Satu

115 20 19
                                    

Happy Reading^^

______________________________________

SMAN 2 Malang
Kelas XI Ipa 1

Sekolah baru, kelas baru, dunia baru baginya. Ia tak sedih meninggalkan sekolah lamanya. Renata duduk di salah satu bangku depan yang masih kosong sesuai arahan Bu Tari, wali kelas barunya.

Gadis dengan nama panjang Renata Angelina Erlanda yang kerap disapa Rere ini tak banyak memiliki kenangan bahagia di tempatnya menimba ilmu dulu.

Fasilitas yang ia terima di sini memang tak sebanding dengan sekolah swasta yang ia tempati terakhir kali minggu lalu.

"Setidaknya gue harap gak akan ada pergaulan sesuai status sosial di sini,"
ucapnya dalam hati.

Masa lalu yang kelam tentang sekolahnya dulu memang sulit ia lupakan.

Screenshot-screenshoot-an chat group whatsaap yang menyakiti hati masih tersimpan rapi di galeri handphonenya.

Screenshot-screenshoot-an chat group whatsaap yang menyakiti hati masih tersimpan rapi di galeri handphonenya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cukup sulit untuk tetap bersikap seolah semua baik-baik saja baginya.
Ketika mamanya memutuskan untuk pindah ke kampung halamannya di Malang, rasanya seperti keluar dari bui.

____________________________________

"Pak budi woey pak budi!"
Teriakan lelaki berambut cokelat keriting mahoni yang membuat buku-bukunya tercecer tadi pagi  membuyarkan lamunannya.

Masih pagi, dan dirinya sudah membuat Renata badmood karena tingkahnya yang pecicilan.

"Aish, udah tau lantai abis dipel! Pake lari-larian segala, dikejar cimoy lo ha?!" gumam Rere kesal mengingat kejadian tadi pagi.

Farhan Aditya, seorang pembuat onar yang terkenal seantero penduduk SMA.

Dengan baju yang tidak dimasukan dan beberapa kancing yang sepertinya sengaja dilepas, membuat Renata langsung menganggap dia seperti tokoh badboy dalam cerita wattpad yang sering ia baca.

"Bedanya, mereka ganteng. Nah, ni anak enggak," lanjutnya.

Lelaki berkulit sawo matang itu berlari menuju bangkunya, tepat di samping belakang tempat Renata duduk.

"Lah, temen sebangku gue siapa, dia gk masuk kah?" tanya Renata lirih pada dirinya sendiri.

"Si syila emang suka gitu anaknya. Telat teros, tapi gk pernah dimarah," jawab seseorang tepat dari belakang tempatnya duduk dengan ekspresi datar.

Renata mengamati name tag di dada bidang sebelah kiri lelaki tampan dengan alisnya yang tebal. Ia mampu membuat seorang Renata terpesona hanya dalam satu tatapan.

"Aah, Gibran.. tanyain dong ke ibu, boleh gak kalo menantunya aku aja," gumamnya bercanda.

Matanya tertuju pada orang yang baru saja membalas lirihannya. Sontak, lelaki tampan tak bereskpresi itu membalas tatapannya.

GIBRAN (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang