Aku mencoba berjalan lebih lambat menatap punggung yangyang dari jarak yang kubuat. Yangyang menoleh ke tenoat dimana harusnya aku berdiri.
Dia tersenyum berbalik kebelakang "apakah harus seperti ini ?". Yangyang menggenggam tanganku.
"Apa jika aku hilang kau akan kehilanganku ?". Tanyaku tiba tiba
"Tidak, itu tidak akan terjadi. Jangan hilang". Yangyang mempererat genggamannya sambil tertawa.
Kami berdiri di peron stasiun menunggu kedatangan kereta yang akan membawa kami kencan. Memang bukan kencan yang mewah tapi aku selalu menantikan saat ini.
Kereta itu tiba
Penuh sesak. Ya, aku dan yangyang terpaksa berdiri tidak mendapatkan kursi kosong untuk duduk. "Apa kau lelah?". Tanya yangyang menundukan wajahnya. "Tidak". Yangyang tersenyum mendengar jawabanku. Bagaimana bisa aku lelah dengan perasaan ini?.
Kami tiba di festival kembang api tepat waktu.
"Apa kau suka kembang api?". Tanya yangyang "suka, tapi aku sedikit terganggu dengan bunyi kembang api". Jawabku jujur "Apa aku membawamu ke tempat yang salah?". Yangyang khawatir "asalkan aku bersamamu itu tidak pernah salah". Aku tertawa.
"Hey, darimana kau belajar kalimat itu?". Yangyang ikut tertawa mendengarnya.
Kembang api mulai menyala. Tangan Yangyang dengan sigap menutup kedua telingaku menghapus jarak diantara kita. "Apa begini lebih baik?". Tanya yangyang "ya". Jawabku menengadah melihat ledakan indah kembang api.
Tanpa aku menyadarinya diam diam yangyang menunduk menatap kearahku "Apa yang kau lihat?". Tanyaku tanpa mengalihkan pandanganku dari langit "wajahmu".
"Ini bukan saatnya menatap wajahku, yangyang!"
"Wajahmu lebih menarik untuk dilihat".
"...."
"Apa kau tersipu?".
Aku tersenyum "hentikan!".
"Mari kita berkencan untuk 100 tahun lagi".