Malam semakin larut, hujan sudah berhenti sejak tadi. Menyisakan aroma petrichor yang kuat di tanah-tanah lembab. Udara malam terasa segar sekaligus menyeramkan saat ini. Langkah gadis itu belum juga berhenti. Ia tiba di tepian jalan raya yang masih tampak ramai meskipun sudah hampir tengah malam. Ia berhenti di sebuah halte yang sepi, kebetulan ada seorang gadis seumurannya yang juga duduk disana, seperti sedang menunggu seseorang.
Aku duduk di halte, pakaianku sudah tak karuan bahkan jilbabnya sudah benar benar basah sekarang. Ini benar benar dingin. Kunaikkan kakiku, kupeluk lututnya dengan erat. Di ujung bangku panjang yang kududuki, terlihat seorang wanita yang sepertinya sedikit lebih tua dariku. Ia menatapku heran, lalu berjalan mendekat.
"Hei, kamu ngapain malam-malam ada disini? Basah kuyup pula. Nih, dipakai jaketnya, kamu pasti dingin." Ucapnya sembari menyodorkan jaket yang tadi disampirkan di bahunya.
"Eh, Gak usah repot-repot. Nanti kakak kedinginan kalau jaketnya dikasih ke aku," jawabku menolak
"Pakai aja, gamis yang kupakai kebetulan tebal hari ini," ia mengarahkan jaketnya ke bahuku, sambil tersenyum. "Kamu ngapain malam-malam disini. Disini bahaya, apalagi untuk gadis seumuran kamu."
"Makasih ya kak, aku...kabur dari rumah. Kalau kakak ngapain malam malam disini?"
"Yasudah, yuk ikut kerumah kakak. Kakak cuma lagi nyari angin malem aja."
"Boleh?"
"Tentu."
Kuikuti langkah wanita itu, ternyata rumahnya tidak jauh dari halte. Rumahnya begitu besar.
"Sini, kita ke kamar kakak ya. Kamu harus ganti baju. Baju kamu sudah basah dan kotor."
Aku mengangguk sembari mengikuti langkahnya, memasuki kamarnya yang luas hingga ia berhenti di depan sebuah lemari besar. Ia terlihat memilih gaun tidur yang pas untukku. Wanita ini sungguh manis, cantik, anggun dan baik hati.
"Oh iya, kakak belum tau nama kamu. Nama kamu siapa?" ucapnya dengan mata dan tangan yang masih fokus memilah baju.
"Ara, kak. Mutiara"
"Oh Ara, oke. Nama kakak Shintia. Nih bajunya, buruan diganti. Ini jilbabnya."
"Makasih banyak ya kak, sudah mau repot-repot bantu saya."
Aku pun segera mengganti pakaianku. Sedikit tenang, karena kak Shintia tidak banyak tanya mengenai sebab kaburnya aku dari rumah.
☆☆☆
Selamat membaca,
.
.
30 Agustus 2020,
Adaire
KAMU SEDANG MEMBACA
Temaram
Teen FictionHening, Suaranya terdengar nyaring. Teriakan putus asa terdengar mengangkasa. Raganya lemah, langkahnya hilang arah. Wajahnya sayu, pakaiannya berantakan, jilbabnya sudah tak karuan. Bahkan kakinya pun sudah tak beralas. Ia tampak rapuh, tak sepert...