Part 1

22 2 8
                                    

        
Happy reading guys...

     
       Jam menunjukkan pukul 3 pagi, namun Meva baru saja pulang, dan memasukkan kendaraannya ke dalam garasi rumahnya. Dia mengeluarkan kunci rumah cadangan yang selalu dia bawa saat pergi keluar.

     Dia memasuki rumah besar yang sudah gelap tanpa penerangan itu, dilihatnya sudah tidak ada penghuni rumah yang masi terjaga, pasti mereka sudah terlelap di dalam mimpi masing-masing, perlahan dia menaiki tangga dan memasuki kamarnya, dan melepas ransel yang dia bawa lalu merebahkan tubuhnya diatas ranjang miliknya.Perlahan matanya menutup dan Meva mulai memasuki alam mimpinya.

     Meva terbangun karena merasakan ada yang mengguncang-guncangkan tubuhnya, perlahan matanya terbuka melihat seseorang yang membangunkannya tadi, dilihatnya sosok Davin satu-satunya orang yang pernah sangat menyayanginya.
"Pulang lu? Gw kira udah jadi jalang sewaannya om om"ucap David dengan wajah tidak bersalah.
"Lu apa apaan si bang, lu kira gw cewe murahan?!"Meva bangun dan beranjak menuju kamar mandi meninggalkan David.

   Setelah selesai mandi dan bersiap, Meva turun kebawah, Meva baru saja menuruni anak tangga beberapa kali, dilihatnya tante dan sepupunya sedang berbisik-bisik dan melirik kearahnya, Meva sama sekali tidak mempermasalahkan itu, karena baginya itu hal yang sudah biasa. Meva melanjutkan langkah kakinya namun sebelum sampai ke pintu utama rumah itu, "mau kemana kamu, pulang malem, sekarang udah mau pergi lagi?!" Tante elena seolah basa-basi.
"Apa di rumah saya diperdulikan? Tidak kan? Saya permisi" Meva melanjutkan langkahnya.
"Lu ngga sopan banget si sama mami gw" sepupunya juga mulai angkat bicara.
"Bukannya anda yang tidak sopan kepada saya?" Dengan nada dingin dia berkata, dan berlalu meninggalkan tante dan sepupunya itu.

   

       Diperjalanan dia berfikir hendak pergi kemana dia sekarang, masa iya dia mendaki gunung lagi? Tanpa membawa persiapan apapun ditambah lagi Meva sangat malas kembali ke rumah dan bertemu dengan orang orang rumah, huuh. Lalu akhirnya dia putuskan untuk ke wartong (warung tongkrongan) yang biasa Meva dkk gunakan untuk markas persiapan sebelum mendaki.

       Sesampainya di wartong, disana sudah ada teman-teman Meva yang biasa nongkrong di tempat itu, setelah memarkirkan motornya, dia turun dan masuk menghampiri teman-temannya yang sudah ada di dalam.
"Lah kok lu tumben ngga bilang-bilang mau kemari," sapa salah satu teman Meva yang sudah ada di dalam.
"Gw juga ngga niat mau kesini tadinya, tapi gw ngga tau mau kemana," jawabnya sembari duduk di salah satu bangku wartong itu.
"Kenapa? Lu ada masalah lagi?" Tanya salah satu temannya lagi yang sudah tau masalah kaluarganya.
"Hm" jawabnya singkat.

         
       Hari sudah menjelang sore, satu persatu teman-teman Meva pamit untuk pulang, begitupun juga dengan Meva. "Eh gw cabut duluan ya," ucap Meva sembari berdiri dari duduknya.
"Besok lu ikut kaga?" Tanya Kenzie salah satu teman Meva.
"Kemana?" Meva malah balik bertanya.
"Ck, lu ngga liat gc dari tadi? Kita besok ngadain acara lagi, Vaa," sahut Lidia.
"Ngedaki?" Tanya Meva dengan tampang polosnya.
"Dahlah lu buka gc aja, telmi banget masyaallah," Sahut Shinta yang mulai kesal, dan beranjak dari duduknya.

Meva yang masi celingak-celinguk tak tau apa-apa pun ikut pergi, dan melajukan motornya.

****

      Meva sudah sampai di parkiran rumahnya, dia melepas helm ful face miliknya dan menghela nafasnya, lalu melenggang pergi menuju pintu utama rumahnya.

"Tumben udah pulang?"
Meva mengabaikan teguran dari sepupunya, dan melanjutkan langkahnya menuju kamar tidurnya.

      Sesampainya di kamar, Meva lansung membersihkan badannya dan, menyelesaikan ritual mandinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RaMevaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang