Pertemuan kedua

41 0 0
                                    

Setelah perpisahan itu,
Allah lagi-lagi mempertemukan kita dengan caraNya, padahal jika difikir peluang untuk saling bertemu itu sedikit, tapi yah sebagai manusia yang beriman harus percaya pada takdir dan skenario terbaik dariNya.

Kita akhirnya bertemu dan bertegur sapa kembali, awal dari perjumpaan kedua kita ini sebenarnya aku tak berharap apa-apa dan memang aku bersikap biasa saja, karena aku tahu kita hanya sebatas orang asing yang pernah Allah pertemukan meski aku sempat memiliki sebuah rasa entah kamu bagaimana akupun tak tahu tentang hal itu.

Mau bagaimana lagi? Karena kondisi pada saat itu yang mengharuskan kita untuk sering bertemu dan komunikasi yang cukup intens, bahkan kita pernah duduk bersama untuk berbagi cerita.

Kebaikan yang kamu lakukan masih kuanggap hal yang biasa saja, karena hal itu juga mungkin saja kamu lakukan pada orang lain, namun entah mengapa seiring berjalannya waktu, rasa yang pernah ku simpan rapat-rapat kini kembali hadir membersamai relung hatiku.

Setelah perjumpaan ini berlalu, aku mencoba bersikap biasa saja, namun nyatanya? Melupakan kenangan pertemuan kedua ini sulit bagiku. Berulang kali ku yakinkan diriku bahwa ini adalah rasa yang tidak benar, namun ada saja kenangan kita yang mematahkan raguku.

Aku sadar, dan aku tahu bahwa kita adalah ketidakmungkinan yang sudah jelas, kita hanya dipertemukan untuk berbagi cerita bukan melainkan akhirnya berbagi kisah, fikirku dalam hati untuk meyakinkan diriku lagi perihal rasa ini. Banyak hal yang menjadikan kita berbeda, perihal waktu dan juga kehidupan kita.

Saat ini aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, bagaimana mungkin aku berharap pada sesuatu yang awalnya memang tidak kuharapkan, namun ini sungguh diluar kendaliku.

Mengapa saat aku mulai menaruh harap kembali, kamu patahkan pengharapanku? Kamu menjauh bahkan hilang seolah kamu memang tak ingin akan semua ini?
Jika memang benar demikian, lalu mengapa dengan mudahnya dahulu, kamu menabur gula pada rasa pahit kopiku, padahal aku tidak memintanya?
Setelah kuteguk, Manisnya kini berubah menjadi racun yang perlahan membunuh rasaku.

Kini setelah kepergianmu, aku mendapatkan cinta dan hidup yang baru dari Rabbku.
Katanya, aku tak harus bersedih perihal kamu yang memilih untuk pergi, jika aku mencintaiNya maka Dia akan membuat dirimu mencintai ku, karena hatimu masih milik Rabbku.
Aku tidak punya hak atas dirimu, selain mendo'akan kebaikan untukmu.

Cinta dariNya♥️


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang