Queer

587 11 0
                                    

Suara decitan halus dari pintu yang terbuka membuatnya terbelalak memulatkan mata. Dia penuh antisipasi dan waspada. Lalu diam-diam dari dalam kegelapan. Sepasang tangan besar yang dingin, keras, dan kaku merayap dengan terburu-buru ingin menjelajah pada tubuhnya yang tidak berdaya. Dia hanya bisa meringkuk di ujung ranjang. Rasa logam yang kuat menyengat lidahnya, dia merasakan bibirnya berdarah ketika dia menahan agar suara ketakutannya tidak keluar.

Sprei silk merk Sheridan yang dia tiduri terasa basah akibat keringat dingin yang mengucur tanpa henti dari tubuhnya. Dia semakin gusar tatkala tangan itu begitu agresif menyusuri tiap lekuk kulit mudanya dan dia hanya bisa terbius dalam aura penuh intimidasi dari sosok penuh nuansa abu abu yang menjulang dan berada di samping tempat tidur.

Tubuh remaja laki laki itu gemetar, takut, dan tidak berani bergerak. Tangan besar itu semakin berani menjamahnya. Remasan-remasan singkat sarat akan tuntutan, semakin membuatnya tertekan.

Pemilik nafas berat di belakangnya semakin tidak bisa mengatur ritmenya. Lalu Hembusan hangat menyentuh telinganya. Bulu kuduknya meremang, antara rasa takut dan ketidak berdayaan yang bergejolak.

"sayang..." suara pria itu terdengar menjijikan.

Lalu terdengar bunyi gesper metalik dikendorkan, disaat itu juga rasanya ia ingin kabur saja dari sana. Putaran adegan berapa waktu lalu masih hangat diingatannya, dimana ketika terputar kembali peristiwa itu membuatnya merasakan perih yang sangat di tubuh bagian belakangnya. Dan ketika terdengar suara resleting yang dibuka, dia memejamkan mata sembari berdoa dengan keras dan penuh harap di dalam hatinya. Oh, Tuhan jika saja bisa tolong ambilah nyawaku sekarang juga!

"apa kamu sudah siap untukku burung kecilku." tangan besar itu mencengkram pundaknya penuh hasrat kepemilikan. Air mata remaja laki-laki itu merembes keluar.

"Tidak!" Adam menjerit, tersentak dari tidurnya. "ah, mimpi itu lagi." desisnya frustrasi. "Sial." dia mengumpat sambil mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal. Wajahnya pucat pasi, perlahan-lahan dia menyenderkan punggungnya di sandaran ranjang miliknya. Tiap malam peristiwa itu rupanya masih saja menghantuinya. Ia merasa begitu tak berdaya. Keringat sebesar biji jagung merembet turun di dahinya. Anak rambutnya yang berwarna kecoklatan basah kuyup dan lepek.

Dia mengigil. Sambil matanya terpejam, dia pelan-pelan mulai mengatur nafasnya. Dia masih mencoba dengan keras untuk dapat kembali menguasai diri dan mengusir rasa takut yang benar-benar membebaninya itu.

Dia kembali menyadarkan kepalanya ke bantalnya sebentar dan terpejam, sebelum dengan kasar dia menarik dirinya dari lilitan selimut untuk bergegas ke kamar mandi. Dia mengambil sabun dan menggosok kesekujur tubuhnya dengan keras, sampai terasa sakit kulitnya, namun sungguh dia tidak peduli, dia terus saja menggosok kulitnya dengan sabun seolah ingin membersihkan bekas-bekas sentuhan pria itu, sentuhan yang sebenarnya sudah dia alami 13 tahun yang lalu.

***

Dia membenarkan posisi face shieldnya, lalu menghela nafas panjang sebelum menerima isyarat untuk mengeluarkan suara, "Halo gaes. Zip Zip, Zip Zip" dia mengeluarkan suara disertai gerakan yang telah menjadi ciri khasnya selama ini. "ketemu lagi nih sama gue. Mikhe. Gimana-gimana kalian udah kangen belum sama saiya?" dia mengedip centil, lalu tersenyum, senyuman yang sangat dikagumi oleh hampir semua pengikutnya di instagram.

Mikhe adalah selebgram dan beauty-blogger yang berusia 25 tahun dengan rambut panjang yang hitam dan lebat, kulit yang bening, dan wajah yang glowing serta bibir berwarna Soft coral yang sensual natural, semua yang dia miliki tersebut sangat mendukung profesinya sebagai seorang selebgram. Dia kembali memamerkan senyumnya yang menawan kearah kamera." Hari ini gue mau ngajak kalian semua hadir di salah satu acara pemotretan kita." ia menjelaskan, "ini fotografer gue yang setia, babang Hansu." kenalnya penuh penekanan. Hansu adalah sosok prografer berbadan tambun, pendek, dan berkulit sawo matang. "bang Hansu, apa tema pemotretan kita kali ini?"

Adam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang