🌺🌺🌺
18+
Jam dinding kamar apartemen Revan, kini menunjukkan pukul 6.58. Sepasang insan yang ada di kamar itu, tampak masih terlelap di atas ranjang king size mereka. Revan tidur dengan posisi menyamping menghadap Ola. Satu tangannya kini melingkari pinggang perempuan itu.
Sementara itu, Ola tidur terlentang dengan satu kakinya yang bertengger sembarangan di atas paha Revan. Saat dia melakukan pergerakan kecil untuk berbalik ke samping, perempuan itu merasakan sesuatu hal yang seperti membebani pinggangnya saat ini.
"Hm .., " gumamnya setelah mengubah posisi tubuhnya menjadi menyamping hingga menghadap pada Revan yang masih terlelap.
Ola mengerutkan keningnya, hingga kedua pejaman matanya terbuka perlahan. Matanya yang kini sayu karena sehabis bangun tidur, menatap wajah tampan seseorang yang kini terlelap di hadapannya. Hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya.
Perhatian Ola mengarah pada lengan lelaki itu yang kini merangkul pinggangnya dengan posesif.
Untuk sejenak, perempuan itu memandangi wajah tampan yang selalu menjadi idola setiap wanita, di hadapannya ini. Lelaki yang memiliki kedua alis yang tebal dan hitam. Hidungnya mancung bak paruh elang. Bibirnya penuh, berwarna merah alami, tampak begitu menggoda, serta rahang kokoh yang sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus. Anugerah dari sang ilahi karena telah menciptakan mahkluk setampan ini.
Sosok yang tidak lain adalah suaminya sendiri. Meskipun bukanlah suami yang akan dimilikinya sepenuhnya. Selama ini kedekatan mereka juga tidak lebih dari sahabat. Tak pernah terpikir di benak Ola sedikit pun, jika sekarang lelaki ini sudah berstatus menjadi suaminya.
"Nyet, bangun, gih. Udah siang, nih." Ola memain-mainkan hidung mancung Revan dengan jarinya. Namun, apa yang dilakukannya sama sekali tidak membuat lelaki itu terbangun.
Ola hanya tersenyum geli jika melihat keadaan Revan sekarang yang hanya bertelanjang dada. Sementara itu, dirinya sendiri memakai kemeja milik pria itu yang kini membuat tubuh mungilnya tenggelam. Yang membuat Ola terkikik menekap mulutnya adalah bercak-bercak merah yang ada di sekitar leher, bahu, dan dada pria itu. Bercak yang dikarenakan perbuatannya, atas apa yang telah mereka lalui tadi malam.
"Kebo," gumam Ola lalu menyingkirkan lengan Revan dari pinggangnya.
Namun, Revan kembali melingkari lengannya ke pinggang Ola. Lelaki itu bahkan menarik tubuh Ola untuk merapat padanya. "Hm," gumamnya dalam mata yang masih terpejam.
"Revan!" Ola melotot sambil berupaya melepas pelukan Revan yang begitu erat.
"Apa sih, Ola? Jangan berisik deh," ujar Revan dengan suaranya yang serak dan parau, masih dalam kedua mata yang terpejam.
"Van, lepasin. Udah mau jam tujuh. Lo mesti ke kantor, 'kan?"
"Masa sih?" Revan akhirnya membuka pejaman matanya dengan setengah terbuka, menatap Ola dengan pandangannya yang sayu karena masih mengantuk. Sedetik kemudian, lelaki berparas tampan itu mendaratkan satu kecupannya yang begitu lembut di kening sang istri.
"Revan, lo jangan macam-macam, ya! Nyari kesempatan banget, sih!" Ola memandang Revan dengan tatapan kesal.
Revan hanya terkekeh. "Galak banget, sih Ola. Tapi, gue seneng banget tadi malem. Walaupun badan gue masih capek. Apa yang lo lakuin tadi malem benar-benar bikin badan gue jadi enakan. Lain kali gue nggak akan kalah lagi, Ola. Lo yang akan gue buat berada di bawah," ujar Revan dengan suara setengah berbisik.
Ola memutar bola matanya jengah. "Van. Gue cuma bilang dua kali. Lepasin sekarang atau gue tendang tuh junior lo!" ancam Ola dengan mata melotot.
Revan langsung kicep dan akhirnya melepaskan pelukannya dari Ola setelah mendengar ancaman perempuan itu yang tampak tidak main-main.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENIKAHI SAHABAT
RomanceDemi membantu Revan agar Luna kembali, Ola bersedia menerima tawaran Revan untuk menikah dengan lelaki itu. Benarkah motif Revan mengajak Ola menikah, memang karena Luna, atau adakah motif lain selain itu?