12 Years Later

48 3 2
                                    

12 tahun kemudian...

“Jadi, kita berencana untuk memperluas kerjasama kita dengan berbagai perusahaan ternama di berbagai negara. Tentu saja ini akan menjadi peluang besar untuk melebarkan sayap kita di dunia internasional,”

Slide di depan berganti dengan gambar peta dunia dengan beberapa titik yang menandakan wilayah persebaran. Luhan yang tadinya udah mulai bosan dengan rapat ini sedikit mengangkat wajahnya begitu lihat titik merah dengan tulisan ‘Seoul, South Korea’ di atasnya. Tapi dia langsung memalingkan wajahnya lagi dan menatap laptop di depannya.

Luhan baru aja bangun dari duduknya saat atasannya memanggil. Semua orang udah meninggalkan ruang rapat karena memang rapat udah selesai. Di ruangan itu cuma ada Luhan dan atasannya.

“Soal kerjasama kita dengan negara lain,” ujar lelaki berumur 45 tahun itu, “Saya dan presdir sudah setuju bahwa untuk negara bagian Korea Selatan, kami akan memberangkatkan kamu,”

Luhan menelan ludahnya. “T—tapi saya buk--,”

“Iya, saya juga tau kalau kamu dari divisi berbeda. Tapi kamu kan pernah tinggal di sana cukup lama dan kami berfikir untuk apa mengirim orang lain lagi untuk beradaptasi dengan budaya di sana. Kami rasa kamu sudah sangat berpengalaman dan untuk masalah hal lain tentang bisnis, kamu bisa belajar,”

Luhan terdiam. Dia tau jika dia menerima ini, gajinya akan naik berlipat-lipat dan tentunya dia bisa membelikan orang tuanya rumah yang baru. Malah sekalian dengan isi-isinya.

Tapi ke Korea...?

“Bagaimana?”

Luhan menghela napas panjang sebelum mengangguk. “Baiklah, saya akan berangkat,”

---

Luhan membuka jendela apartemennya dan menghirup udara dalam-dalam sambil tersenyum. Dia senang bisa kembali. Dari di jalan tadi, Luhan emang udah senyum-senyum sendiri. Apalagi kalo liat jalan yang dia tau, pasti dia langsung mencari-cari toko atau apapun yang dulu ada. Seoul banyak berubah.

Tapi Luhan gak tau kalo soal dia.

Luhan menggelengkan kepala lalu melempar diri ke sofa dan nyalain televisi. Luhan tetep ngerasa sepi. Apartemen ini ibaratnya rumah dinas Luhan selama dia di Korea. Karena dia gak full terus ada di Korea dan sesekali harus pulang, maka Luhan lebih memilih apartemen. Sebenarnya akan lebih baik lagi kalau dia tinggal sama Jisun, Samuel, dan Minhyun, maka uang untuk rumah dinasnya bisa buat dia.

Tapi Luhan sengaja gak ngasih tau siapapun soal kedatangannya ke Korea. Ya, meski udah sedeket ini, Luhan masih harus sembunyi. Gak tau sampe kapan.

---

LINE

Han Ji Sun: jangan lupa yaa siang ini kita ketemuan~

Ahn Dee Ra: I’m on my way! Uuu, gak sabar ketemuan sama gadis-gadisku!

Abis nutup flip case handphone, Deera senyum-senyum sendiri. Dia seneng banget hari ini bisa makan siang bareng sama temen-temennya. Jisun, Hyera, sama Soojin sih sering makan siang bareng, tapi Deera gak. Ya gimana, kerjaannya dia sebagai jurnalis kadang menyita waktunya banget. Bahkan dia dalam setahun bisa keluar negeri sampe berapa kali. Tapi Deera suka kok sama pekerjaannya.

Deera keluar dari sebuah toko kue. Sekitar seminggu yang lalu Soojin baru aja ulang tahun dan karena kerjaan, Deera jadi gak bisa ikut. Nah untuk membayarnya, Deera baru aja beli kue red velvet kesukaan Soojin. Deera baru aja membelokkan badannya untuk jalan dan mendangak, lalu dia terdiam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

12 Years LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang