2.Normal?

42 8 21
                                    

"LO GAK PERNAH SUKA SAMA COWOK!"

"Let udah, ayo!! nanti hukuman kita makin di tambah." Kaila menarik pergelangan tangan Letta yang membuat Letta terkejut dan sontak mengikuti tarikan Kaila.

"Sumpah ih, gua ga terima tu sama dia!!" Letta terus mengomel meskipun tidak di dengarkan oleh Kaila.

Letta dan Kaila pun melanjutkan hukumannya, dengan Letta yang terus mengomel masih belum bisa terima dengan sikap kakak kelas tadi.

~Aletta~

"Gua ga mau tau, pokoknya tu kakak kelas harus minta maaf sama gua, titik." ucap Letta memukul meja kantin yang sedang ia duduki dengan Kaila.

"Let, lo tau gak? siapa yang lo bentak itu?" tanya Kaila mendekatkan wajahnya dengan wajah Letta.

"Jigong lo bau minggir bego." Letta memegang wajah Kaila dengan lima jarinya dan menjauhkannya dari wajahnya.

"Itu kakak kelas yang tadi pagi Lett." sambung Rena meletakkan senampan makanan di atas meja kantin.

"Gua ga kenal dan gua ga mau kenal." Letta menarik sepiring mie dan segelas jus alpukat dari nampan yang dibawa Rena, dan mendekatkannya hingga tepat di hadapannya.

"Lo ga tau, kakak kelas banyak yang naksir sama mereka woi." lanjut Kaila.

"Mereka?" Letta menaikkan salah satu alisnya menghadap Kaila dan Rena yang duduk di seberangnya.

"Ya..iya, mereka tuh ada berlima." jelas Rena melahap bakso yang telah ada dihadapannya.

"Iya, dan yang lo bentak tadi, salah satu dari antara mereka berlima." tambah Kaila.

"Oh!" balas Letta tak tertarik sama sekali dengan perbincangan kedua sahabatnya itu. Ia melanjutkan melahap mie yang menganggur di hadapannya.

"Let, lo normal ga sih?"

"Normal lah bego! emang kayak lo? ga ada normal-normalnya." balas Letta di sela-sela ia menyeruput jus alpukat miliknya.

"Gua juga ga yakin lo normal Let." timpal Rena ikut-ikutan.

"Apa yang ga normal sama gua hah!?" Letta memberikan tatapan tajam pada kedua makhluk yang berada di seberangnya.

"LO GAK PERNAH SUKA SAMA COWOK!!" ucap Kaila dan Rena serentak.

Deg!

Letta terdiam di posisinya, tatapannya yang tadinya sangat tajam kini mulai mereda, dan kepalanya mulai menunduk perlahan menghadap makanannya.

Entah apa kini yang tengah di pikirkan gadis tersebut. Jujur, ia juga sangat bingung dengan dirinya sendiri, terutama soal PERASAAN.

~Aletta~

"Eh, gua duluan ya, soalnya mau latihan olimpiade fisika sama Pak Indro." Letta mulai menyandang tas berwarna hitam pekat miliknya yang tergeletak di atas meja.

"Belajar terus." sinis Kaila.

"Dahlah, pergi aja lo sana, ga usah balik-balik." tambah Rena yang membuat Letta ingin mencabik-cabik mulut mereka.

"Y." balas Letta, Letta berlari kecil meninggalkan kedua sahabatnya yang masih berada di kelas.

Sesampainya dia ruang olimpiade, Letta meletakkan tas-nya di atas meja dan buku-buku yang sempat ia pinjam tadi di perpustakaan sebelum menuju ke ruang olimpiade.

Bruk!!!

Untuk kedua kalianya hari ini, kepala Letta menjadi sasaran empuk, bedanya bukan lagi bola basket yang mengenai kepalanya, melainkan sebuah tas berbahan levis.

"Kepala gua woi!" Letta berdiri dari duduknya, ia mengambil tas tersebut dan melemparkannya ke arah sang empu.

"Eh, lo." lawan bicaranya tertawa terbahak-bahak, sampai-sampai ia membiarkan tas-nya tergeletak di lantai. Sedangkan disisi lain, Letta berusaha menahan emosinya yang bisa saja lepas kapan saja.

"Sakit gak?" lanjutnya lagi, setelah tertawa terbahak-bahak.

Aletta masih terdiam, memberikan tatapan tajam pada lawan bicaranya tersebut. Sebenarnya Aletta ingin menangis karena mendapat dua kali hempasan yang cukup kerasa di bagian kepalanya.

"Gua tau kok kalau kepala lo sakit." laki-laki itu berjalan pelan mendekati Aletta yang masih mematung, hingga menyisahkan jarak beberapa centi diantara mereka. Ia mengusap pelan bagian kepala Aletta yang tak sengaja ia lempar dengan tas miliknya.

"Kalau lo merasa sakit bilang, gua ga suka liat cewek mendam sakit." laki-laki itu mengusap lagi kepala Aletta, membuat Aletta membisu.

Sebulir air mata lolos membasahi pipi gadis tersebut, ia benar-benar tak bisa lagi menahan sakitnya benturan yang cukup keras di kepalanya.

"Kepala gua sakit." ujar Letta dengan suara yang bergetar.

Dengan sigap lelaki itu menarik Aletta ke dalam pelukannya membuat Aletta semakin terkejut. Karena baru kali ini ada lelaki lain, selain kedua kakaknya dan papanya yang memeluknya. Dan entah kenapa, Aletta benar-benar merasa nyaman dan tenang di dalam pelukannya.

Galen Aditama Lairg, sosok lelaki yang berhasil menjadi orang pertama yang memeluk Aletta setelah kedua kakaknya dan papanya.

Haii semua apa kabar kalian?
Semoga waktu kalian baca cerita aku ini, kalian dalam keadaan baik-baik aja ya...

Maaf semua, aku baru bisa up. Ya daring🙃😭

Semoga kedepannya aku makin rajin ye

Papaiii❤️❤️

Se u di next part ya!!

















Aletta Aurellia GrailTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang