? batin Andis.
Andis berdiri dan melihat ke sekelilingnya, "Firasat gua ga enak."
"Tam," ia memberikan pembalut itu pada Tama.
Tama membuka sarung tangannya dan menyentuh pembalut itu, sekelibat cinematic terlihat, ia melihat mundur beberapa menit ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantra : Ekspedisi Merapi
HorreurSpin off dari mantra coffee. Cerita ini berlatar sebelum anak-anak mantra pulang untuk berlibur ketika kenaikan semester 3 (Kejadian sebelum chapter 35 mantra coffee series) Dirga mengajak Andis, Tama, Ajay, Abet dan Mila untuk mendaki Gunung Merapi...