I Swear Not To

1.7K 174 130
                                    

"Not this shit again."

Keluh Kim Hongjoong segera setelah memasuki kamar mereka. Meskipun keduanya tahu bahwa ini bukan kali pertama—mungkin iya, jika terhitung hari ini dan bukan tiga bulan silam ketika roommate-nya baru memulai kebiasaan ini—ia membuka pintu di tengah sesi workout, namun tetap saja, Hongjoong akan terus memalingkan pandangannya.

Park Seonghwa ada di sana, di atas lantai mereka, berolahraga tanpa mengenakan apa pun kecuali pakaian dalamnya. Sudah berbulan-bulan begitu. Seharusnya Hongjoong sudah hafal, sebagaimana Seonghwa hafal betul bahwa setelah ini ketua grup mereka akan misuh-misuh sepanjang jalan menuju ke ranjangnya sendiri.

He simply can't stand him. Bagaimana bisa ia tahan disuguhi pemandangan seperti itu setiap hari. Ia hanya ingin beristirahat tanpa harus melihat laki-laki setengah telanjang dalam prosesnya. Omong-omong, belakangan ini Hongjoong lebih sering mengecek ponselnya untuk menghilangkan penat. Membaca komentar penggemar mengenai bakatnya—bokongnya juga, kadang-kadang—memberinya sedikit semangat untuk segera menyelesaikan track­ garapannya untuk album mereka yang akan datang. Hal-hal seperti itulah yang ingin ia lihat sebelum tidur nyenyak, bukan Seonghwa yang sedang sit up dalam keadaan banjir keringat.

Hongjoong bahkan tidak mau repot mengecek apakah olahraga malam Seonghwa selama beberapa bulan belakangan ini sungguh membuahkan hasil. Just nope.

Jadi ia cepat-cepat melangkah, menegak habis minuman yang dibawanya sebelum menyamankan diri di balik selimut. Jemarinya segera memainkan layar ponsel, mencoba mencari video lucu untuk mengalihkan pikiran dari view kurang senonoh yang baru saja dilaluinya.

Gagal total.

Alih-alih mendiamkan celetukannya seperti biasa, kali ini Seonghwa berdiri dan memposisikan dirinya di samping tempat tidur Hongjoong. Memastikan pria kecil itu bisa melihat semua yang sepatutnya dilihat.

"Astaga." Hongjoong nyaris menjatuhkan ponselnya ke muka. "Apa gunanya aku menutup mata dari tadi kalau ujung-ujungnya kau pamer seisi bakery juga di hadapanku?"

"Jadi kau setuju bentuknya sudah seperti roti?"

Park Seonghwa sialan. Komentar yang barusan itu murni respon alamiah.

Sejujurnya Hongjoong agak terpana. Seonghwa memang selalu dikaruniai bentuk tubuh yang bagus—bonus dari wajah yang tidak kalah bagus, Tuhan ini adilnya di sebelah mana ya—tetapi sebelum ini, ia tidak bervolume. Meskipun pad bahu pada promosi mereka tahun lalu merupakan ide bagus, namun kali ini Seonghwa siap tampil dengan hasil kerja keras—dan long distance relationship dengan tteokbokki—yang ia inisiasi sendiri. Perintah pelatih itu hanya alasan. Siapa di gedung ini yang tidak tahu kalau Seonghwa selalu ingin tampil seksi.

"Bukan itu maksudnya! Astaga kau ini," Hongjoong menepuk bantal, "aku bukan target pasar dari segala upaya pembentukan otot perutmu kan? Simpan saja untuk fans!"

"Tadinya begitu," ujar Seonghwa, "sampai kusadari bahwa sudah tiga bulan kau tidak memandangku sama sekali."

"Kita. Duduk. Berseberangan. Saat. Sarapan."

"Beda, Kim Hongjoong. Saat itu aku masih berpakaian." Seonghwa menghela napas. "Apa kau tidak ingin melihatnya sama sekali?"

"Not interested."

"Kau membuatku sedih. Kukira kau akan menjadi orang pertama yang bangga dengan hasilnya."

"Mungkin adik-adik yang lain akan senang." Dengus Hongjoong. "Kalau tidak ada hubungannya dengan vokal, tari, atau sejenisnya, aku tidak peduli."

Not Looking? | SeongJoongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang