Prolog

84 26 36
                                    

"Aku selalu menampiknya, berlagak layaknya seseorang yang kuat. Namun, kali ini aku tak bisa menahannya."

---------------

Andai, Vio tak keras kepala dan menuruti apa kata teman-temannya. Andai, Vio tak memaksakan hatinya. Andai, Vio tak berpura-pura tegar, pasti saat ini ia sedang berkeluh-kesah pada Kanaya, Jingga atau Ka Sea. Hanya berandai-andai saja.

"Arka, aku berhenti." Ucapan Vio sukses menghentikan dua sejoli yang saat ini sedang bertukar Saliva. Dengan sisa retakan hati, ia mendekati seseorang yang saat ini sudah berstatus menjadi mantan.

Arka Tak berani menatap Vio, ia memilih untuk membuang pandangannya ke arah lain. "Maaf ... Vio, maaf." Arka menatap sedih Vio, untuk kesekian kalinya ia merusak kepercayaan Vio. Vio tersenyum kecil, ia perlahan mendekat pada Arka. Mengusap pelan rambutnya, lalu beralih mengelus rahang Arka.

"Ar, maaf. Aku udah gak bisa lagi, aku udah cape mikirin kamu. Aku ... aku berhenti, Ar. Hati aku udah retak karena kamu." Arka menahan tangan Vio yang berada pada wajahnya, lalu mengecup pelan tangan itu.

Sedangkan perempuan yang bersama Arka hanya membuang muka, ia juga perempuan. Ia tak akan kuat jika menjadi Vio, ia tahu itu. Harusnya, Arka bersyukur bisa mendapatkan malaikat seperti Vio. Arka memang bajingan.

"Aku pergi sebentar," ucap wanita itu. Ia menepuk pelan pundak Vio, lalu membisikkan sesuatu yang hanya bisa didengar oleh Vio, "lo cewe kuat. Suatu saat pasti lo dapet cowo yang gak bajingan kaya Arka."

Wanita itu pergi meninggalkan Vio yang masih termangu di tempatnya. Vio menarik tangannya dari wajah Arka.

"Ar, aku pergi. Jaga diri baik-baik, jangan terlalu banyak begadang, jangan lupa makan. Jangan suka berantem, aku gak akan ngobatin kamu lagi. Terima kasih untuk segalanya, Ar," ucap Vio. Ia langsung pergi meninggalkan Arka yang menatap kosong di depannya.

"Brengsek," umpat Arka.

"Gua emang bodoh." Tanpa sadar cairan bening keluar dari matanya. Untuk pertama kali, Arka menangis karena perempuan.

Dia, Violicia Sukmaja. Penyebab seorang Arkasean Rizana menangis untuk pertama kalinya.

Arkasean Rizana kehilangan malaikatnya.

Ia hancur.

Menyesal.

----------

Hai, ini work pertamaku. Maaf, kalau masih banyak penulisan yang salah, saya hanya penulis amatir yang ingin mencoba. Saya harap kalian senang membaca cerita saya.

Happy reading^_^

VioliciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang