Kisah Kelahiran Ku

80 8 1
                                    

Pagi itu aku duduk di lantai tiga, aku duduk di kursi besi yang memang sengaja abi siap kan agar aku lebih nyaman saat menghafal, biasa nya sebelum menghafal, aku akan menyiram bunga terlebih dulu, karna dengan begitu, pemandangan akan semakin sejuk, tapi tidak dengan hari ini, semalam hujan deras, tanaman sudah tersiram, hanya ada beberapa tanaman yang aku siram, tanaman tidak terkena air hujan sebab ada di bawah atap, Abi sengaja memasang sedikit atap, hanya untuk tempat ku menghafal, sisa tempat yang tidak di beri atap, di gunakan untuk menjemur pakaian.

Saat aku sedang asik dengan pemandangan dan Qur'an ku, tiba tiba ummi datang, " Nduk...", Panggil ummi. Sontak aku menjawab "Dalem mi..." Dan menoleh ke belakang. Ummi duduk di samping ku, tidak ada sepatah kata yang terucap dari bibir kami, hening dan tenang, angin sepoi-sepoi menggoyangkan Khimar dan cadar yang kami gunakan. Ya, aku dan ummi memang menggunakan cadar, kata ummi itu perintah Abi agar aku dan ummi terjaga. Aku memulai pembicaraan, " Mi.." panggil ku, "nggih Nduk.." jawab ummi, "Huma boleh tanya sesuatu mboten?", Ummi lantas tersenyum dan mengangguk. "Huma penasaran dengan kisah kelahiran Huma..". Entah kenapa pertanyaan itu yang terlontar dari bibir ini. Ummi tersenyum dan menjawab "kami sangat lama menanti mu nduk, kamu adalah harapan abi, ummi, mas kembar, dan kakek nenek mu. Kehadiran mu sangat di tunggu oleh semua anggota keluarga. Dulu...

Flashback on
"Alhamdulillah... Perempuan..." . Kata kata itu adalah kata kata yang sangat kami nanti. Akhirnya di keluarga besar ini. Ada seorang Ning yang hadir. Kyai Askandar ( Abi Huma ) " Ning kecil ku kini sudah hadir, jadilah kebanggaan kami nak". "Alhamdulillah... Adek kecil udah lahir bi?" Tanya Abidzar. Lalu Arafka menjawab " Ya kan mas udah liat itu adek kecil, berarti udah lahir kan, kok taseh tanglet tho..". "Sudah sudah... Lihat adik kalian ini, cantik seperti ummi". Kyai Askandar sangat senang dengan kehadiran putri kecilnya. Semua keluarga besar datang dan menyambut kehadiran Ning kecil satu satunya di keluarga besar kyai Hafidz ( Abah nya kyai Askandar ).

Acara aqiqah berjalan dengan lancar. Banyak kyai dan Gus yang datang. Ulama ulama besar juga menyambut kedatangan Ning satu satunya di keluarga kyai Hafidz.

Flashback off

Ummi selesai bercerita tentang betapa senangnya keluarga ku saat aku lahir. Aku langsung bertanya " Kenapa Huma di nantikan mi?, Kan ada mas kembar, ada banyak Gus Gus juga". Ummi malah tertawa mendengar pertanyaan ku, lalu ummi menjawab " kamu itu nduk, satu satu nya Ning di keluarga besar ini...".  Pakde bude mu sangat senang akan kehadiran mu, karna kami takut jika kami tidak punya seorang Ning, nanti siapa yang akan mengajar asrama putri, apa mas kembar mau kamu suruh ngajar asrama putri nduk?" . Aku tertawa mendengar jawaban ummi. Lantas aku berpikir, aku adalah harapan semua orang, maka dari itu, aku harus belajar dan berusaha menjadi Ning yang baik. Aku dan ummi terbawa pikiran masing masing. Hening kembali merasuki.

Ummi POV

Ku langkahkan kaki ku kelantai tiga, hati kecilku ini ingin melihat Ning kecil ku. Aku tersenyum melihatnya sedang fokus menghafal. Ku panggil Ning kecil ku itu. Betapa lucunya saat pupil matanya membesar karena terkejut. Aku tidak ingin mengganggu ia menghafal. Aku duduk di sampingnya. Memohon pada Allah, untuk menjaga anak anak ku tetap di jalannya. Diam dan hening. Malaikat kecilku masih fokus menghafal. Tiba tiba ia memecah keheningan, bertanya tentang kisah kelahiran nya. Ku ceritakan betapa senangnya keluarga besar saat dia lahir.

Ku ceritakan betapa meriahnya acara aqiqah yang di selenggarakan Abi nya. Ku ceritakan betapa senangnya mask kembar ketika tau mereka punya adik kecil nan imut.

Ia bertanya mengapa ia dinantikan. Aku menjawab pertanyaan nya. Dalam matanya tersimpan tekad dan banyak pertanyaan. Aku yakin, putriku ini memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa menjadi Ning yang baik.

Aku sangat bangga pada ketiga anak ku. Mereka yang selalu bisa membuat Abi dan kakek nya bangga. Kini Huma terdiam, aku juga terdiam. Aku mendidik mereka dengan kasih sayang ku. Aku ajarkan mereka agar selalu membuat Abi dan kakek nya bangga. Kyai Hafidz adalah salah satu kyai terkenal di Sumatra. Aku pasti akan selalu berusaha mendidik anak anak ku agar bisa membanggakan kakeknya.

Huma POV

Abi, ummi. Huma akan berusaha untuk menjadi Ning yang baik. Huma akan berusaha untuk membuat kalian bangga.

Gus Abidzar POV

"Mas.." Panggil Afka. "Heem" jawab ku singkat, "mboten keraos nggeh... Ning kecil kini sudah besar. Enam belas tahun". Aku tahu Afka pasti merasa iri dengan prestasi Huma. Huma memang sangat pandai, aku dan Afka menjadi Hafidz di usia delapan belas tahun. Sedangkan Huma, usia enam belas tahun. Tapi Abi pernah bilang, "adik mu itu satu satunya Ning di keluarga kita. Itu kenapa ia lebih di tuntut dan di jaga". Sejujurnya aku juga iri dengan prestasi Huma. Terbuat dari apa otaknya. Huma bisa menghafal 40 nadhom dan membacakannya tanpa salah sedikitpun. Aku sangat bangga pada adik kecil ku itu.

Gus Abidzar POV off

Kini semua keluarga senang, karena beberapa hari lagi Ning Huma akan wisuda hafidz 30 juz. Semua bergembira. Begitu juga dengan kyai Askandar, ia sangat bangga dengan putri kecilnya itu.

Aku harapan orang tua kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang