🌺🌺🌺
Revan mendengkus kasar setelah menutup kembali pintu kamar apartemennya. Setengah hatinya bahagia karena apa yang diharapkannya terjadi. Sang pujaan hati yang masih begitu diinginkannya akhirnya kembali sesuai dengan apa yang direncanakannya. Namun, sayangnya, rasa bersalah juga memenuhi hatinya terhadap perempuan yang saat ini terluka akibat kemarahan Luna.
Ola yang duduk di atas tempat tidur sambil sesekali mengusap wajahnya yang tampak menggenaskan akibat serangan Luna barusan, langsung berusaha berdiri begitu melihat Revan masuk ke kamar mereka.
"Van, kok lo balik? Kejar gih sana si Luna! Luna pasti salah paham dan sedih banget sekarang!" pekik Ola yang melangkah agak tertatih mendekati Revan.
Revan mengarahkan pandangannya pada Ola. Di mana saat ini kondisi sang istri tampak memprihatinkan. Dengan rambut yang tampak acak-acakan ibarat habis tertiup angin puting beliung. Di sekitar pipinya terlihat bengkak dan memar. Darah segar menetes di ujung bibirnya dengan beberapa luka di pipi akibat cakaran Luna.
Selain memberi tamparan dan cakaran, Luna juga menjambak rambut Ola. Namun, tidak sedikit pun Ola berusaha membela dirinya. Bahkan, perempuan itu seakan pasrah dan menerima segala perlakuan Luna padanya.
Rasa bersalah seketika memenuhi hati Revan terhadap Ola. Tidak seharusnya Ola mendapat perlakuan seperti ini karena rencana konyol yang telah disusunnya.
"Van, Luna kembali dan itu membuktikan kalau dia masih mencintai lo. Buruan sana lo paka baju ter-"
"Berhenti, Ola!" potong Revan berhasil membuat Ola diam. Raut wajah lelaki itu tampak serius. "Lo tahu, Ola? Kalau ada satu hal penting yang harus gue lakukan sekarang, itu adalah mengobati luka-luka yang diakibatkan Luna di wajah istri gue!"
Ola hanya berdecak. "Ya elah, Van. Lebay banget sih. Luka di wajah gue kenapa harus lo pikirin. Mending sekarang lo-"
Kata-kata Ola tertahan begitu Revan dengan spontan menggendong tubuhnya.
"Apaan sih Lo, Van? Turunin, nggak!"
"Jangan sok kuat, Ola."
"Lo mau apa, hah? Turunin gue sekarang, Van!"
Revan tetap membopong tubuh Ola menuju ranjang mereka. Kemudian direbahkannya tubuh ramping itu ke atas ranjang.
"Gue tadi melihat Luna mendorong lo. Lo masih saja bertingkah sok kuat gini, Ola?"
Ola hanya terdiam tanpa bisa menjawab satu patah kata pun ucapan Revan. Revan sendiri langsung bergegas keluar kamar. Tidak lama kemudian, lelaki itu kembali dengan membawa satu baskom yang berisi es batu, kotak P3K dan handuk kecil. Lelaki bertubuh tegap itu langsung duduk di samping sang istri setelah menaruh semua yang diambilnya tadi ke atas nakas.
Revan kemudian merapikan rambut Ola yang sangat berantakan dan acak-acakkan lalu mengikatnya dengan pelan seperti cara perempuan itu mengikat rambutnya. Setelah itu, lelaki itu mulai mengompres pipi dan ujung bibir Ola yang lebam dengan sangat pelan sekali.
"Ssshh, sakit, Van," ringis Ola dengan mata terpejam.
"Maaf," ujar Revan menyesal menatap Ola sendu. "Ini semua salah gue. Gue yang membuat lo seperti ini."
Ola menghela napas berat. "Nggak papa. Bukan salah lo juga kok. Namanya juga cewek lagi cemburu. Wajar Luna marah sama gue. Siapa yang nggak marah coba? Saat lihat kekasihnya nikah sama cewek lain. Apalagi cewek itu temen lo sendiri."
Revan tetap tidak tega melihat Ola seperti ini. Harusnya dialah yang dipukul, bukannya Ola. Ola hanya membantunya. Namun, malah Ola yang mendapat imbas atas kemarahan Luna.
Revan kembali melanjutkan mengobati luka di wajah Ola dengan pelan dan penuh perhatian.
"Ini sakit?" tanya Revan sambil mengelus lembut pipi Ola yang merah dengan telunjuknya.
Ola menggeleng ragu. "Nggak kok, Van."
"Tadi Luna juga ngebenturin kepala lo, 'kan?"
"Eng-enggak, kok, Van," bohong Ola.
"Lo mau bohong sama suami lo? Lo kira gue nggak lihat, Ola?"
"Van, udah, deh. Luna itu lagi cemburu karena berpikir gue ngerebut lo dari dia. Apalagi dengan keadaan lo yang bertelanjang dada dan penampilan gue yang seperti ini. Dia pasti berpikir kita udah ngelakuin yang macam-macam."
"Kita nggak ngelakuin apa pun. Kecuali kejadian tadi pagi yang hampir membuat gue lepas kendali," ujar Revan sambil menghela napas berat menatap Ola.
Kalau saja dia tidak mendengar Ola memohon, mungkin sekarang Luna akan semakin membenci Ola setelah mengetahui dirinya bercinta dengan perempuan itu. Meskipun perempuan itu istri sahnya sekali pun. Revan pasti sudah tidak perjaka lagi sekarang.
Entah apa yang merasukinya saat itu. Namun, yang Revan tahu dia tiba-tiba begitu sangat menginginkan Ola. Aroma tubuh khas bayi milik perempuan itu membangkitkan sesuatu hal di dalam diri Revan. Hal yang sampai detik ini disesalinya. Sejak mereka satu ranjang, entah sejak kapan aroma tubuh perempuan itu seperti candu baginya.
Bercak-bercak merah yang ada di sekitar leher dan dadanya, serta dengan kondisi bertelanjang dada. Sementara itu Ola memakai kemejanya, mungkin orang lain akan berpikir jika mereka baru saja melakukan hubungan suami istri. Padahal kenyataannya tidak sama sekali.
Tadi malam mereka bermain catur hingga dini hari. Sebagai hukuman yang kalah, harus tidur tanpa menggenakan baju. Pada permainan pertama Revanlah yang kalah. Lelaki itu dengan sangat terpaksa tidur bertelanjang dada. Hingga pada permainan selanjutnya Olalah yang kalah. Mengingat tidak mungkin Ola tidur tanpa menggenakan pakaian, Revan memperbolehkan Ola menggenakan pakaian dengan syarat harus kemeja miliknya.
Bercak merah yang ada di leher dan dada Revan juga karena tadi malam Revan meminta Ola memijatnya. Iseng, perempuan itu mengolesi banyak balsem di sekitar leher dan dada Revan sampai Revan merasa kepanasan karena balsem itu dan akhirnya menggosok-gosoknya hingga menimbulkan bercak merah.
"Maafin gue, Ola."
"Minta maaf lagi gue toyor lo," ujar Ola galak.
Revan malah terkekeh. "Dih, galak amat, sih."
Ola menatap Revan heran. "Kok lo kelihatan santai banget sih? Sementara cewek lo nangis mikir kita macam-macam."
Revan sejenak menghela napas berat. "Terus gue harus gimana?" tanya Revan kalem lalu tangannya terulur mengelus wajah Ola. "Gara-gara gue Luna sampai nyakitin lo begini. Gue sangat merasa bersalah, Ola. Gue membawa lo pada masalah gue. Gue minta maaf. Tolong maafin gue, Ola. Maafin apa yang tadi sudah Luna lakukan." Revan menatap Ola sendu dengan wajah yang dipenuhi rasa bersalah.
"Iya, udah gue maafin kok, Van."
"Luna mungkin adalah wanita yang paling gue cintai. Tapi, lo adalah istri gue. Dan prioritas gue saat ini adalah menjaga lo." Revan tiba-tiba bertekuk lutut di hadapan Ola yang hanya menatap lelaki itu terperangah.
"Apaan sih lo, Van!"
Revan malah tersenyum lalu mencium sudut bibir Ola dengan cepat, sebelum akhirnya bangkit dan tidak memberikan Ola kesempatan untuk protes.
"Hari ini kita keluar ya. Lo mandi dulu dan siap-siap. Biar gue yang siapin sarapan"
Revan lalu melangkah keluar kamar meninggalkan Ola yang hanya melongo, mencoba mencerna apa yang barusan terjadi.
Bersambung🌺
Yang mau baca part 8 bisa langsung meluncur di KBM Applikasi ya. Sekarang sudah part 13.
KBM Applikasi bisa di download di playstore yaa.Jangan lupa Follow dan Subscribe akun saya di KBM Applikasi, 'Aya Nuryulianti Syam' , untuk mendapatkan notif. Karena di KBM Applikasi saya akan mengupdate 2 hari sekali. 😘
Jangan lupa follow dan subscribe😘
KAMU SEDANG MEMBACA
MENIKAHI SAHABAT
RomanceDemi membantu Revan agar Luna kembali, Ola bersedia menerima tawaran Revan untuk menikah dengan lelaki itu. Benarkah motif Revan mengajak Ola menikah, memang karena Luna, atau adakah motif lain selain itu?