Hari itu dimana bulan purnama terjadi, di sebuah kerajaan Zhang. Permaisuri Zhang sedang berusaha melahirkan sang anaknya.
Di ruangan itu juga para tabib dan dayang membantu permaisuri untuk melahirkan, dayang Bao yang berdiri tak jauh dari tempat tidur permaisuri sedang menggendong pangeran kecilnya yang baru saja lahir beberapa menit yang lalu.
Ya, permaisuri mengandung anak kembar dan bayi yang berusaha di lahirkan adalah anak ketiganya.
Di luar ruangan Kaisar Zhang dan beberapa dayang juga ibu suri yang sedang menggendong putra mahkota yang sudah berusia 3 tahun menunggu dengan cemas.
Hingga akhirnya pintu besar yang tertutup itu terbuka menampilkan tabib yang membantu permaisuri untuk melahirkan.
Kaisar Zhang masuk diikuti oleh ibu suri dan 3 dayang nya.
"Bagaimana? Dimana permaisuri dan juga anakku?" Tanya kaisar Zhang cemas.
"Selamat yang mulia, anda mendapatkan pangeran dan putri yang sangat tampan dan cantik, yang mulia permaisuri pun selamat hanya kelelahan dan butuh istirahat." Jawaban sang tabib mampu membuat kaisar Zhang dan ibu suri tersenyum tidak lupa juga para dayangnya yang ikut merasa senang.
"Selamat kaisar Zhang." Ketiga dayang itu memberikan ucapan selamat tanpa melihat gelagat aneh yang diperlihatkan oleh sang tabib.
"Kenapa dengan wajah mu itu tabib Sin? Apakah ada sesuatu yang belum kau sampaikan?" Suara lembut itu keluar dari ibu suri.
"A-ampun yang mulia, tapi t-tuan putri. Terlahir dengan tidak bernyawa."
"TIDAK!"
Teriakan itu berasal dari permaisuri yang sejak tadi mendengarkan mereka.
Permaisuri terus berteriak, mengatakan kata 'dimana anakku?' berulang-ulang kali.
Kaisar yang tidak mampu melihat permaisuri nya, seperti itu pun bergegas memeluk sang istri.
"Y-yang mulia, dimana anakku? Dimana putri ku? Yang mulia!" Teriakan itu sangat menyakitkan bagi yang mendengarnya.
Permaisuri yang lemah lembut, penyayang, dan tegas mereka depresi karena kehilangan anaknya, tuan putri mereka.
"Kemarikan anakku." Pinta kaisar, suaranya serak menahan tangis.
Kemudian dua orang dayang yang menemani permaisuri melahirkan pun mendekat, dengan dayang Bao yang menggendong pangeran kecil yang sedang tertidur dengan damai dan dayang Lu yang menggendong putri kecil yang tidak bernyawa.
Permaisuri mengambil putri kecilnya, membawa sang putri kedekapan hangatnya. Sedangkan kaisar menggendong sang pangeran.
"Putriku, ini ibunda. Kau tidak mau melihat ibundamu ini? Hn?"
"Bangunlah, putriku. Apa kau tidak haus? Kau pasti haus bukan?"
Gumaman permaisuri terdengar.
Tiba-tiba saja angin kencang bertiup membuka jendela kamar dengan sangat kencang, suara petir pun terdengar.
Dan cahaya putih masuk kedalam ruangan itu dan masuk kedalam tubuh sang putri tidak ada yang menyadarinya, dengan bersamaan tiba-tiba saja sang putri menangis kencang disusul tangisan sang pangeran yang tadi tertidur dengan damai.
"Anakku." Tangis haru seorang ibu pun keluar, permaisuri Zhang menciumi wajah putri dan pangeran kecilnya.
Semua orang yang berada di ruangan itupun merasa bahagia.
"Ibu." Panggilan sang putra mahkota membuat permaisuri melihat kearahnya.
"Ah, putraku. Kemari nak, lihatlah kedua adikmu ini."
Putra mahkota menuruti perkataan Ibundanya, turun dari gendongan sang nenek dan berlari ke arah tempat tidur.
Kebagiaan pun menghadiri keluarga kecil itu.
~ Zhang Xiaomi Lu. ~
Mata indah nan imut itu terbuka lebar, mengerjapkan matanya beberapa kali.Di sekelilingnya, 3 dayang melihatnya dengan gemas.
"Whaa... Apa aku benar-benar bereinkarnasi?!" Jerit Xiaomi Lu.
Jeritan itu terdengar oleh ketiga dayang seperti celotehan khas bayi kecil.
"Sungguh nasib 'mu, sangat-sangat sial sekali Xiaomi. Huhuhu..."
Xiaomi Lu yang berada di tubuh seorang bayi kecil pun menangis keras.
Membuat ketiga dayang yang menjaganya panik dan salah satu dari mereka pun menggendong tubuh mungilnya.
"Tuan putri kecil, kenapa menangis. Apakah tuan putri haus?" Tanya dayang yang menggendongnya.
"Hwa... Odoh! U mu gis. Oekkk..."
Tangis kencang Xiaomi terdengar sampai di luar.
"Jadi aku harus menjadi anak kecil kembali? Baiklah, aku akan menjadi anak kecil kembali. Tapi aku bereinkarnasi di benua mana?!"
~ Zhang Xiaomi Lu. ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Zhang Xiaomi Lu
Historical FictionZhang Xiaomi Lu, siapa dia? Bukan novel terjemah!