"Chici bangun, udah jam 6. Nanti kamu telat loh," suara lembut itu terdengar ditelinga Morchie. Bukannya bangun dia malah makin pulas tidurnya.
"Morchie, bangun atau album kamu mama sita," kalimat terkutuk itu berhasil membuat Morchie langsung sadar. Mamanya sangat suka mengancam menggunakan barang-barang kesayangannya. Memang mamanya selalu berbicara pakai intonasi yang lembut, tapi tetap aja apa yang diucap menyeramkan.
"Mama ih, main sita aja. Itu Chici belinya pakai uang tabungan Chici, masa disita gitu aja," Morchie langsung turun dari kasurnya dan memasuki kamar mandi.
"Kalau gak begitu, mana bangun kamu. Buruan mandinya, awas telat kamu. Telat mama bakar albumnya," mamanya tertawa, sambil beranjak dari kamar Morchie.
"Emak gue jahat banget ya Tuhan," keluh Morchie dari dalam kamar mandi.
💎💎💎
"Pagi Ma, pagi Pa, pagi Abang" Morchie mencium pipi orang tuanya, dan kemudian mencium pipi abangnya."Pagi sayang,"
"Pagi Chi,"
"Bang anterin Chici ya, lagi males bawa motor nih," kata Morchie pada abangnya.
"Abang mau cepat ke kampus Chi, sama tetangga dulu lah," sahut Raja-abangnya Morchie.
"Dih masa adeknya dititip ke tetangga mulu sih. Chici pergi sendiri aja deh." Morchie meminum susunya dengan cepat kemudian pamitan dengan orang tuanya.
"Chi tetangga udah nungguin kami dari tadi di depan rumah," kata Papa Morchie.
"Ih Papa kog ikutan bang Raja sih," Morchie beranjak keluar dan mendapati tetangganya yang sedang duduk manis di atas motornya.
"Udah siap ? Ayo naik,"
'kalau bukan gue lagi males dan mau nabung buat beli album, ogah gue jalan sama upil,' batin Morchie.
"Hehe, ayo mas tetangga," Morchie langsung menaiki motor dan memegang bahu cowo itu.
"Di pinggang dong Chi pegangannya, masa di bahu, lu kira gue mas mas ojek apa ?" Morchie memutar matanya malas.
'Ini upil banyak omong, pengen gue jitak ahh..'
"Kan lu selain jadi mas tetangga, lu mas ojek juga. Jalanin motor nya, kalau telat album gue di bakar sama emak gue. Kalau kejadian, buku-buku kesayangan lu itu gue bakar juga,"
"Iya iya, bawel amat sih. Pegangan, gue mau ngebut,"
Dengan terpaksa, Morchie memegang pinggang si mas tetangga.
"Jalan bego,"
💎💎💎
"Gue pulang bareng lu ya, awas aja lu tinggalin. Gue teror lu di rumah," kata Morchie galak."Iya sayang, bawel banget sih,"
"Sayang pala lu peyang. Gue masuk kelas duluan, dah" Morchie langsung beranjak dari parkiran. Bukannya bilang makasih dia malah ngegalakin. Dasar nenek sihir.
"Chi, tumben lu lama. Ini udah bel loh, untung aja Bu Sari belum masuk," tanya Shera- sahabat Morchie.
"Tadi telat bangun, terus gue males bawa motor," jawab Morchie sambil mengeluarkan perlengkapan belajar nya.
"Terus lu naik apa ?"
"Sama mas ojek,"
"Itu Bu Sari udah mau masuk, ntar aja ngobrolnya," lanjut Morchie.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 14.00 yang artinya waktu pulang telah tiba. Morchie sudah menggendong ranselnya, padahal guru belum juga keluar.
"Morchie, siapa suruh kamu gendong tas ? Bapak belum bolehin pulang," kata Pak Agung.
"Yah Pak, udah kebelet banget ini," sahut Morchie santai.
"Morchie, kamu tuh ya bandel banget dibilangin. Tiru itu pacar kamu, si Aven. Anak nya baik, pintar lagi," kata Pak Agung lagi. Morchie hanya memutar bola matanya malas. Semua guru menuduh dia pacaran sama Aven dan kemudian membandingkan dirinya.
"Pak, Aven bukan pacar saya."
"Dasar anak muda, padahal dalam hati berbunga-bunga. Ya udah kita pulang, bapak juga mau cepat-cepat ketemu istri," seisi kelas tertawa mendengar perkataan Pak Agung.
Pak Agung adalah guru muda dan juga tampan. Dia baru saja menikah 3 bulan lalu, dan gurunya itu sangatlah bucin.
"Yang berbunga-bunga itu bapak bukan saya," gumam Morchie pelan. Kalau sampai di dengar Pak Agung bisa di hukum dia.
"Selamat siang anak-anak, bapak permisi duluan. Hati-hati di jalan."
Morchie menoleh ke belakang, dia mencari mas ojeknya. Lumayan kan duit buat ongkosnya aman.
"Mas ojek, ayo pulang !" Panggil Morchie pada orang yang duduk di belakang nya.
"Oh ini mas ojeknya, kirain mas-mas ojek pangkalan," kata Shera sambil tertawa pelan.
"Iya emang ini mas-mas ojek yang suka mangkal depan rumah gue Ra,"
"Apaan sih, gue bukan mas ojek pangkalan. Gue ojek pribadinya Morchie,"
"Ven Ven, segitu bucinnya lu. Gue cabut di luan ya, jagain nih sahabat gue. Dadah Chi," Shera pun beranjak dari kelas. Dan sekarang tinggal Morchie dan Aven yang tinggal di kelas.
"Pulang sekarang ?" Tanya Aven.
"Iya lah, maksud lu mau kapan ?" Balas Morchie galak.
"Ya udah ayo," Aven memegang pergelangan tangan Morchie dan kemudian berjalan ke parkiran. Morchie tidak menepis tangan Aven, dia tetap mengikuti langkah laki-laki itu.
"Nih pake helmnya dulu," Morchie pun memakai helm yang diberikan Aven.
Setelah 10 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di depan rumah Morchie.
"Chi, masih marah ya sama gue ?" Tanya Aven.
"Udah lama juga. Gue gak marah lagi sama lu ntar dosa gue numpuk, cuma ya gue tetap aja kecewa," Morchie melepas helm nya dan ditaruh di atas motor Aven.
"Makasih ya mas ojek," Morchie langsung memasuki rumahnya.
'Maaf Chi'