"I wanna be your favorite girl."
"You will always be my favorite girl, Aluna."
Aluna senyum sebagai jawaban dari kalimat gue barusan. Aluna masih sama, maih suka deg-degan kalo gue baperin kayak gini. Masih sama kayak awal-awal kita kenal. Padahal, seminggu lagi hubungan kita genap satu tahun. Tapi, Aluna masih sama lucunya. Dia masih Aluna Ashe punya gue.
"Imagine building a perfect life together. I'll have your babies. Yang perempuan bakal aku kasih nama Abigail. Kamu tentuin nama buat yang laki-laki."
Aluna gak pernah bisa lebih lucu dari sekarang. Tingkat imutnya dia di mata gue itu ya kalau lagi bahas tentang rumah tangga yang semoga aja nanti bakal kita bangun bareng-bareng.
"Lo baru lulus SMA tahun depan, Al. Ujian dulu baru mikirin rumah tangga."
Tapi, Aluna gak tau itu. Aluna gak tau kalo gue mati-matian nahan senyum tiap kali dia bahas rumah tangga. Gue sampe gak bisa hitung udah berapa kali dia bilang dia pengen punya anak perempuan dan ngasih nama Abigail.
"Aluna Proudstar,"
"Gue gak pernah bikin janji yang gak bisa gue tepatin. Tapi, Al, inget yang gue bilang tadi. You will always be my favorite girl, forever. Remember that you're mine, Aluna. Only mine."
"Aku pengen ubah nama belakang jadi Proudstar, nih. Masih bisa gak sih kita tahan sampe 5 tahun ke depan?"
"Kalau lo mau, Al, I'll stay with you til the end of the world."
"Buktiin, dong."
"By staying you'll know i never say shits except it's real."
"Aluna percaya Mike."
Setelah ngasih gue senyuman manisnya, Aluna meluk gue. Semilir angin berembus lumayan kenceng. Gue gak pernah suka liat langit kecuali itu sama aluna.
Masih senyum, gue bales pelukan Aluna erat-erat. Gue pengen Aluna ngerti kalo gua gak bakalan pernah rela ngelepas dia. "Stay with me, Aluna."
"Te amo, Michael."
"Yo tambien te amo."
[2/5]
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Masih Boleh Temenan
Short StoryMARV-MANUEL X 21GUNSROSES A short story, 5/5