Namanya Langit, Si Pencundang yang hanya berani mencintai secara diam-diam. Kerjaannya sehari-hari tak berputar jauh dari kata mengamati dan mengagumi tanpa berani untuk mendekati, bodoh memang, tapi apa mau dikata dia tak punya cukup nyali untuk mendekati sang pujaan secara terang-terangan. Takut ditolak.Melihat sang pujaan hati dari jauh sudah cukup membuatnya senang, pernah terbersit rasa ingin lebih dekat, tetapi balik lagi ia terlalu takut untuk ditolak. Langit resah. Langit bimbang. Langit ingin mengejar maju, tapi Langit takut jatuh. Langit lelah dengan dirinya yang sangat pecundang, sama sekali tidak mencerminkan seorang lelaki sejati.
"Masih belum berani?"tanya Jati, salah satu sahabat dekatnya.
"Belum." Langit menjawab pelan.
"Mau sampai kapan? Diambil orang, baru nangis entar."Jati berkata dengan nada yang sirat ejekan.
"Jangan! Nanti Langit patah hati, sakit." Langit menberengut tak suka.
"Makanya samperin gih, badboy kok cemen, malu sama kelakuan yang biasanya bar-bar," kata Jati semakin memanasi.
"Itu dia masalahnya, Langit tuh badboy sedangkan Mentari wakil ketua osis, Langit sama Mentari itu seperti dua kutub magnet, utara sama selatan, beda jauh."
"Terserah, nanti kalau ada cowok yang dengan gagah berani deketin Mentari jangan nyesel." Jati tersenyum mengejek kepada Langit.
Langit diam. Langit marah, kedua tangannya terkepal, raut wajahnya mengeras, sorot matanya menajam. Jati melihatnya, melihat perubahan emosi Langit, senyum kemenangan tercetak jelas di bibirnya. Rencananya berhasil, Jati sudah cukup muak dengan kelakuan Langit selama ini, dunia percintaan untuk seorang Langit memang nol besar.
"Kenapa? Masih yakin gak mau maju?" Jati tersenyum miring.
"Cih!" Langit mendecih pelan.
"Gak cemburu sama Bumi yang bisa leluasa di samping Mentari?"
"Wajar kalau Bumi deket Mentari, Bumikan ketua osis, jelaslah leluasa."
"Jadi beneran gak mau, emang hati gak panas lihat mereka berduaan?"
Bara yang Jati bakar kini mengeluarkan apinya. Langit terpancing, emosi mendominasinya, perbuatan diluar kendalinya.
"Mentari!" Langit berseru keras mengalihkan seluruh atensi siswa-siswi yang sedang sibuk dengan kegiatannya. Mentari yang merasa namanya dipanggil menolehkan kepalanya kearah Langit yang kini berdiri di pinggir lapangan indoor sekolah.
"Mentari, Langit cuma mau bilang. Langit suka Mentari, Mentari jangan deket-deket cowok lain, Langit gak suka." Mentari terdiam terkejut namun tak lama senyum lembut terpatri di wajahnya.
"Ah, akhirnya Langit berani bilang juga, Mentarikan udah lama nunggu." Mentari berkata pelan, hanya Bumi yang dapat mendengarnya. Bumi terkikik pelan, ikut senang.
-END-
Hallo semua...
Gimana? Suka gak sama ceritanya?
Maaf pendek dan mungkin gak terlalu menarik
Jangan lupa kritik dan sarannya ya
Ditunggu loh...
Xoxo,
Wintertime71
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit
Short StoryKisah Langit Si Badboy yang takut cintanya ditolak "Mau sampai kapan? Diambil orang, baru nangis entar." "Jangan! Nanti Langit patah hati, sakit."