"Prolog"

14 2 0
                                    

Alina berusia 19 tahun. Perjalanan menuju kampus memakan waktu sekitar 15 menit. Setibanya di sana ia melihat lorong kampus nampak ramai, di penuhi beribu mahasiswa melihat brosur.

Ia mulai membaca brosur tersebut,
"Bulan bahasa yang akan dilaksanakan pada 15-20 September 2020. Kami memiliki event seperti ... bla ... bla ...."
Ia tertarik mengikuti salah satu lomba yang tertera di brosur tersebut.

Lalu ia pergi ke kelas, di kelas tersebut sudah  ada Dita yang lagi membaca buku,
"Dit, lu ikut ga? Event langka loh di kampus ini," ujarnya sambil menyenggol bahu Dita
"Event apa? Kok gue ga tau," tanyanya
"Itu di Mading, bulan bahasa Dita. Come on, gue tau lu suka baca kan? Ngga ada salahnya coba buat cerita, siapa tau lu jadi penulis terkenal," jawabnya. Membuat si Dita tertarik, dengan tatapan mata berbinar "Boleh, btw lu ikut juga kan Lin?" Tanyanya
"Ikut dong, kali ini gue mau ambil cerpen aja lah," ujarnya sambil tersenyum.

****

Tring!

"Btw, Lina tunggu bentar. Gue mau ke kantin dulu, mau bayar makanan," ujar Dita sambil meninggalkan Lina yang terbengong.

Lima menit kemudian

Dor!

"Astagfirullah, Dit–a jantungan nih," Lina kaget lalu menepuk dada, membuat ia kesal bukan main, sedangkan Dita hanya cengengesan, "hehehe, maaf Lin aku sangat bahagia. Tadi di kantin bertemu pria tampan sekali," celoteh ria Dita membuat kuping Lina sakit, lantas ia hanya mengangguk saja.

Beberapa menit kemudian

"Assalamualaikum," tiba Alina memasuki rumahnya, tidak lupa ia salim.

"Waalaikumsallam, nak udah pulang?" tanya bundanya, "Udah Bun, fiuh lelah sekali Alina hari ini, Alina ke kamar dulu yah bun," ujarnya meninggalkan bundanya.

Alina beranjak ke kasur, tempat paling nyaman yang ia rasakan, mata kuliah yang padat membuat ia sangat lelah,
"Nyaman," satu kata berhasil lolos dari bibir Alina. Hanya butuh waktu beberapa menit, kini ia tengah tertidur lelap menyapa mimpi-mimpi indahnya.

Jam menunjukkan pukul 17.00, ia mendengar sebuah teriakan yang berasal dari depan kamarnya.

"Alina, bangun sayang," ujar bunda dibalik pintu kamarnya.

"Iya Bun, ini Alina bangun. Hoam...." Ucap Alina setengah sadar.

Alina beranjak meninggalkan kasur empuknya, ia menuju kamar mandi segera membersihkan diri, karena dirinya sudah bau.

Jam menunjukkan waktu tujuh malam, saat dimana keluarganya berkumpul untuk makan malam. Kini ia membantu bunda menyiapkan makan malam, sambil memikirkan ide apa yang harus ia tuangkan dalam cerpen yang hendak ia buat.

"Alina, ayah lihat kamu semangat sekali?" Ucapan itu terlintas, ia tersedak "Uh–uk! Bun Lina mau air," lantas ia meminum air tersebut hingga tandas.

"Itu ayah, hmm lagi mikirin ide buat ikut perlombaan bulan bahasa yang di adakan oleh kampus, perlombaan itu ada banyak sekali, salah satunya cerpen," jelasnya membuat kedua orangtuanya kaget bukan main.

Hari perlombaan dimulai

"Semua peserta perlombaan diharap memasuki ruang yang disediakan ... Serta memba–wa perlengkapan ...," Suara panggilan terdengar.

Alina dan Dita segera bergegas menuju ruangan.

Brugh!

"Hey, kalo jalan pake mata. Sakit nih!" Geram ia sambil membereskan perlengkapan yang sudah berantakan di lantai.

"Sini, gue bantu." Ujarnya kembali mengulurkan tangannya.

"Ga usah gue bisa bangun sendiri," oceh Alina sambil meninggalkan pemuda tinggi semampai itu,

"Gadis yang aneh?" Ujarnya kembali, menatap kepergiannya "Cantik juga tuh cewek, lah gue jadi mikirin dia, l MBanjut jalan lagi lah," ujarnya rancu sambil mengikuti gadis yang tadi di tabrakannya.

Di ruang perlombaan.

Tok-tok-tok.

"Misi, maaf apakah ini ruang perlombaan cerpen?" Ujar sosok pria berkulit putih bermata indah dipadu kemeja yang ia gulung. Membuat siswi di sana berteriak histeris, Dia itu ....

"Silahkan masuk! Perlombaan akan dimulai sebentar lagi, kamu duduk di depan siswi berhijab kuning,"

Para siswi itu menoleh ke arah Alina, yang di tatap hanya bisa pura-pura ga mendengar apapun. Bahkan ketika meja di depannya terisi.

"Hai, btw lu yang tadi gue tabrak kan? Maafin gue yah," ujarnya sambil mengulurkan tangan.

Alina mendengar itu memutar bola matanya malas, ia jengah melihat tingkah pemuda satu ini.

1 ... 2 ... 3 ...

"Cie!" Ujar kompak seluruh peserta ruangan yang melihat mereka seperti tikus dan kucing, sama-sama pemalu.

"Sudah-sudah! Perlombaan akan dimulai lima menit lagi," ujar pengawas di ruangan tersebut.

****

"Cie-cie, ada burung kejepit bunyinya cuit-cuit," goda Dita membuat Alina salting,

"Dit denger ya, gw sama dia ga ada hubungan." cetus Alina sambil meninggalkan Dita yang kebingungan.

Di tengah perjalanan,

Brugh!
Alina menabrak seseorang akibat ia tidak memperhatikan jalannya, ia rasa menabrak tembok, tapi ini—jantungnya berdetak kencang—ketika hendak menjauh, Alina dan pemuda tadi jatuh bersamaan, dan alhasil Alina dia atas tubuh pemuda tadi.

Tatapan tidak dapat dihindarkan keduanya, mereka saling mengagumi satu sama lain, Ia menyadari bahwa banyak yang melihat mereka, kemudian ia bangun dan kembali jalan meninggalkan pemuda tadi.

Hari melelahkan telah berlalu, Dita telah pulang duluan, dan Alina seperti biasa menunggu jemputan, Tiba-tiba pemuda itu menarik tangan Lina, mengajaknya ke sebuah gedung serbaguna.

"Eh, apaanih? Ngga usah pegang-pegang, bukan muhrim!" tukas ia namun pemuda itu dengan cekatan mengunci tubuh Lina. Kini mereka saling berhadapan, hembusan nafas mereka terasa. Sama-sama mengagumkan baik Alina dan pemuda itu.

"Gue tau nama Lo Alina Legatha Les—" pemuda itu nampak berfikir keras, namun Lina langsung menjawab,

"Lesham, iya nama gue Alena Legatha Lesham, puas Lo!" Tukasnya .

"Eits! Mau kemana Lo,? Lo ga bisa pergi dari sini, sebelum Lo—" ujarnya penuh senyum kemenangan.

"Oke Lo mau apa? Ha–Hah! Jangan macam-macam Lo," ujar ia dengan penuh ketakutan.

"Tenang manis, gue mau Lo jadi pacar gue."
Ajakan pemuda itu, "Sebelum itu kenalin nama gue Nathaniel Hawthorne, panggil aja Nathan, ok." ujarnya sembari mengulurkan tangan.

Awalnya Lina ragu, namun kelihatan dari mimik wajahnya Nathan ga main-main, dan ia menyambut uluran tangan itu.

"Gimana? Mau kan?" tanyaya

"Nat, boleh gue mikir-mikir dulu ga?" tanya balik Lina
"Ok, gue kasih waktu satu Minggu, gimana?" jawabnya
"Ok, setuju, ga ada lagi kan? Gue balik dulu, bye,"

Satu Minggu kemudian ....

Jakarta, 2 September 2020.

wf_story

Jangan lupa baca yah reedres!!

#salam manis dari penulis
@st_rhnh94

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Day In SeptemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang