bahagiamu juga bahagiaku

141 26 1
                                    

   Ini adalah ujung penantianku atas cintamu, aku tidak pernah menyesal pernah mencintai dengan sepenuh hatiku, tapi memang jodohku bukan kamu, jika kau bahagia maka aku juga harus bisa menerimanya walaupun bukan aku yang membuatmu berada dalam kebahagiaan itu.
   "Reksa lu berangkat kapan? Anak2 dah pada nungguin ini aelahh, udah jam set8 ini" kata vazo kesal dari sebrang telepon
   "Liat ntar deh gampang gua, duluan aja, gaenak gini badan gua, salamin aja gua pasti dateng"
   "yeeu ngapa kaga bilang dari tadi sii, yaudah gws bro"
   "yoo thx"
   Vazo menutup teleponnya, dan aku pun kembali menyelimuti seluruh tubuhku, tak lama aku mulai terlelap.
   Drrrt... Drttt...
   Drrrt... Drttt...
   Drrrt... Drttt...
   "Hallo.. "
   "Hallo? Ini siapa? " tanya ku setengah sadar
    "Ya allah mas reksaa, ini dindaaa" ucapnya tegas
   "Hah? Dinda? " dinda siapa pikir ku
   "Iya dindaa.. "
   "Ohh.. Dindaa" dia dapet kontakku dari mana, dindaa dindaa dindaa?..
   "Iiih mas wildaan"
   "Ehh dinda?! Iya sorry2 ada apa ni pagi2 nelpon? "
   "Mas! Ini udah jam 11 siang"
   "Emang iya? Astagfirullah " aku pun melihat jam dan ternyata benar
   "Mas dimana? "
   "Di rumah din, ada apa? "
   "oh oke" tut tut tut
   Dia memutuskan telponnya sepihak, aku pun heran dan tertegun sejenak. Akhirnya aku memutuskan untuk bangun dan memasak air untuk mandi.
   Badanku masih terasa pegal dan panas, tapi untungnya sakit kepala ku sudah membaik.
   Sejujurnya aku tidak siap melihat dia bersanding dengan lelaki lain, tapi apa boleh buat, Qadarullah. Aku harus bisa ikhlas.
   Drtt.. Drrrt.. Drrtt..
   "hallo mas.. Ini dinda.. Dinda didepan, bukain pintunya pegel ini.. "
   "depan mana ya allah dinda? "
   "depan pintu lahh mas reksa"
   "hah? Pintu kosan? " aku pun bergegas membuka pintu dan benar ternyata dinda.
   "Assalamualaikum mas reksa.. Dinda bawa iniii.. " telponnya masih tersambung dan dia mengangkat toothbag yang entah apa isinya dengan senyum lebarnya.
   "masyaallah dindaa.. Ngapain kesini siang bolong begini? " aku terkejut tapi berusaha menetralkan ekspresi ku
  "lah emang kenapa? Ga boleh yaa? Yauda deh dinda pulang lagi aja" dia masih menaruh handphone nya di telinga, dan mulai berjalan pergi.
   Ekspresi yang sangat cepat berubah dari yang tersenyum selebar tadi sekarang dia memonyongkan bibirnya, merajuk lah ituu. Gemass
   "ahahah, maaf ya dinda.. Sini masuk dulu" ajak ku
   "gamau mau pulang lagi aja" tetap melanjutkan kesalnya dan menghentak2an kaki.
   "Ya allah, ngambek ni ceritanya. Sogok pake cornetto mau? "
   "mauu.. "kembali kedepan pintu dan langsung masuk.
   "aku tau mas pasti belum makan sarapan, jadi aku buatin your favorite sandwich" katanya sambil mengeluarkan tupperware yang pasti berisi sandwich yang dia bilang.
   "Ya ampun dinda, ngapain repot2 sih, aku ntar bisa beli bubur didepan " ucapku sembari membetulkan sepatunya ke rak.
   "ngga repotin ko, dinda sengaja. Gimana mas udah mendingan demamnya? " tanya nya dan langsung memegang keningku, sontak aku kaget.
  "mmm.. Udah udah mendingan ko ini din" kataku gugup, ya allah.. rasanya seperti anda menjadi ironmen
   "ih mana ada mendingan, ini masih panas, mas minum obat apa? " katanya masih membandingkan suhu tubuhku dan tubuhnya
   "inii.. " kataku menunjukkan obat yg tadi pagi ku minum
   "dapet dari mana? " dia membolak balikan obatnya dengan teliti
   "bekas sakit 2bln lalu" jawabku
   "enteng banget ngomong 2bln, ini udh kadaluwarsa mas reksa, astaga" dia memukulku gemas dan bodohnya aku baru sadar
   "yauda sini duduk, makan sandwich nya, abisin! Dinda ke luar bentar" dia meninggalkan ku dengan sandwich di genggaman
   "mas pinjem sendal" aku terkekeh mendengar nya, bayangkan saja dinda yang kecil seperti anak smp memakai sendal ku. Rawan di culik
   "iyaa"
   Acara makan dan minum obat pun selesai, niatku yang akan mandi akhirnya tidak jadi.
   Setelah minum obat jam set12 dinda menyuruhku tidur dan berjanji membangunkan ku jam2.
   "mas bangun mas udah jam2..mas wildan!! Banguuun! " tubuh ku tergoncang aku pun terbangun.
   "hmmm.. Ini bangunn" kataku
   "mana ada bangun, melek matanya melek.. " dinda pun membuka mataku dengan jarinya, ya allah tolong gaada halaq dindaa
   "iya iyaa ini udahh dindaa, astagfirullah berdosa bangett "
   "heh kamu jangan solimeh! Cepet bangun mandi, katanya kan mau ke nikahan mba putri" aku pun teringat, jika dinda tidak bilang mungkin aku sudah lupa.
   "oh iyaa lupa, astagfirullah, aduh belum masak air lagi" aku pun bergegas dan panik
   "itu udah dinda siapin airnya buat mandi, tinggal mandi aja" katanya dan aku pun langsung mandi, dan bodohnya lagi, lupa membawa handuk.
   "diiin.. " panggil ku
   "dindaaa" panggil ku sekali lagi dengan nada yg lebih tinggi
   "apa mas dinda lagi beresin baju2 ini" jelasnya ikut meninggikan suara
   "Tolongin dulu" pintaku
   "apaan kalo handuk udh dinda gantung di pegangan pintu, jgn bilang kalo jatoh" ancaman yg membuat ku terdiam seribu bahasa
   "dinn" panggil ku saat dia masih sibuk dengan baju2ku dan deri yg berantakan
   "Itu mas pake baju itu aja, sesuai sama DC nya, dan satu lagi pakenya di kamar mandi, dinda tanggung beresin, udh pewe"  aku hanya bisa menuruti kata2nya, entah kenapa tidak ada penolakan dalam diriku.
   20mnt kemudian
   "sip.. Dah kece, siap berangkat, dah sono berangkat " titahnya membuatku bingung.
   "lah dinda ga ikut? "
   "dinda udah tadi pagi sih sebelum kesini"
   "ya ampun, yauda aku anterin pulang ya? Kamu kan cape din, pake repot2 beresin kamar aku"
   "its ok, aku mau ke cafe abis ini"
   "are you crazy? Jauh ke tanggerang dari sini dindaa, trus kamu kesana sama siapa? Trus naik apa"
   "sendiri, naik gojek"
   "ngga udah kamu sekarang ikut mas dulu ke nikahan putri, abis gtu ntar mas anterin ke cafe, sekalian ngopi sama dinner, oke? Oke no debat"
   "tapi mas.. "
   "hushh.. Nurut ya" kemudian kita pun turun dan pergi naik motor ke pernikahan putri.
   Memang sulit tuk melepaskan apalagi semakin dilupakan akan semakin teringat, bisa ku hanyalah mencoba ikhlas, dan semoga allah membantunya.
   Butuh waktu 1 jam lebih untuk sampai di acara resepsi, kiruh ramainya manusia yang bergembira ria, ku cari sosoknya yang kini tlah menjadi milik lelaki lain.
   "mas reksa" seseorang menarik ujung bajuku.
   "hah? Iyaa? Eh kenapa din? " ternyata cuma dinda.
   "aku malu mas, kan aku udah dateng tadi, masa dateng lagii sii" terlihat wajahnya yang segan
   "udah gapapa yaa, anggap aja kamu nemenin aku disini" ucap ku menenangkannya
   "tapi mas tetep aja, malu looh ini dindaa" aku pun memegang tangannya dan menggenggam nya
   "its okay dinda" dia pun terlihat makin tegang, ada apa dengannya
   "heii reksa! " aku melirik sekeliling untuk mencari tahu siapa yang memanggilku
   "eh aries.. Mana putri? Gua blm ngasih selamat ini" kita berpelukan secara jantan dengan tangan satunya ku tepuk2 punggung aries
   "oh umi lagi ganti baju dulu pake yang lebih santai, lu udh mendingan? "
   "better lah, untung ada dinda tadi, kalo kaga gua gatau bakalan bisa kesini apa engga" jelasku dan sesekali menatapnya
   "oh hai dinda, dateng lagi ya, udah kenal aku dong, pasti lah, aries gitu looh" ucapnya dengan penuh gaya, kemudian matanya tertuju pada tangan kita yang bergandengan
   "hei hei heiii, helloo.. Udh kek mau nyebrang aja gandengan"
   "eh sorry2 dindaa" aku pun tersadar apa yang telah ku perbuat
   "iyaa mas nyantai aja" ekspresi nya yang terlihat tidak mengenakkan
   "maaf yaa maaf bangett" pintaku
  Tak lama putri pun datang menghampiri kita ber3 dengan gaun pengantin yang sederhana, wajah nya terlihat berseri dan sangat menenangkan.
   "haii reksa" sapaan yang entah kenapa begitu menyakitkan
   "hallo umii, congrats yaa sorry banget baru dateng"
   "iya gapapa, udah makan belum? Kalo belum pada makan dulu gih"
   Aku sadar bahwa kini kamu memang bahagia, aku turut bahagia melihatmu ceria kembali seperti ini, tidak seperti saat kita terakhir bertemu, wajahmu yang sendu menatapku, itu lebih menyakitkan.
   "mas rezaa! Sinii" umi memanggil lelaki yang akan mendampingi nya hingga nanti.
   Perih.. Sakiit.. Jika harus ku luapkan aku bisa menangis sejadi jadinya, rasanya seperti aku sedang merayakan kehilanganmu.
   "hallo rezaa" dia memperkenalkan dirinya dan kita pun berjabat tangan
   "reksa.. Gua minta lu jagain ricis ya mulai sekarang " kalimat yang keluar begitu saja dari mulutku. 
   "pasti bro, gua kan suaminya" kenyataan yang pahit bahwa kini putri tlah menikah dan bersuami
   "yoo makan pada makan.. Jangan sungkan2" titah putri dan reza
   "iya santai santaii" tak lama dinda mengusap usap punggung ku, bahasa yang membuatku harus kuat dan aku pasti bisa melaluinya
   aku pun tersenyum dan dia membalasnya dengan senyuman yang lebih menenangkan.
   Dan kini kamu tlah bahagia dengannya yang telah halal, tak apa. Tak ada kecewa, aku ikut berbahagia saja itu menurutku cukup untuk permulaanku memulai langkah yang baru.
  

Hayooo coba di click bintang pojok kiri bawahnyaa biar author tambah semangat lanjutinnya.
Trus kalian tinggal masukin ke library dan ke reading list kalian aja
Gratiss tis tis tisss.
Yu dadah babayyy....
Ingaat harus tetap safety dan healthy ya readers..
Gunakan protokol kesehatan dan jangan pergi2 dulu kalo bukan untuk hal yang mendesak.
Cintai diri sendiri sebelum kita mencintai orang lain.

Kamu Bukan Untukku [TAMAT/REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang