Part 2

9 0 0
                                    

Sungguh aku sangat percaya atas pilihanku ini untuk tetap berjaga jika sewaktu-waktu ia turun lagi tanpa sepengetahuanku.

Kita berteduh dibawah pohon besar sembari menunggu hujan reda, yang benar saja aku kecanduan dengan senyum hangatnya itu. Aku sudah mulai terbiasa atas apa yang kulakukan sesuai kehendak dan arahannya, ternyata semudah ini membuatnya tersenyum lagi padaku. Kenyataan dibalik aku dapat menikmati senyumnya itu sedikit pahit bagiku, kok bisa? Walaupun hanya aku yang ia tuntun untuk mencapai puncak itu kepercayaannya padaku tak pernah tumbuh sedikit pun. Tak apalah yang penting tujuan itu sampai dan aku masih dapat menikmati senyumnya. Bahagia sekali rasanya.

Ketakutan itu muncul lagi, mungkin semua perempuan sepertiku pernah merasakan khawatir yang sangat mendalam merasa ada hal hebat yang akan menjatuhkan hati.
Suasana malam yang mencekam, rasa dingin yang menusuk tulang. Aku makin was-was saja, mulai menangis sendiri tak karuan aku harap ia tau keresahanku ini, tapi aku sungkan memberitahunya karna tak ingin senyum itu hilang karna rasa khawatirku yang tidak jelas ini, aku menikmati tangisku seorang diri jangan sampai ia tau.

Hampa sekali rasanya ketika nyawaku telah bersatu dengan tubuhku sendiri. Apa sebabnya? Aku tak melihat dia, dia yang semalam jelas-jelas disebelahku. Bukannya mencari seperti waktu itu aku hanya diam menunggunya kembali ditemani isak tangisku. Rasanya seperti sudah rela jika mimpi dan tujuan itu sirna hari ini. Tak apa walaupun sudah ditengah jalan, aku sudah merelakan semuanya, yang aku ingin ia kembali membawa suatu keputusan.

Kau sudah tau apa jawabannya. Kita memutuskan untuk kembali pulang ditempat semula, ditatanan semula sebelum kisah ini ada. Jujur aku tak menyalahkan siapapun, pikiranku selalu tertuju kepada hal-hal yang baik. Aku berpikir mungkin memang kita belum memiliki perbekalan yang cukup termasuk hati yang kurang lapang menerima keadaan. Aku hanya ingin kita sama-sama siap jika nanti kita mendaki ke gunung itu lagi. Aku bukan hanya menunggu tapi juga mempersiapkan, apalagi aku sudah tau beberapa hal yang ia suka.

Kata siapa aku tak menangis? sepanjang jalan pulang hari ini aku sudah menangis semalaman ditambah seharian ini juga. Banyak keputusan yang tak bisa kuterima tapi aku sudah tak bisa lagi memberontak, aku sudah lelah menahan. Lagi-lagi aku menyakiti diriku sendiri, tak apalah aku menangis sepanjang jalan pulang. Ia tau kok, aku sedikit berbohong kalau aku menangisi hal lain seperti mengkhawatirkan mimpiku. Benar adanya, berhasil mendaki puncak gunung itu adalah salah satu mimpiku. Semoga Tuhan selalu membimbingku untuk mewujudkannya.

Aku yakin pendakian ini belum berakhir.

Chrisye, I know you're hurtingWhere stories live. Discover now