(Bab 11) Hujan Malam Ini

147 52 18
                                    

****

Pagi-pagi sekali dia membuka pintu rumahnya lalu mengusirku saat baru saja membuka mata, padahal aku masih mengantuk dan angin di luar masih lumayan terasa dingin tapi dia mengusir dengan sangat kejam.

Aku benar-benar tidak ingin dia bersikap kasar kepadaku, tapi jika seperti ini terus maka aku tidak akan mendengar permintaan darinya.

Seperti kembali pada rutinitas biasa, aku terus saja menunggu di depan gerbang hingga dia pulang.

Semakin hari dia tampak bersikap semakin dingin.

Mungkin saja dia sudah terbiasa dengan kehadiranku di depan gerbang, sehingga dia hanya akan berjalan melewatiku setiap kali kita bertemu.

Aku terus saja tersenyum dan menyapa setiap kali dia kembali, tapi tak pernah sekalipun dia menoleh dan membalas senyumanku.

Apakah dia membenciku?

Bapak-bapak yang baik hati sudah tidak ada lagi, mereka sudah tidak berkeliling seperti waktu itu, jadi aku kembali menghabiskan malam yang dingin ini di luar gerbang tanpa melakukan apapun.

Uh, kenapa cuaca semakin hari terasa semakin dingin?

Malam ini juga terlihat sedikit aneh, beberapa kilat terlihat di langit dan malam menjadi begitu gelap tanpa adanya bintang ataupun bulan.

Aku terus menatap langit itu sambil terus mencari di mana perginya bulan dan bintang, karena aku mulai merasa takut, aku tidak suka petir dan hujan, jika bulan dan bintang tidak segera muncul sudah pasti sebentar lagi akan turun hujan.

Tes.

Aku merasakan ada satu tetes air hujan jatuh di atas punggung tanganku.

Aku mendongak ke atas untuk memastikan apakah air itu adalah air hujan, namun secara tiba-tiba hujan turun dengan lebih deras.

Tak ada yang bisa kulakukan selain diam di sini dan menunggu orang itu membuka pintu untukku, berkali-kali aku melihat kilat dan disusul dengan suara keras yang sangat menyeramkan.

Aku mendekatkan punggungku pada dinding gerbang.

Aku sangat takut.

Aku benci hujan.

Anginnya bertiup semakin kencang dan hujan masih saja berjatuhan, perlahan aku mulai merasa kedinginan, ditambah lagi tubuhku langsung menggigil.

Ctaaaarrr!!

Suara petir itu terus saja mengejutkanku dan membuatku semakin takut hingga aku harus memeluk kakiku dan menyembunyikan wajah agar tidak dapat melihat kilatan-kilatan menyeramkan.

Hanya saja suara petir yang besar masih bisa membuatku takut.

Anginnya bertiup berkali-kali dan pakaianku sudah sangat basah, kupikir hujan tidak akan turun sederas ini tetapi aku salah, rupanya hujan turun semakin lebat.

Air sudah mulai menggenang di tanah dan aku tidak ingin bajuku semakin basah, aku berdiri dari tempatku duduk dan menatap air mengalir di bawah kaki, kini kakiku sudah seperti mati rasa karena terlalu kedinginan.

CTAARR!!

"Aaaa!"

Aku langsung menutup wajahku saat petir datang dan kakiku menjadi sangat lemas, aku melihat petir itu, aku melihat kilatannya yang mengerikan.

Kumohon siapapun tolong buka pintu untukku, aku takut sendirian, aku takut hujan, aku tidak suka petir.

Jangan tinggalkan aku sendirian seperti ini.

Krieett

"Apa kau bodoh?!"

Suara itu ....

"Cepat masuk!"

Dia berlindung di bawah benda penghalang hujan terlihat seperti malaikat bagiku, meskipun dengan raut wajah tidak menyenangkan yang terus terpasang di wajahnya.

Aku tidak bisa mengendalikan rasa takut sekaligus rasa senang yang tengah kurasakan saat melihatnya membuka pintu gerbang itu di hadapanku, sontak aku berlari padanya.

Tanpa sadar aku memeluk dia dengan erat dan rasa takut itu akhirnya menghilang.

"Jangan pergi lagi."

TBC

[Spesial Book] Boy From Wonderland [TXT - Yeonjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang