1. Prolog

34 12 6
                                    

Siang itu matahari menunjukkan sinar terbaiknya hingga membuat banyak orang tak sanggup berada dibawah sinar teriknya. Terutama dengan seorang gadis yang sekarang baru saja memasuki sebuah cafe yang berada tepat di sisi jalan. Dia Elzira Aurellia, panggil saja Zira.

Dia berjalan menuju sudut kafe. Memilih duduk di tempat yang paling pojok, karena menurutnya itu nyaman dan tidak ada yang mengganggu. Mengayunkan tangannya keatas memanggil pelayan.

Tidak lama sang pelayan pun datang ke tempatnya berada. Melihat-lihat menu lalu menyebutkan pesanannya, "Oreo smoothies, satu. Sama ... spaghetti bolognese, satu."

Sang pelayan mengangguk, "baik, tunggu sebentar, Kak."

Cukup lama menunggu, pesanan miliknya akhirnya datang juga. "Eum ... enak," gumam Zira saat memakan spaghetti miliknya, sambil sedikit demi sedikit menyesap minuman dari sedotan stainless steel

Setelah berfoto ria, gadis itu merasa aneh dengan penampilannya.  Berdiri, dan mulai berjalan ke toilet untuk memperbaikinya. Namun, tiba-tiba ada seorang pemuda yang menabraknya dari samping.

"Eh, kalo jalan pake mata dong!" ujar seorang pemuda yang menabraknya,  dengan nada tinggi.

Zira berbalik, menatap sang pemuda itu. "Jalan pake kaki, mas! Lo yang salah, kok lo yang nyolot. Yang jalan sambil main handphone siapa, yang marah siapa." ucap Zira dengan sedikit menyindir.

"Heh, tetep aja lo juga salah. Mata asal meleng doang nggak liat kanan kiri." Pemuda itu benar-benar tak mau jika hanya disalahkan sendiri, karena pada dasarnya gadis itu pun salah karena tak melihat area sekitar.

"Nggak usah membolak-balikkan fakta, Mas. Lo yang jelas-jelas melengos depan gue kek ngga punya mata aja kalo ada orang didepan!" Zira benar-benar tak mampu menahan emosinya, rasanya ingin dia hajar saja pemuda tak tahu malu didepannya ini.

"Gue nggak ngebolak-balikin fakta, emang disini lo juga salah tau ngga?!"

"Gue nggak mau tau, lo harus minta maaf sama gue," final Zira. Ia tak mau tahu dan ia sangat menyalahkan pemuda didepannya ini karena telah menabraknya.

"Gila ya lo! Lo juga salah disini!" Pemuda itu tampak menahan emosinya agar tak sampai ia menampar gadis didepannya ini.

"Heh lo tu salah, jadi lo minta maaf maaf ke gue."

"Kalo gue minta maaf, lo juga harus minta maaf juga sama gue," balas pemuda tersebut.

"Gini yang namanya cowok?" Zira tertawa kecil mendengar balasan sang pemuda itu, "serah lo deh, serah lo!"

Zira berjalan menuju kasir, membayar jumlah pesanannya tadi. Mood berubah menjadi buruk dalam sekejap. Berjalan keluar, tidak menghiraukan teriakan pemuda itu untuk menyuruhnya meminta maaf.

Tak ada ungkapan yang ingin disampaikan lagi, akhirnya keduanya berpisah disaat itu juga. Namun, siapa sangka waktu sedang mempermainkan kedua insan tersebut.

Secret RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang