.
Di musim gugur, aku melihatnya.
Jubah merah berkibar di bawah petang jingga, walau remang kurangi fokus pandangan namun kedua netra jelas menangkap refleksi atas pemilik mahkota mewah di kepala. Impuls bergerak cetak pandangan, direkam oleh lensa dan segera kusimpan baik-baik dalam memori jangka panjang. Ia berlari dengan postur tegap sebelum berhenti akibat distraksi kecil dari alam semesta, dalam bingkai posisi sempurna.
Di musim gugur, aku mendengarnya.
Deru napas memburu akibat percepatan pompa jantung adalah alasan langkahnya berhenti. Suara patahan dari tumpukan daun gugur menjadi korban injakan kedua sepatu putih. Biji pohon ek terjatuh tepat di puncak kepalanya, menyusul gerutu amarah terhadap peristiwa alamiah. Burung gereja bercuit, kentara terganggu atas kehadiran baru, membuat dedaunan mati jatuh dari rantingnya turun melandas pada bangku panjang tempatku duduk.
Di musim gugur, aku merasakannya.
Orang lain jauhi entitas penuh kemegahan akibat hawa mematikan yang ia keluarkan, namun diriku rasakan hal berlawanan. Jarak bagai palung terdalam membuat paru-paru sesak, tak ada satupun ketahui jantungku melambat akibat sosok yang tak bisa kucapai dengan kedua tangan mungil ini. Kendati memori begitu familiar dengan sosoknya, aku tidak tahu alasan apa yang membuatku rasakan hal berbeda.
Di musim gugur, aku menyadarinya.
Sadar bahwa entitas mungil ini rasakan peristiwa picisan yang dinamakan;
jatuh cinta.
Dan di musim gugur, aku memanggil namanya.
"Ou-sama!"
.
.
.
.
.
.
"Natsu!"
Aku tersentak. Teriakkan ibu selalu ampuh bangunkan aku di tengah padang khayal, menembus tipisnya shōji(*) hingga matikan sakelar tidur. Dering alarm teriakkan pengingat tegas, terkesan sia-sia sebab jarangnya efektivitas fungsi buatku bangun entah seberapa keras ia berdering hingga kehabisan tenaga baterai. Cahaya matahari sayup-sayup terobos masuk ke dari celah gorden biru tua, cicitan burung pun ikut terdengar setelah alarm dimatikan. Aku bangun dari lelap, sadari peluh basahi permukaan bantal serta pacuan jantung memelan bertahap.
"Natsu!"
Sekali lagi teriakkan ibu memanggil layak duchess jahat di komik negara sebrang, akupun segera membuka suara, "Iya! Aku akan turun setelah membereskan kasur."
"Biarkan saja! Kakakmu sebentar lagi berangkat!"
Tunggu, aku melupakan hal penting. Segera kedua netra bergeser kearah kanan, fokus penuh tertuju pada kalender tahun 2015. Hari ini adalah hari dimana kakakku berangkat ke sisi lain bumi; Brazil. Abaikan jantung yang baru saja tenang setelah bangun dari mimpi panjang, kedua tungkai segera bergerak cepat keluar dari ruangan, berlari menuju genkan(*).
KAMU SEDANG MEMBACA
Maplekyuu! | Kageyama Tobio
FanfictionDi tengah musim gugur aku berdiri, melihat pohon maple itu menjatuhkan ribuan daun gugur kecoklatannya. Aku terdiam, tidak tahu apa yang harus kurasakan. •/ kageyama tobio x hinata natsu . ハイキュー!! © Haruichi Furudate Maplekyuu! © Swanrovstte_11 Stor...