I'm

1.1K 167 1
                                    

"[Name]-san, aku... ingin melakukan kencan dengan Osamu-kun. Saat jam bebas seharian besok, kau pergi bersama Atsumu-kun saja. Aku sudah bilang padanya kok,"

[Name] menatap gadis yang tengah memainkan jarinya. Gadis berambut ombre coklat itu mengangguk mengiyakan. Toh, ia sama sekali tak bisa menolak. Memangnya ia siapa?

"Aku mengerti,"

Risaki Mina tersenyum senang. Berharap besok ia bisa menghabiskan waktu berdua saja dengan pemuda yang disukainya. Berharap agar Osamu mau membuka hati padanya dengan kesempatan langka yang diberikan setelah berkali-kali ditolak. Risaki tidur cepat. Sementara [Name] merenung sambil menatap langit-langit kamar hotel mereka.

Sekelompok saat wisata dengan Risaki memang tidak buruk. Karena gadis itu benar-benar orang yang baik. Terlebih lagi, ia adalah seorang yang sangat pintar berbicara. Atsumu juga adalah orang yang bisa mencairkan suasana dengan mudah. Keberadaan Osamu dikelompok ini adalah untuk mengawasi Atsumu, memastikan bahwa kembaran berambut pirangnya itu tidak berbuat kebodohan. Dan Risaki yang memiliki perasaan terpendam pada Osamu akan selalu mengintili pemuda berambut kelabu.

[Name] jadi merasa tersingkirkan. Gadis itu selalu berjalan beberapa langkah di belakang mereka. Menjadi murid baru tahun kedua memang tidak sepenuhnya menyenangkan. Mengingat bahwa [Name] adalah seorang convo-killer. Ia tidak bisa seenaknya masuk kedalam percakapan ketiganya. Apalagi jika mereka membahas sesuatu yang terjadi di tahun pertama mereka bersekolah di Inarizaki. [Name] merasa terasingkan karena tidak tahu apa-apa.

[Name] memejamkan matanya, mencoba untuk tertidur. Ia membalikkan tubuh memunggungi Risaki. Lalu terlelap sepuluh menit kemudian di atas single bed yang ditempatinya.

◾▫◽◻⬜I’m With You⬛◼◾▫◽

[Name] mengerjapkan matanya. Gadis itu bangun dari posisi tidurnya. Ia menoleh ke arah kasur seberang yang ditempati oleh Risaki. Kemudian memutuskan untuk keluar ke balkon kamar hotelnya.

Gadis itu menghirup udara dini hari, lalu dihembuskan perlahan. [Name] menengadah, menatap langit malam yang gelap dengan sedikit taburan bintang. Pemandangan langit biasa yang ada di perkotaan. Ia menumpu kepalanya dengan sebelah tangan. Sampai suara dari balkon seberang membuatnya menoleh.

Osamu muncul dari pintu balkon. Mereka saling bertatapan selama beberapa detik, sampai [Name] memutus kontak matanya duluan. Gadis itu menatap jauh pada hiruk pikuk perkotaan yang masih tetap ramai bahkan ketika dini hari seperti ini. Osamu ikut menatap ke arah depan. Keheningan menguasai. Namun kedua sejoli itu sama sekali tidak merasa awkward.

[Name] yang berasal dari luar daerah memang sedikit merasa takut dengan orang baru. Sekalipun mereka sudah kenal selama tiga bulan ini. Sejak awal sang gadis memang bukan seseorang yang bisa memulai pembicaraan. Ia bahkan tidak pernah berbasa-basi jika bercakap dengan orang lain.

Sedangkan Osamu memang lebih banyak diam dibanding kembarannya yang sok kenal sok dekat. Ia tidak suka dengan sifat sok tahu milik Atsumu. Namun merasa sedikit iri dengan pembawaan easy going milik kakak kembarnya. Pasalnya kalimat yang keluar dari bibir pemuda berambut kelabu itu selalu ucapan sarkas dan menusuk. Bahkan jika dirinya sendiri tidak bermaksud seperti itu.

"Kenapa kau bisa bangun jam segini?" Tanya [Name]. Osamu meliriknya sekilas.

"Tidak ada yang bilang bangun jam empat dini hari itu dilarang," ujar Osamu.

"Yah, benar sih," [Name] kembali mendongak menatap langit. Ia menghirup udara dalam-dalam.

"...Tsumu mendengkur. Aku tidak bisa kembali tidur. Kau sendiri?"

[Name] menoleh saat mendengar suara pelan Osamu. Ia sedikit tersenyum tipis. Gadis itu menghargai usaha sang pemuda yang mencoba mempertahankan percakapan yang [Name] ciptakan.

"Aku terbangun. Yah, karena mimpi buruk, sebenarnya," kata [Name]. Ia mengeratkan pegangannya pada tembok pembatas.

"Kupikir kau orang yang tidak  gampang terpengaruh oleh mimpi buruk," mendengar balasan Osamu, [Name] terkekeh pelan.

"Setengahnya benar. Terkadang aku terpengaruh, terkadang tidak. Fifty:fifty,"

Osamu hanya membalasnya dengan gumaman panjang. Keduanya kembali terdiam. Pemuda berambut kelabu melirik ke arah sang gadis berambut coklat yang tengah tersenyum tipis menatap langit.

Padahal ia yakin bahwa langit malam di sini tidak banyak bintangnya. Bulan sabit juga tertutup awan. Tidak ada yang spesial sampai membuat senyuman seseorang bertahan selama hampir sepuluh menit. Osamu langsung mengalihkan pandangannya kembali ke depan saat merasa sudah terlalu lama melirik ke arah [Name]. Ia merasa bodoh.

"Apa yang kau pandangi dari langit hitam itu? Bintang dan bulannya tertutup awan," tanya Osamu. [Name] menjawabnya tanpa menoleh ke arah sang pemuda.

"Aku hanya menyukai langit malam," kata [Name].

"Tsumu bilang kalian akan jalan berdua saat aku menghabiskan waktu dengan Risaki. Hati-hatilah. Ia sangat tidak konsisten dalam mengajak jalan seorang perempuan," kata Osamu.

"Terima kasih atas peringatannya. Osamu sendiri bagaimana? Kenapa kau tidak pernah menerima perasaan Risaki-san?" Yang ditanya mendengus.

"Aku tidak seperti Tsumu yang menjadi lelaki brengsek dengan mengiyakan seluruh ajakan jalan mereka tetapi malah ditinggalkan dengan alasan latihan dadakan," ketus Osamu.

"Hahaha, maafkan aku," kata [Name] tidak enak. Gadis itu teringat sesuatu. "Tunggu sebentar disini,"

[Name] masuk ke dalam kamarnya. Mengambil sebuah kotak bekal sekali pakai berukuran 10x10 cm dari kulkas kecil di kamar hotelnya. Tangannya meraih sendok plastik sekali pakai di tasnya. Gadis itu berjalan cepat ke arah balkon. Kemudian berdiri di dekat pembatas balkon mereka. Kotak bekal plastik disodorkan.

"Apa ini?" Tanya Osamu. Ia tidak mau menerima sesuatu yang tidak jelas.

"Puding buatanku, tidak mau?" Tanya [Name] sambil memiringkan sedikit kepalanya. Osamu mengalihkan pandangannya sebentar, kemudian menerima kotak itu dengan sedikit binaran di netra kelabu miliknya.

"Terima kasih,"

"Sama-sama. Sebenarnya aku ingin menitipkannya pada Atsumu saat bertemu di lorong tadi. Tapi dia bilang ia harus pergi menemui guru olahraga. Jadi hanya mengambil miliknya saja," jelas [Name].

Osamu hanya menjawabnya dengan anggukan. Masih sibuk mengunyah makanan yang meleleh manis di dalam mulutnya. [Name] pamit untuk masuk duluan.

Meninggalkan Osamu yang tengah menikmati puding buatan sang gadis. Campuran antara puding coklat-vanilla dengan fla vanilla membuat pemuda itu sedikit tersenyum senang.

I'm With You - M. OsamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang