“Jadi kamu pemuas nafsu ayahku yang terbaru?” tanya Lucca sarkas sambil menatap tajam ke arah Rossie yang saat itu sedang membereskan buku-buku di ruang kerja Tuan Enrico Lombardy.
Rossie pun menoleh ke belakang dan hanya terdiam menatap Lucca yang terus berjalan menghampirinya.
“Apa kabar, Tuan Lucca … saya Rossie. Ayah anda sudah berangkat, tadi sebenarnya Pap— maksud saya Tuan Enrico menunggu anda untuk sarapan pagi bersama, tapi anda belum bangun,” sahut Rossie sambil membereskan lagi buku-buku bacaan Tuan Enrico.
“Aku tahu, aku memang sengaja nggak bangun, karena aku malas ketemu Ayah karena Ayah selalu saja punya mainan baru,” ujar Lucca sambil mengelus perut Rossie yang membuncit. “Ini kan hasil mainan Ayah?” tanya Lucca sinis.
Rossie hanya bisa mengangguk dan tertunduk ke bawah. Dalam hati sebenarnya Rossie tertarik dengan ketampanan laki-laki yang berdiri di belakangnya yang masih asyik mengelus-elus perut besarnya ini. “Buseet, keren banget ni cowok! Tangannya juga panjang dan besar, pastinya ‘anu’-nya juga besar!” bathin Rossie mesum begitu melihat ada cowok tampan yang mendekat padanya.
“Rupanya kamu bisa memuaskan Ayahku yaa, sampai-sampai kamu jadi perempuan simpanannya. Aku jadi ingin tahu bagaimana cara kamu memuaskannya?” tanya Lucca penasaran sambil terus mengelus-elus perut besar Rossie dengan tangan kirinya dari belakang, sedangkan tangan kanannya mulai bergerilya dengan menarik rok selutut Rossie yang ditariknya ke atas dan membelai paha mulus perempuan itu.
Rossie hanya bisa memejamkan matanya sambil menikmati sentuhan tangan Lucca di pahanya yang terus menerobos masuk ke dalam g-stringnya yang memudahkan akses tangan Lucca untuk bermain di sana. Rossie pun mendesah nikmat.
“Tuan Lucca, aku mohon jangan …” Ucapan Rossie penuh dengan kemunafikan, karena sebenarnya Rossie sangat menikmati sentuhan lembut tangan Lucca di miss V-nya, hingga membuat kakinya membuka lebar.
“Kamu bohong, Rossie. Mulut dan tubuhmu berkata lain, kamu menikmati sentuhanku,” ujar Lucca yang kemudian memiringkan kepala Rossie ke arahnya dan mulai memagut bibir Rossie yang sudah terbuka, terlihat begitu sexy.
Rossie pun tak tahan dan mulai melayani ciuman Lucca yang liar, nafas mereka memburu sambil sesekali berbagi oksigen. Tidak puas di bibir Rossie, Lucca beralih ke rahang dan leher Rossie yang jenjang yang membuat Lucca semakin bergairah dan tangannya mulai meremas payudara Rossie yang bulat dan padat, membuat kejantanan Lucca semakin mengeras.
Lucca segera menarik baju hamil Rossie ke atas, hingga mempertontonkan tubuh Rossie yang bulat menggairahkan, lalu membuang baju itu begitu saja dan segera bermain di dada Rossie yang bulat dan padat dengan lidah dan tangannya.
Rossie pun kembali mendesah dan mengerang nikmat Ketika Lucca menghisap dan memainkan payudaranya.
“Tuan, bagaimana kalau ada yang masuk ke sini?” tanya Rossie cemas sambil meremas rambut Lucca.
“Tenang saja, aku sudah mengunci ruang kerja ini, jadi nggak ada yang bisa masuk ke sini,” sahut Lucca sambil terus bermain di payudara Rossie, lalu turun menyusuri perut buncitnya sambil mengecupnya hingga ke miss V Rossie yang nampak mengintip malu-malu di bawah perut buncit itu.
Lucca segera melepas g-string yang menutupinya dan menyuruh Rossie berbaring di atas meja kerja Ayahnya yang kosong, sehingga Rossie bisa berbaring di sana.
“Aku akan memuaskan kamu, Rossie … kamu akan lihat siapa yang paling memuaskan, aku atau Ayahku!” desis Lucca ketika Rossie sudah terbaring di depannya dengan kedua pahanya yang telah terbuka tepat di depan wajah Lucca.
Lucca pun mulai menjilati miss V Rossie sambil duduk di kursi kerja Ayahnya, membuat Rossie menggelinjang nikmat sambil melengkungkan punggungnya hingga tubuhnya bergetar.
“Gila ni cowok, lidahnya aja udah enak kayak gini, gimana anunya?” bathin Rossie yang sudah nggak tahan ingin merasakan penyatuannya dengan penis Lucca.
“Tuan Lucca …”
“Hmm …” tanya Lucca sambil terus menjilati miss V Rossie yang harum, rupanya wanita simpanan Ayahnya ini pintar juga merawat diri.
“Tuan Lucca … masukkin aja … aku udah pengin …” ujar Rossie malu-malu karena sudah nggak tahan ingin merasakan penis Lucca memasuki lubang surganya.
Lucca pun tersenyum, Lucca segera menarik kaosnya dan membuangnya asal, hingga menampilkan dadanya yang kotak-kotak, lalu menurunkan celana bermudanya dan dibuangnya begitu saja ke lantai, hingga terpampang penis Lucca yang begitu panjang dan besar.
Rossie terperangah melihat penis Lucca yang panjang, karena penis laki-laki lain yang pernah bersetubuh dengannya, tidak ada yang sepanjang milik Lucca, apalagi Tuan Enrico.
Rossie pun menggigit bibir bawahnya, membayangkan betapa nikmatnya kalau penis itu masuk dalam lubang surganya, apalagi ketika Lucca mulai menempelkan ujung penisnya di bibir miss V nya yang sudah basah sambil berdiri di depan kedua pahanya sudah terbuka lebar, siap menerima penyatuan.
“Tuan Lucca … oooh … masukkin … aku udah nggak tahan!” jerit Rossie yang sudah nggak tahan ingin merasakan lesakkan penis itu di dalam tubuhnya.
Lucca tersenyum sinis, melihat Rossie yang sudah takluk tak berdaya di depannya sambil meliuk-liukkan tubuhnya yang gendut seperti panda.
Lucca lalu segera memasukkan penisnya ke dalam miss V Rossie, membuat Rossie menjerit kecil dan mulai mendesah dan mengerang nikmat ketika Lucca mulai memaju mundurkan pantatnya hingga menimbulkan suara decakan penyatuan mereka berdua.
Tubuh Rossie bergetar hebat, Rossie benar-benar belum pernah merasakan penyatuan yang senikmat ini, Lucca memang benar, Lucca benar-benar bisa memuaskannya meskipun dirinya sedang berbadan dua.
Rossie pun terus menerus mendesah dan mengerang nikmat, hingga merasakan orgasme yang membuat tubuhnya meledak hebat.
Sementara Lucca masih bertahan dengan penisnya yang keras, Lucca lalu mencabut perlahan penisnya, dan menyuruh Rossie turun dari meja dan mengajaknya ke sofa.Lucca lalu berbaring di sofa dengan penisnya yang masih tegang, Lucca menyuruh Rossie untuk memasukkan lubangnya lagi dengan posisi duduk dan membelakangi dirinya, sehingga Lucca hanya bisa melihat punggung Rossie.
Rossie pun kembali menggoyang-goyangkan pantatnya maju mundur menikmati ledakan kejantanan penis Lucca yang sudah menjadi candu baginya.
Lagi-lagi tubuh Rossie bergetar hebat dan lagi-lagi meledak tak tertahankan. Permainan mereka terus berlangsung hingga 2 jam di ruang kerja itu, dengan berbagai macam posisi.
Hingga akhirnya Lucca meledak ketika mereka bermain dalam posisi doggie style, posisi yang sangat disukainya.
Rossie pun terus menerus meledak menikmati permainan Lucca yang benar-benar membuatnya semakin bergairah dan basah.“Kamu benar-benar hot, Rossie. Meskipun kamu hamil, tapi benar-benar memuaskan, aku suka. Pantas saja Ayah menjadikanmu simpanannya! Selama ini Ayah selalu berganti-ganti dan tidak pernah meminta seorang simpanannya untuk menetap. Ternyata kamu memang beda,” puji Lucca sambil mengenakan kaos dan celanan bermudanya.
“Masa sih, Tuan … Tuan Lucca juga hebat. Jujur, saya baru merasakan penis yang panjang dan besar seperti milik Tuan Lucca. Saya juga suka …” sahut Rossie malu-malu yang tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya sambil mengenakan baju hamilnya lagi.
“Kalau begitu, mulai hari ini kamu juga harus memuaskan aku, Rossie … tapi ingat, tanpa sepengetahuan Ayah! Apalagi Ayah pergi ke Amerika kan selama seminggu? Jadi selama seminggu kita bisa main, oke?”
Rossie pun mengangguk malu-malu, menyetujui tawaran Lucca. Baginya mau main sama anak atau ayahnya, nggak masalah, yang penting hasratnya terpuaskan.
“Ya sudah … sana, kamu keluar dulu. Nanti aku nyusul! Nanti malam kita main lagi, okee?”
Rossie mengangguk lagi lalu bergegas keluar dari ruang kerja Tuan Enrico sambil tersenyum senang.
YOU ARE READING
My Man
RomanceCinta itu bebas. Yang mengikat adalah komitmen untuk bersama selamanya. Rossabelle Chiara tidak pernah bisa berkomitmen pada cintanya yang ingin mengikatnya untuk selama-lamanya, dirinya baru menyadari apa artinya kesepian dan kehilangan ketika Ale...