Hai ini cerpen kedua ge,,sungguh tulisanny mesti d revisi dmana2 hahaha but this story is very nice... its fun let check in dan sekali lagi ini pengalaman disekitar gw (non fiksi dengan sedikit fiksi but lokasi dan lain2 memang bener2 ada, karakter juga ada :) hanya nama diganti hehehe)
Susah melupakan, tapi gampang jatuh cinta? Itulah seorang Vida. Semilir angin membelai rambut panjang berwarna dark brown itu saat Vida duduk di terminal Pal. 6 kota Banjarmasin. Dilihatnya arloji berwarna hitamnya menunjukkan pukul 01.20 Wita. Sudah 15 menit lebih dia duduk di bangku kayu tua yang masih nampak kokoh, beberapa kali dia melemparkan pandangannya ke arah pintu keluar masuk terminal, akhirnya yang dia tunggu datang juga, seorang cowok tinggi dengan dandanan sedikit punk khas anak band mengendarai motor matic full modif berwarna hitam, cowok itu tampak celingak-celinguk setelah berhenti.
"Ikhwan!" Vida tersenyum manis ke arah cowok itu yang juga membalas senyumnya. Ikhwan berjalan menghampiri dan mengangkat tas Vida yang besar. Tanpa dikomando Vida mengikuti ke arah motor.
"Yang kemaren lulus?" sapa Ikhwan.
"Gagal Wan, makanya balik lagi ke sini."
"He..., ya udah kalau gitu." Ikhwan berkomentar singkat lalu memacu motor dengan kecepatan cukup tinggi, tak ada obrolan lagi hanya bisu. Vida sedikit merasa canggung duduk dibelakang cowok pendiam itu, setelah sekitar 15 menit lebih mereka masuk ke sebuah gang yang cukup terawat dan jauh dari kesan kumuh. Ikhwan menghentikan motornya didepan sebuah rumah kayu yang cukup besar.
"Assalamualaikum..." Vida menyapa saat memasuki rumah, seorang Ibu yang sedang rebahan didepan televisi tersenyum manis. Sedangkan Ikhwan berjalan cuek meninggalkan mereka ke belakang.
"Gimana lulus?" Kata Ibu itu.
"Nggak lulus tante Farah... karena itu rencananya akan ikut tes di STIKES Muhamadiyah."
"Mudahan aja yang ini lulus" Tante Farah tersenyum. Dan saat itu Ikhwan lewat.
"Mama, aku mau jalan dulu"
"Kemana lagi?"
"Jemput Vivi dari kerja" Ikhwan sekilas tersenyum pada Vida yang tertawa.
"Tante nggak pernah suka si Ikhwan pacaran sama Vivi, tante lebih suka dia sama Raya" tante Farah bicara setelah Ikhwan keluar dari rumah.
"Vivi itu yang kerja di Bank kan tante?" tanya Vida.
"Iya, tante nggak suka sama dia. Judes dan lebih tua. Coba kalau Raya, lebih cantik dan seumuran sama Ikhwan."
"Raya kuliah dimana tante?"
"Kuliah di Unlam juga, fakultas hukum. Kamu sudah makan Vida? Makan dulu sana."
"Sudah tante, sekarang mau mandi dulu."
"Ya udah selesai mandi kamu istirahat aja dulu di kamar." Tante Vina tersenyum manis.
"Iya tante" kata Vida.
Suasana kamar itu khas cowok banget, kamar Ikhwan. Berbagai poster band-band Indonesia nampang dimana-mana. Ikhwan sangat suka lagu Indonesia, itu pengamatan Vida selama beberapa kali berkunjung ke rumah itu. Tante Farah tidak pernah mengijinkan Vida tidur dikamar belakang, rumah itu cukup luas, tapi hanya ada dua kamar. Lucunya tante Farah tidak pernah tidur dikamar, dia tidur di depan televisi ruang keluarga dekat dapur, ada kasur-kasur didepan televisi. Biasanya tante Farah tidur bersama tante Lala. Dikeluarga ini tidak ada laki-laki kecuali Ikhwan seorang. Suami tante Farah atau ayahnya Ikhwan sudah meninggal dan tante Lala bercerai dengan suaminya karena tidak bisa memiliki anak. Rumah keluarga ini hangat. Vida tersenyum sambil merebahkan diri dikasur. Vida bukanlah family atau kerabat keluarga ini, dia adalah anak sahabat tante Farah dan tante Lala. Vida berasal dari kota Palangkaraya tapi karena berencana ingin masuk perguruan tinggi di Banjarmasin dia menginap sementara dirumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Susah melupakan, tapi gampang jatuh cinta?
عاطفيةMungkin cinta akan lebih indah bila kita jujur, seperti jalinan cinta segi enam yang unik ini, hanya karena saling butuh, tapi tak ingin memiliki seutuhnya. Kota Banjarmasin, kota seribu sungai yang eksotis menjadi backroud cerita pendek ini,, lets...