Awal - Kerlingan

905 61 7
                                    

“yah itu apa?”

“foto terbaru dia..” gumam ayahnya

“cantik yah..” gumam leon meneliti foto yang berada ditangan ayahnya.

“berjanji pada ayah kau harus menjaganya” perintah ayahnya tegas.

“yah.. leon akan janji yah..” gumam leon tersenyum pasti.

“dan berjanji juga satu hal….” Leon menatap ayahnya menunggu ayahnya melanjutkan kalimatnya.

“jangan jatuh cinta padanya.” Gumam ayahnya tajam

“Kenapa?” gumam leon bertanya dengan nada penasaranya.

“Hanya ayah yang boleh tau alasanya.” Gumam ayahnya kemudian meninggalkan leon.

---

Cklek..

        Pintu ruang UKS tersa dibuka. Nia yang tengah berbaring menyamping merubah posisinya berniat melihat orang yang membuka pintu. Dia mengusap mata yang berhias bulu mata lentiknya dengan perlahan dan memfokuskan penglihatannya pada objek yang berjalan kearahnya.

        “kamu tidak apa-apa?” suara seorang cowok yang menghiasi harinya dan selalu bersamanya sejak dia lahir terdengar khawatir.

        Nia membuang muka kesamping dan melipat kedua tanganyya didada. Kebiasaannya ketika ngambek sejak kecil tak ayal memancing senyuman cowok dihadapannya. Cowok itu mendekat dan mendudukkan dirinya disudut ranjang UKS menatap nia yang masih setia dengan posisi ngambeknya.

        “Hey.. kaka Tanya kamu tidak apa-apa?” ucap sang cowok mengangkat tanganyya dan mengusap lengan nia dengan perlahan berharap perhatian nia teralih kepadanya dan benar saja perlahan nia memalingkan wajahnya menatap cowok disampingnya.

        “Gak pa-pa..” ketus nia menjawab dengan singkat.

        “bener? Coba kaka periksa..” gumam sang cowok kemudian mengulurkan tanganya kearah perut nia yang masih terbungkus seragam SMP.

        “nia bilang nia gak apa-apa pergi sana.” Sentak nia menjauhkan tangan sang cowok dengan kesal.

        “kaka cuman mau mastiin. Kok kamu marah-marah sih? Apa salah kaka?” gumam sang cowok sabar.

        “cihh.. pura-pura gak. Tau. Nia benci ka Nin..” pekik nia mengerucutkan bibirnya yang mau tidak mau membuat sang cowok gemas melihatnya.

        “tapi kaka sayang sama nia gimana dong..” ucap sang cowok sembari mendekat memeluk nia.

        “yah.. jurus andalan keluar lagi kan.. kalo gini mah aku gagal marah.” Gumam nia dalam hati.

        “jadi sekarang ayo cerita apa yang buat nia marah sama kaka..” gumam cowok itu menyandarkan dagunya dibahu nia dan memeluknya dari belakang.

        “nia cuman sebel aja. Kak nin malah biarin cewek cempreng itu treakin nia dan nyuruh nia jalan bebek. Nia kira dengan adanya kak nin jadi panitia ospek nia gak bakal kena hukum.” Desis nia dengan poutan yang masih melekat dibibirnya.

        “mana bisa begitu? Kekanakan.” Gumam cowok setengah tertawa.

        “nia gak kekanakan kak. Nia udah es-em-ah..” pekik nia marah dan melepaskan pelukan cowok itu.

                “emang nia udah SMA tapi tingkahnya kayak anak-anak. Ambekan..” gumam cowok itu dan meraih nia lagi kemudian memeluknya.

“gak nia gak gitu..” nia berusaha mengelak untuk dipeluk.

        “mana mungkin kaka marahin mereka hanya karena mereka nyuru nia jalan bebek? Kan kaka ketua panitianya kaka harus professional dong. Masa cuman gara-gara adik kaka ada jadi salahsatu siswa baru maka kaka harus buat pengecualian dan gak professional. Lagi pula kaka takut kalau mereka semua tau kamu adik kaka. Hidup kamu gak bakal tenang karena…” ucapan cowok itu terhenti karena nia segera menyela.

        “karena kaka banyak penggemarnya? Banyak yang naksir? Kayak waktu di SMP sulu? Yang nia sampai masuk rumah sakit karena dikeroyokin gitu?” ujar nia sinis.

        “yah kurang lebih seperti itu.” Cengir sang cowok.

        “nia udah SMA kak. Dan nia juga udah jago bela diri nia. Nia gak bakal mau ditindas kayak dulu. Dan satu lagi. narsisnya kaka gak pernah turun yah…” nia menoyor kepala cowok itu dengan keras.

        “nia.. sakit..” desis cowok itu dengan geraman. Kemudian menatap nia tajam.

        “hehe.. maaf kak nin sayang..” nia tersenyum memasang eyesmilenya dan menaikkan jari telunjuk dan tengahnya membentuk “V”

        “kamu tuh yah..” ekspresi tajam cowok itu berubah lembut dan mengusap rambut nia dengan sayang.

        “tapi kamu beneeran gak apa kan dek?” mata cowok itu meneliti setiap jengkal tubuh nia.

        “gak..hehhe.. nia kan boong tadi..” gumam nia kemudian memasang senyum polos.

        “kamu tuh yah.. bikin kaka khawatir aja kaka kira penyakit perut bulanan kamu kambuh..” ucap cowok dengan nada sebal.

        Nia menggeleng dan tersenyum. Suara langkah dari luar ruangan terdengar mendekat. Sang cowok segera berdidi dan bersembunyi dibalik pintu yang terbuka.

        “eh… elo yang sakit perut tadi kan? Ke Aula sekarang mala mau ketemu sama lu.” Gumam seseorang gadis bertubuh besar yang muncul dibalik pintu.

        “tapi nia masih sakit kak..” nia meringis memegang perutnya.

        “gak ada Alasan. Elo yang berdiri pergi sendiri atau gue yang nyeret Elo.” Desis sang gadis bertubuh besar dengan keras

        “Ada apa ini?” ujar cowok yang tadi sembunyi dibalik pintu.

        “Oh.. itu.. itu… dia diminta untuk nemuin mala..” kata sang gadis tergagu.

        “Dia sakit. Biaarkan dia istirahat. Dimana mala biar aku yang menemuinya memberitahu.” Gumam cowok itu dan member kode agar gadis bertubuh besar menunjukkan jalan. Sebelum pintu tertutup cowok itu berbalik dan menatap nia kemudian mengerlingkan matanya dan tersenyun. Yang dibalas nia dengan kiss bye.

Okey ini gaje. Terus terang aku baru pertama nulis ganre teelit gini. Masih bingung mau dikemanain ceritanya. Thanks untuk yang mau baca. Apa lagi kalo mau kasih vote..kkkk

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Twins : Love OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang