Aku ingin bercerita sedikit.
Hari itu aku memandangi sebuah foto yang menyejukkan hati, dimana sahabatku telah mencapai puncak gunung bersama lelakinya.
Aku bergumam "Andai saja ada yang menemaniku mendaki sebuah gunung itu". Tanpa kusadari ada seorang laki-laki yang menyadari gumamanku, ia berkata "yuk sama aku kita mendaki gunung itu, aku yakin kita bisa melalui semua hambatan dan rintangan yang kita hadapi selama perjalanan menuju puncak gunung itu".
"Aaa... Aku gk bisa, aku pernah jatuh dan masih trauma untuk mendaki gunung lagi".
"Aku yakin kamu bisa, kamu mau seperti mereka kan? ayolah kita lalui bersama-sama".
"Aku gk yakin dan gk siap".
...Percuma saja aku mengelak dengan beribu alasan, ia selalu meyakinkan dan menenangkanku.
"Kamu benar-benar akan menuntunku kesana?".
"Iya, kita akan mencapai puncak gunung bersama-sama percaya dehh".
...Aku tak perlu lagi meragukan ucapannya.
Sepanjang perjalanan belajar banyak hal dari yang kami jumpa, tak lupa kami bersenda gurau, ia juga tak pernah beranjak disisiku.
Langkah jauhnya kami melangkah dari rumah kita masing-masing hingga akhirnya aku berharap ia selalu ada disampingku. Tak banyak pendaki handal yang lain ingin menggantikan posisinya hanya untuk membawaku pergi bersama mereka dengan imingan mereka bisa memberiku beberapa tempat yang jauh lebih menarik. Aku tetap menolak mereka, aku hanya ingin dia.