Dulu dan Sekarang

1.3K 120 32
                                    

5 tahun yang lalu

Hari sudah menunjukkan pukul tiga sore. Seorang anak laki-laki berumur lima belas tahun, tengah membuntuti kakak kelasnya yang baru pulang sekolah.

Terlihat, sekolah pada waktu itu sudah sepi. Hanya kedua anak tadi yang tersisa. Salah satunya tampak lusuh, dan wajahnya terdapat luka lebam. Dia tersenyum, meski perih di sudut bibir masih menyengat rasanya, tetapi langkah cepat tungkai kaki tidak urung kendur. Demi menyamai sosok yang menjadi alasannya tersenyum saat ini.

****

Panggil dia Wang Yibo. Junior yang sering dibuli, oleh senior di sekolah menengah pertamanya pada awal tahun masuk sebagai anak baru.

Yibo tidak tahu, kenapa dia diperlakukan demikian? Hanya menerima, berpikir mereka akan bosan dengan sendirinya. Akan tetapi, beberapa anak sudah keterlaluan.

Yibo bertanya sembari meringis, menahan sakit.
"Kenapa kalian tidak bosan memperlakukan aku seperti ini ... padahal aku saja tidak pernah mendekati kalian!" serunya.

Dia memegangi area perutnya yang mulai sakit, akibat tendangan dari salah satu anak yang sering membullinya.

"Jangan salahkan kami, kau pantas mendapatkannya ... anak sok kaya dan sombong sepertimu harus tau rasa! Apalagi kembaranmu itu ... katakan padanya untuk berhenti juga membulli kami dan memfitnah kami di depan guru!" seloroh anak lain yang juga memandang Yibo sengit.

Yibo tercengang dengan alasan yang dikatakan mereka. "Kenapa tidak kalian katakan, Ssssh ... Sendiri padanya! Aku bahkan tidak sekelas dengannya." Yibo meringis lagi memegangi sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.

"Kalau kami bisa sudah kami lakukan, sayangnya ibumu melindunginya. Kami tidak bisa membalas perlakuannya, tapi kau ..." Tunjuk anak laki-laki yang paling depan berdiri lalu berkacak pinggang. "Setelah kami perhatikan, Ibumu bahkan hanya datang menjemput kembaranmu dan mengadulah pada kakak ... mungkin dia hanya akan bersembunyi seperti kucing di bawah ketiak ibunya."

Setelah menjawab pertanyaan Yibo keenam anak itu pergi dengan di-iringi canda tawa, penuh rasa puas. Meninggalkan Yibo termenung, dengan rasa sakit yang makin terasa pada sekujur tubuhnya.

Perlahan dia mulai mencoba bangun, menepuk-nepuk–––membersihkan noda dan debu yang menempel pada pakaiannya. Sepanjang jalan dia merenungi semua perkataan anak-anak tadi.

Dia membenarkan bahwa apa yang mereka katakan. Orang lain saja bisa tahu hanya dengan mengamati beberapa kali, tetapi Yibo menepis semua.

Berpikir bahwa ibunya hanya lebih bangga pada kakak, karena banyaknya prestasi dan penyandang gelar pewaris utama di keluarga Wang.

Sepanjang jalan dia menahan sakit, menapaki aspal jalan pulang dengan air mata yang mengalir turun dari sudut mata. Berharap setelah sampai rumah, dirinya akan disambut pelukan dan rasa khawatir yang dramatis dengan kondisinya.

Sayang, saat Yibo sampai di dalam rumah, memasuki ruang tamu. Dia mendapati sang ibu sedang bercanda gurau dengan sang kakak tanpa menoleh barang sedetik pun padanya.

Wajah Yibo bertambah muram, melewati ruang tamu dengan pundak yang turun, lesu.

"Berhenti!"

Langkah Yibo terhenti. Anak laki-laki itu mendongakkan wajah dengan ekspresi datar, sudut kiri bibirnya sedikit melengkung. Ia menoleh pada sang ibu yang melihatnya dengan ekspresi sulit terbaca tapi, entah kenapa Yibo merasa tidak suka dengan tatapan itu hingga Ia hanya diam.  Mata bulatnya sesekali mengerjap bersamaan dengan deru nafasnya yang tersengal perlahan.

"Dari mana saja kamu, Yibo. Kenapa pakaianmu lusuh begitu, mana wajahmu memar semua ...!"  ujar sang ibu dengan suara yang agak melengking.

"A—Aku, Aku ...."

My Sunshine [ Yizhan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang