Irama musik yang beriringan, tawa yang bersahutan, perbincangan yang tak kunjung usai, suara derap langkah kaki, dan pasangan pasangan yang saling bertaut tangan, berada dalam irama lagu, berdansa dengan senyum yang terlukis begitu indah.Gadis bersurai legam yang sedari tadi hanya terdiam, melempar sorot matanya kesana dan kemari, berdiri tanpa tau apa yang ingin dilakukannya. Seolah Tak ada siapapun yang melihatnya, seolah eksistensinya bahkan tak terlihat. Gadis itu hanya merasa kesepian.
Surai legamnya dihembuskan oleh angin malam yang begitu dingin. Balkon yang berada di tepat aula kerajaan ini menjadi saksi bisu betapa ia ingin ada yang memperhatikannya.
Hangat. Lengannya yang sedari tadi bergetar menahan dinginnya angin di malam hari kini tertutup oleh selembar kain yang tak ia ketahui asalnya. Gadis itu memutar badannya, membawa atensinya menuju ke sosok yang ada dibelakangnya. Menundukkan badannya dan mempersembahkan tangannya untuk di genggam.
Hening
Begitu banyak suara yang dapat di dengarnya tadi hilang dalam sekejap. Begitupula rasa dingin itu, dingin yang dibawa oleh hembusan angin malam itu seolah sirna dalam sekejap begitu sosok itu ada di sisinya.
'Dunia ini bukanlah untuknya'
'Pemeran utama cerita ini bukanlah dirinya'
'Tak ada peran yang sesuai untuk diperankannya'
Semua anggapan yang sejak dulu ditanamkan padanya toba tiba sirna bahkan seolah olah sehak awal hal itu tak pernah ada. Gadis itu merasa seperti ada di sebuah dongeng dengan ia sebagai sang putri dengan pangeran berkuda putih.
"Maaf menganggu waktu sendiri tuan putri, apakah tuan putri berkenan untuk berdansa bersama saya?"
Malam itu, sinar sang rembulan melintasi sunyi dan gelapnya malam, menyambut sebongkah senyum seorang gadis manis bersurai legam. Jemari lentiknya menerima genggaman pria dihadapannya, sang pangeran dengan sorot mata yang begitu hangat, bahkan menghangatkan dinginnya angin yang berhembus malam itu.
Kedua insan itu saling bertaut tangan. Membiarkan irama musik di aula kerajaan membawa badan mereka sesuai ketukannya. Sang gadis memejamkan kedua netranya, kedua matanya yang berbinar begitu indah tergantikan oleh ukiran senyum yang begitu manis.
Sang pangeran hanya bisa menatap keindahan yang ada dihadapannya dengan hening, tanpa suara, namun di dalam hatinya ia terus menggumamkan kata 'cantik'. Gadis dihadapannya begitu indah namun diwaktu yang sama terlihat begitu rapuh. Hatinya terus berkata untuk dirinya terus berada di sisinya, menjaga sosok yang begitu indah ini agar tetap berada di tengah kebahagiaan.
Seolah dunia ini hanya ada mereka berdua, seolah mereka adalah pemeran utama untuk kisahnya sendiri. Mereka berdansa di tengah rembulan yang begitu terang di malam yang gelap gulita, menarik tiap tiap atensi yang ada di tempat itu. Sebagian dari mereka turut merasakan kehangatan itu, sebagian dari mereka hanya iri dan membicarakan hal hal buruk.
Namun tak ada satupun dari mereka yang diperhatikannya. Sang gadis hanya menutup matanya, dan sang pangeran hanya mengarahkan atensinya pada sang gadis, terus menerus hingga irama musik berhenti. Sang pangeran menundukkan badannya, dan sang gadis menghargainya dengan menarik ujung gaunnya sambari sedikit menekuk lututnya.
"Bisakah kita menghabiskan malam ini dengan berbincang di taman kerajaan?"
Sang pangeran sedikit merasa bersalah karena seenaknya sendiri menawarkan tawaran yang aneh sementara mereka berdua tidak saling mengenali satu sama lain. Namun, gadis itu menganggukkan kepalanya sambari melontarkan senyuman manisnya.
"Tentu saja",
~~~o0o~~~
Kedua sosok itu hanya saling melangkahkan kakinya membelah malam yang sunyi. Melintasi jalanan dengan suasana hening, membiarkan hewan hewan malam yang mengisi keheningan diantara mereka. Tak ada satupun dari mereka yang merasa keberatan, keduanya menikmati waktu ini.
"Terima kasih"
Gadis bersurai hitam legam itu mengucapkan kata pertamanya, mengawali sebuah percakapan di antara mereka.
"Kadang, aku merasa begitu kesepian, tapi sepertinya angkasa merestui kita untuk bertemu , aku merasa sangat berterima kasih dan terhormat atas ajakan pangeran tadi"
Pria tinggi di sampingnya hanya tersenyum dalam diam. Senyumnya yang begitu hangat berlawanan dengan sikapnya yang dingin dan tidak banyak berbicara.
" Bisakah kau memejam kan matamu untuk sejenak?"
Sang gadis dengan surai legam itu lagi lagi melukiskan senyumnya, tanpa berpikir panjang ia memejamkan kedua matanya.
Telapak tangan sang pangeran mengenggam kedua tangannya. Dapat ia rasakan, sebuah benda kecil terselip pada genggaman itu.
"Dengarkan aku, kau itu sangat berharga. Jadi jangan menjadi gadis yang rapuh, berjuanglah.
Kau sebenarnya tidak sendirian, hanya saja kau takut merasa kehilangan jadi kau menolak siapapun yang datang mengusik hidupmu.
Jangan berbalik dan lari dari masalahmu, mulai saat ini kau adalah gadis tangguh.
Aku akan selalu ada di sisimu, walau bahkan kau tak bisa menandapati presensiku. Namaku felix, berarti keberuntungan dan kebahagiaan.
Sekarang bukalah matamu dan hadapi kenyataan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan dan gadis yang kesepian
Short StoryMalam itu, sinar sang rembulan melintasi sunyi dan gelapnya malam, menyambut sebongkah senyum seorang gadis manis bersurai legam. Jemari lentiknya menerima genggaman pria dihadapannya, sang pangeran dengan sorot mata yang begitu hangat, bahkan mengh...