Tiga

61 12 12
                                    

Holla^^

______________________________________

***

Renata perlahan membuka kedua kelopak matanya, menatap ke atap rumah mewah yang belum pernah ia kunjungi.

Matanya masih sayu, perlahan ia mencoba untuk menggerakan tubuhnya dan duduk.

Ingatannya seolah samar -samar. Seingatnya terakhir kali, dia tak sengaja terjebak bersama Gibran di toilet rusak. Claustrophobianya muncul dan ia pingsan?

Ia sendiri bingung mendeskripsikan keadaannya sekarang.
Sudah lama baginya tak mengalami kejadian seperti ini lagi.

Yang terpenting sekarang, di mana ia berada, mengapa dirinya bisa di sini, dan dia harus kembali karena ia meninggalkan sekolah barunya dimana ada hukuman yang belum terselesaikan.

Apalagi jam dinding seiko yang menggantung di tembok depannya sudah menunjukkan pukul 14:46.

Tapi kasur king size ini seolah mencegahnya bangun.
Belum pernah rasanya ia berbaring dan merasa senyaman ini.

"Apa yang lo pikirin, bodoh!"

"Ini di mana? gue gak tau, gue harus keluar sekarang," lirihnya pada dirinya sendiri. Renata seolah kesal pada dirinya. Memang sejak kecil, ia tak pernah merasakan kemewahan.

Kehidupan yang setidaknya masih bisa dikatakan layak, hidup tanpa sosok seorang ayah, hanya ibu yang bahkan bukan orang tua kandungnya.

Iya. Kasarnya, Renata hanyalah anak pungut yang tidak sengaja ditemukan tergeletak di jalan trotoar yang sedang pingsan sekitar 12 tahun yang lalu.

Tidak ada lagi yang bisa ibu tirinya jelaskan padanya. Orang tua asli Renata, tidak ada yang tahu. Bahkan ia kehilangan ingatannya termasuk nama aslinya setelah tragedi itu.

Yang dirinya tahu, Ningsih adalah satu-satunya orang tua yang merawatnya. Memberikan kehidupan dan pendidikan yang layak. Apa jadinya bila ia tak dipungut dan dibiarkan tergeletak di jalanan? Nasibnya masih beruntung.

Namun asal-usul yang tak jelas sering membuatnya terbully di lingkungan sekitar. Fakta pahit tentang dia yang bukan anak kandung ibunya saat ini telah tersebar lewat lisan ibu-ibu gosip.

Kemudian berkembang luas, sampai teman-teman di sekolah dasarnya dulu sering mengolok-olok, mengatainya "Anak pungut." Memang tak semua, tapi sebagian besar dari mereka telah membunuh mentalnya.

Masa kecil yang suram telah membentuk Renata menjadi pribadi yang cenderung suka menyendiri, toxic, lebih aktif di media sosial hingga ia memutuskan untuk menjadi roleplayer.

Itu semua dilakukannya karena real life yang tak seindah harapannya.

*

Gadis dengan bibir pucat dan matanya yang sayu itu mencoba bangkit dari tempatnya berbaring. Perlahan melangkah keluar melewati pintu yang tak dikunci, mencari siapa pemilik rumah yang ia tempati saat ini.

Seorang wanita paruh baya dengan atribut daster kuning serta songkok putih menyapanya dengan ramah.

"Sudah bangun, nduk?" tanyanya berbasa-basi.

Kedua tangannya yang keriput sedang sibuk menyiapkan makanan di meja membuat Renata tahu, beliau pembantu di rumah besar ini.

"Aah.., maaf bik, saya di mana, ya?" tanya Renata dengan polosnya.

Wanita itu tersenyum simpul.

"Mas Gibran yang bawa kamu kemari, tadi kamu pingsan terus dibopong ala ala bridal style yang ada di drakor gitu,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GIBRAN (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang