Di ruang makan mansion megah keluarga Dulce, Hugo dan kedua orangtuanya sedang menyantap sarapan pagi sebelum memulai aktivitas hari mereka.
"Hugo, akhir pekan ini daddy akan berkunjung ke rumah tuan Lorenzo untuk membahas sedikit urusan partai. Kau bisa temani daddy, sekalian membahas perjodohanmu dengan Celine?" ucap Frank J. Dulce, ayah Hugo yang menjadi pimpinan partai demokrat saat itu.
"Oh...Come on Dad! Celine hanyalah teman kecilku dan tidak akan bisa lebih. Lagipula aku masih ingin menikmati masa mudaku tanpa ikatan" rajuk Hugo berharap ayahnya tidak lagi memborbardir dirinya untuk segera bertunangan dengan Celine yang ia tahu itu hanya untuk kepentingan oposisi ayahnya semata dan menjauhkan dirinya dari wanita-wanita yang mendekatinya hanya karena ingin mendapatkan posisi dan harta keluarganya.
"ehmn.. apakah karena ada wanita lain?" remeh Frank dengan senyuman miringnya yang dibalas Hugo dengan menatap lekat ayahnya menaikan kedua alisnya.
Frank tahu putranya tidak mudah jatuh hati kepada seorang wanita. Ia memiliki kriteria yang rumit ingat Frank ketika Maria menceritakan tentang putra semata wayang mereka.
"Jelaslah Celine lebih berkelas dan pantas untukmu dibandingkan wanita lain di luar sana." yakin Frank yang sudah berteman lama dengan ayah Celine.
"Bagaimana jika aku bisa menemukan wanita yang lebih baik dari Celine?" tantang Hugo asal, berharap bukan Celine wanita yang harus menemaninya hingga akhir hayatnya.
Serasa masuk ke dalam api neraka bagi Hugo jika pada akhirnya ia harus menikahi wanita itu.
"Memangnya apa kekurangan Celine, Hugo?" kali ini Maria, ibu Hugo yang mulai penasaran dengan putranya yang selalu saja mempunyai seribu alasan jika dijadwalkan bertemu dengan Celine.
"Dia terlalu manja mom, aku tidak suka wanita manja, terlalu merepotkan. Ohya, satu lagi, ketiaknya bau bawang." jawab Hugo datar membuat Frank dan Maria saling memandang dan tersenyum satu sama lain berusaha menahan tawa mereka.
"Apa ada yang salah dengan jawabanku?" tanya Hugo melihat ekspresi kedua orangtuanya yang menyebalkan menurutnya.
Frank dan Maria kompak menggelengkan kepalanya, melahap sarapan mereka hingga tandas tanpa melanjutkan topik pembahasan mereka tentang Celine.
Setelah selesai dengan santap paginya, Hugo melajukan mobil sport berwarna dominan hitam doff dengan sedikit aksen merah yang tetap menonjolkan sisi maskulin sang pemilik.
Lamborghini SC18 ini terparkir mencolok di parkiran khusus Xavier Corp, perusahaan milik Hugo yang ia dirikan dengan hasil kerja kerasnya.
Walaupun orangtuanya terjun di bidang politik, tidak membuat Hugo tergiur untuk ikut ke dalamnya.
"Selamat pagi, Bosku" sapa Roni, satpam penjaga parkir yang segera melakukan sikap hormat bak sedang melakukan upacara bendera.
"Jaga dia, aku hanya sebentar!" titah Hugo dingin kemudian berjalan menuju lift yang menghantarnya menuju lobby perusahaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Found You in a Bomb Blast
RomanceEmily gadis yang ceria, keinginannya untuk menjadi seorang hotelier salah satu hotel ternama di kota itu terwujud karena kecerdasan dan ketangkasannya. Sebuah ledakan bom terjadi di lokasi kerjanya membuat Emily terperangkap dalam pesona seorang pri...