"Udah?"
"Sudah. Tadinya mau saya antar ke dalam tapi di ambil sama cowok di depan gerbang."
"Siapa? Satpam?"
"Kayaknya bukan."
Gue langsung lari ninggalin kurir yang gak becus ini. Gue minta dia buat kasih kadonya ke Aluna, bukan ke cowok di depan gerbang. Kalo ternyata itu cuma orang yang ngaku-ngaku doang gimana?
Sampe di depan gerbang rumah Aluna, gue sembunyi dibalik tiang listrik gede karena ngeliat pacarnya Aluna ada disana, pegang kotak kado punya gue yang mau gue kasihin ke Aluna.
"Michael Proudstar, he's your ex, isn't he?"
"I-iya, kok bisa ada di kamu?"
"Dasar matre."
Dihargai orang lain tapi gak bisa menghargai orang lain. Lion setega itu ngomong sama perempuan tanpa tau fakta sama perasaan Aluna.
Baru berapa langkah jalan ninggalin rumah Aluna, Lion berhenti karena liat gue berdiri di depan gerbang.
"Heh simpenannya Aluna, ngapain lo di situ?"
Lion cowok tapi bacotnya amit-amit, kayak cewek. Gue langsung narik kerah dia kenceng-kenceng karena emosi.
"Lo kenapa ngebela dia? Bangga dijadiin selirnya Aluna?"
"Mike!"
Kalo bukan karena ditarik paksa sama Aluna, si bajingan Lion ini bisa masuk rumah sakit gara-gara gue.
"Biarin, Mike,"
Dan dengan santainya tanpa ngerasa bersalah sedikitpun, Lion pergi ninggalin Aluna yang nangis.
"Al,"
"Gue gapapa. Jangan apa-apain Lion. Please, demi gue, do nothing to him. I can defend myself."
"Tapi, Al,"
"Lo boleh pulang sekarang."
Gue gak bisa liat lo begini, Aluna. Tapi kalau lo udah minta sesuatu, gue gak tau gimana caranya nolak. Lagipula, secara gak langsung ini semua terjadi gara-gara gue, kan?
"I'm sorry, happy birthday."
[3/5]
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Masih Boleh Temenan
Short StoryMARV-MANUEL X 21GUNSROSES A short story, 5/5