Indra tidak pernah menyangka harus menghadapi berbagai kesialan di hari yang seharusnya menjadi salah satu hari bahagianya. Pria dua puluh lima tahun yang biasa disapa Mas In itu sengaja memilih hari ulang tahunnya untuk meminang sang kekasih.
Namun, alam berkehendak lain dan menunjukkan bagaimana sang gadis bermesraan dengan sepupunya sendiri di sebuah restoran.
"Maaf, In. Sebenarnya aku emang ngincar Surya dari dulu, jadi aku dekatin kamu dulu sebelum Surya." ungkap si gadis yang berusia dua tahun lebih muda dari Indra ketika mereka bertemu di luar restoran. Hubungan mereka berakhir dalam sekejap.
Itu baru kesialan pertama.
Kesialan kedua adalah ketika ia tengah berjalan menuju tempat parkir kepalanya terkena tendangan bola dari seorang anak. Indra memang sedang merasa kesal, tapi ia tak memarahi anak-anak itu. Tenaganya seolah diserap habis oleh kekesalan dan sedihnya.
Lalu kesialan ketiga terjadi tak lama setelah itu. Hujan lebat turun tiba-tiba dan motornya mogok di tengah jalan. Indra mengumpat seketika. Sang pria memaki takdir yang seolah sedang mempermainkannya.
Sepeda motor yang sudah cukup tua itu ia tuntun ke pinggir jalan. Bibir Indra gemetaran mengucap syukur kala netranya menangkap ada angkringan sederhana sejauh tiga meter di depannya.
Begitu sampai, Indra segera memarkirkan motornya di sembarang tempat di dekat angkringan. Biarlah basah. Sekalian cuci motor, kalau kata orang-orang. Dirinya sendiri segera memasuki angkringan itu.
"Permisi," Indra berucap sembari menaikkan sedikit terpal biru yang terjulur dari atap angkringan hingga sebatas dadanya.
Seorang pria, satu-satunya manusia yang ada di sana, menoleh dan meletakkan gelas yang tadi tengah ia bersihkan di meja. "Ah!" Ia memekik sembari mengambil selembar handuk untuk Indra. "Duduk sini, Mas." lanjut sang pria ketika handuknya telah berpindah tangan.
Tanpa banyak bicara, Indra mengangguk dan segera duduk di salah satu bangku panjang di sana.
.
.
.-Angkringan-
Oneshoot Story by: Akasa_75Hope you enjoy this!
.
.
.Indra duduk diam dan mengeringkan rambut serta tubuh bagian luarnya yang tak tertutup pakaian. Di sisi lain, pria yang Indra tebak sebagai pemilik angkringan ini sibuk menyalakan tungku dan memanaskan air.
"Mau minum sesuatu, Mas?" tawar pria itu sembari berdiri di dekat Indra dan tersenyum ramah.
"Teh jahe ada, Mas?" Indra bertanya sopan dan menyerahkan handuk kepada sang pria.
"Ada, kok, Mas." Pria itu masih tersenyum. "Sebentar, saya ambilin handuk kering dulu buat masnya."
"E-eh, gak usah, Mas. Gak papa, kok!"
"Saya kasian sama masnya. Bajunya basah semua gitu, terus keliatannya lagi sedih juga. Ndak papa, Mas, santai aja."
Indra diam. Antara bingung dan terperangah dengan ucapan pria tersebut. Bahkan hingga handuk yang baru diberikan, Indra hanya mengangguk dan berterima kasih pelan.
Pria yang memakai celemek putih dan murah senyum itu mengambil satu gelas kaca dan memasukkan dua sendok gula ke dalamnya. "Nama mas siapa?" Ia bertanya.
"Indra, Mas, hehe."
"Ooohh ... nama saya Heru."
Perkenalan singkat itu diakhiri dengan keduanya yang saling berjabat tangan. Segera setelah jabatan tangan lepas, Indra mengajukan pertanyaan, "Kalau boleh tau, Mas Heru ini umurnya berapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendek Seperti Aku
Short StoryManis atau pahit, asin atau asam, apa pun bisa dirasakan melalui buku ini. Kebahagiaan dan juga kesedihan turut hadir. Namun sayang, sama seperti kisah yang lain, semuanya akan berakhir. Semua rasa dikemas berbentuk kata-kata yang menanti untuk diba...