02

14 0 0
                                    

Eka Wangsa Junanda. Si Calon Ketua Kelas 11 IPA 1 yang langsung gagal diawal karena ia sudah menjadi anggota OSIS SMA Pertiwi. Lantas jabatan ketua kelas pun diambil oleh Jeno Arga Saragih, kapten kelas yang tegas namun juga menyenangkan.

Rumah Juna tepat berhadap-hadapan dengan rumah bercat putih milik Intan. Tak pelak, hal itu membuat keduanya menjadi begitu akrab satu sama lain.

Namun akhir-akhir ini, cowok dengan tinggi 174 cm itu merasa ada yang berbeda dengannya. Perasaan sebagai sahabat yang selalu ia tegaskan pada hatinya mulai berubah. Kini yang ada bukan hanya rasa sebagai sahabat, tapi juga rasa suka yang mampu menggetarkan hatinya. Dan itu benar-benar membuatnya takut.

Takut dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Anggap saja dia lemah. Tapi ia benar-benar takut kehilangan sahabatnya itu jika dia berani mengungkapkan rasa yang kurang ajar ini. Apa reaksi Intan jika dia tahu Juna menyukainya? Itu pasti sangat mengerikan, pikir pemuda itu.

Pelajaran kali ini kosong. Pak Yuli, guru Biologi, tengah menghadiri rapat di Kabupaten. Alhasil, kelas yang tidak mendapat tugas apa-apa kini menjadi berisik. Sudah heboh dengan kegiatan masing-masing.

"Turnamennya malah jadi ajang adu tonjok. Wah gila, seru banget, sumpah. Harusnya kalian semalem ikut nonton bareng gue," cerita Awe dengan menggebu setelah semalam menonton turnamen Voli final antar SMP se-Kabupaten. Juna dan Jeno yang ikut mendengarkan hanya tersenyum.

"Ck sayang banget nggak nonton. Gue semalem malah diajak ke pasar kaget sama Osin," balas Janssen merasa kecewa. Osin itu adalah pacarnya yang ada di kelas 11 IPA 2.

"Siapa yang ngagetin?" tanya Jeno.

"BAPAK LOO!" jawab Juna ngegas.

"Tuh Si Reinza," jawab Janssen asal. "Nyeremin, gaes. Ngegas mulu bawaannya." Keempatnya kompak tertawa bersama.





"Pakai lipbalm yang ini aja, Mei. Gue yakin bagus banget kalau lo pakai." Luciana, salah satu anggota OSIS kini sibuk memperlihatkan dagangan online-nya pada Mei, Dhita, Tya, dan Yoga yang sudah duduk mengerubunginya.

"Beneran bagus nggak, nih?"

"Iya, gue jamin dah. Bibir lo tuh dah bagus. Lo pakai ini malah tambah uwaaw," ucap Luciana meyakinkan.

"Ya iyalah. Rio aja sampai doyan."

Sepersekian detik kemudian, tangan Mei sudah mengenai bibir Tya menyebabkan gadis langsing itu mengaduh sakit.

"Eh eh buat pacar gue dong." Yoga ganti merebut hape Luciana dan mencari lipbalm di sana.

"Buat Intan, ya," ceplos Dhita. Gadis putih satu ini kalau bicara suka ngawur. Blak-blakkan.

"Ada apa neh bawa-bawa gue?!" Intan yang baru saja dari kamar mandi bersama Nadilla jadi ikut berkumpul melihat barang dagangan Luciana.

"Nih Yoga mau beliin lo lipbalm."

"Jancuk!"

Kini keenamnya sibuk mencari barang-barang yang mau dibeli.






"Nggak gitu, yang. Kepang aja."

Rama mendengus, tapi juga beralih ke belakang Lisa guna mengepang rambut pacarnya itu. Keduanya duduk di belakang kelas sambil men-charge hape.

Zhafira dan Nadilla yang duduk bersampingan menyender di tembok samping tempat duduk Zhafira hanya mengamati. Keduanya bergidik melihat interaksi antara Rama dan Lisa tersebut.

"Gue pacaran sama Kak Edo aja nggak pernah digituin."

"Boro-boro dikepangin, megang tangan aja Eja nggak pernah."

WE YOUNGWhere stories live. Discover now