3. Kembali?

5 0 0
                                    

"kalo udah jodoh, mau pisah sejauh apapun ya pasti ketemu. Kalo nggak jodoh, mau sedekat apapun ya ga bakal bisa sama-sama"
-Nara

Waktu berjalan sangat cepat, Nara yang pintar, dan rajin. Berubah menjadi Nara yang pemalas, dan bodo amat dengan segala hal yang tidak penting. Dia kini menjadi gadis yang sangat friendly.

3 tahun kemudian....

"Kita bakal pindah kerumah yang dulu, dan kamu akan sekolah disana. Jadi siapkan barang barang kamu." Ujar ibu Nara

"Secepat itu?!!" Tanya Nara dengan nada sedikit berteriak.

"Ya, akan lebih baik jika kita tinggal disana. Pergaulan disini tidak baik untukmu, Rara." Jawab ayah Nara dengan nada halus penuh perhatian.

Ayah adalah kelemahan terbesar yang dimiliki Nara, bahkan jika harus memilih nyawa atau ayah, tanpa ragu Nara akan menjawab, Ayah. Baginya tidak ada seseorang yang mampu menyayangi dirinya melebihi sang ayah.

Dia juga menyayangi ibunya, tapi tidak sebesar rasa yang dia berikan kepada ayahnya. Itu bukan tanpa sebab, melainkan ada suatu kejadian yang membuat Nara lebih memilih ayahnya. Dia memang tidak pernah mengungkapkan rasa sayang itu, tapi seluruh dunia pun tahu jika Nara menganggap ayah adalah dunia dan segalanya.

"Ya, terserah aja." ujar Nara dengan senyum tulusnya.

"Jadi sekolah dimana kamu, hm?" Tanya ayah Nara.

"Kemungkinan di SMA Elang Bhakti, yah. Nilaiku nggak bisa bersaing kalo harus di SMA favorit yang dibilang ibu, maaf kalo aku nggak bisa jadi yang terbaik" jawab Nara dengan nada sedu.

"Hei, tidak tidak. Bukankah sekolah itu cukup dekat dengan rumah kita yang dulu? Dan itu juga SMA favorit menurut ayah, apapun tentang mu selalu favorit dimata ayah, Rara. Jangan sedih yaa" hiburnya.

"Terimakasih, ayah. Kau lebih baik dari apapun, bagiku kau adalah kesatria tanpa pedang. Kau selalu ada, kau rela melakukan apapun hanya untukku, seorang anak yang bahkan masih belum bisa membanggakan mu" tanpa disadari, ada setetes air mata yang jatuh dari mata indah Nara.

"Hei, cengeng!" candaan ayah Nara.

"Sudahlah, kau membuat anakku menangis. Ututu sayang, bayi besarnya ibuu. Hahahaha" goda ibu Nara.

"Ish ibu, ayah, ihh" kesal Nara tapi tetap tidak menutupi kebahagiaan nya.

Pernahkah kalian membayangkan apa yang akan kalian lakukan jika, salah satu orang yang sangat kalian sayangi diambil oleh sang Maha Kuasa?
Dipisahkan dari orang tua untuk selamanya adalah ketakutan terbesar Nara. Semua memang tidak ada yang abadi, tetapi kenangannya selalu membekas di hati.

Nara POV.....

"Apa apaan nih, terus gua harus adaptasi dan nyari temen lagi?" Ujar ku dalam hati.

"Dan kebahagiaan ini, gua harap bakal terus seperti ini Tuhan. Jangan Kau ambil seseorang dalam hidupku, kecuali saat gua udah bisa bikin dia bahagia. Bahkan kalo gua udah membahagiakannya, gua tetap bakal gak bisa menerima itu. Percayalah, gua belum pernah ngerasain kehilangan. Dan gua takut akan hal itu." Sekali lagi gua berbicara dengan diri gua sendiri.

Udah gila emang gua🤪

🌹Dark Crew🌹

P
Woi gais
Pada kemana si :(

Awajan : Ngapain?

Melmel : kenapa Ra?

Gpp
:)

Milen : gaje anying

Bangstart
Gua mau pindah
Gada kata perpisahan gitu?
:(

Awajan : kmn?

Milen : Boong lu gak lucu, nyet.

Anistri : wushh, apanihh weh

GUA PINDAH RUMAH BANGSTA.
Babi emang, gua sedih nih.

Milen : lah, cok. Kapan pindah?

Melmel : prank nih pasti

Milen : PRANK BUKAN NIH WOI!! @NARA

ENGGAK TAI, BUKAN PRANK😑
AU, MLS GUA. MUSNAH SONO KALIAN!

"Bangsat banget, lagi sedih juga. Tai tai. Mending tidur bangsat."

Gatau kenapa gua suka aja gitu ngomong kasar. Semakin dekat pertemanan, maka semakin kasar bahasa yang dilontarkan. Yang baper musnah aja, jing!!!


Udah dulu ye, baiii
Sorry dori stoberi cuman 563 kata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KrisnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang