Pengajian

39 5 1
                                    

Hari ini aku tidak ingin keluar ndalem, aku lebih memilih untuk beristirahat, kata ummi malam ini akan ada pengajian, sebenarnya aku sudah biasa ikut pengajian Abi, terutama saat malam hari.

Bersholawat bersama, berdoa bersama, menangis saat mahalul qiyam, dan aku menikmati nya. Tapi kali ini berbeda, aku akan ikut bersholawat dan tampil, biasanya aku hanya duduk dan ikut mendengarkan (hehe 😅).

Kata ummi aku harus tampil dengan maksimal, jadi aku harus tidur siang, tapi entah kenapa aku tidak bisa menutup mata ku.

ku putuskan untuk melangkah ke dekat jendela, menghirup udara desa yang masih bersih dari polusi. "Begitu indah ciptaan mu ya Rabb..". Kulihat sawah yang terhampar luas di hadapan ku.

Setelah mendapat ketenangan, aku kembali menaiki kasur, ku lantunkan sholawat sampai aku tertidur.

"Huma.... Bangun nduk..." Ummi membangunkan ku, aku menggeliat dan melihat ummi yang sedang tersenyum ke arah ku, ku layangkan pandangan ku ke arah jam dinding, sudah jam tiga ternyata.

"Ummi Ajeng teng pundi?" Tanya ku saat melihat ummi sudah siap dengan gamis berwarna hijau botol. "Kita siap siap ke pengajian nggeh.. acaranya habis isya, tapi kata Abi tempat nya cukup jauh.." sementara aku ber-oh-ria.

Ummi melangkah pergi, aku memutuskan untuk mandi. Selesai mandi aku di buat bingung dengan adanya gamis warna senada dengan ummi tergantung di depan pintu lemari ku. "Hm? Kok ada baju disini?" Gumamku.

Ku lihat ada sebuah kertas di atas baju itu, kertas itu bertuliskan "pake ini ya nduk, pasti cantik".

"Ummi.." gumamku, ummi memang selalu bisa bikin anak nya ini melayang. Memang ummi gak pernah bosan untuk memberi kejutan kejutan kecil kayak gini.

Setelah selesai bersiap, aku keluar dan langsung menemui Abi.

Semua sudah siap, aku memasuki mobil dan mobil pun melaju keluar pesantren, mas kembar duduk di depan, Abi dan ummi di tengah, sementara aku di belakang.

Aku dan mas kembar sibuk melantunkan sholawat dan beberapa lagu untuk mengusir kebosanan, Abi dan ummi hanya bisa tertawa melihat kami yang tak punya lelah.

Mas Arafka terus bercerita dari awal perjalanan tadi, kami juga selalu mendengar cerita mas Arafka yang kadang lucu juga, seorang Gus Arafka membuat kang santri lari terbirit-birit hanya karna Gus Arafka memegang pundaknya saat di kebun.

Kami juga mendengar beberapa nasehat dari abi dan ummi.

Di tengah perjalanan

DUAR!!!!

"ASTAGHFIRULLAH!!!" kami semua terkejut, ban mobil kami meletus, mas kembar langsung turun dan melihat ban mobil, Abi dan ummi mulai berpikir bagaimana caranya agar bisa sampai di tempat pengajian dengan tepat waktu.

"Bisa bisa kita telat kalo gini le" ucap Abi pada mas kembar.

"Bidzar nggeh mboten ngertos pripun cara men mboten telat bi". Ucap mas bidzar sambil menunduk.

Aku memutuskan untuk keluar, melihat sekitar dan ternyata tak ada sama sekali kendaraan yang lewat. Semua sudah menyerah, kami ingin menghubungi panitia acara, tapi tidak ada sinyal di daerah itu.

"Mboten enten sinyal bi" ucapku pada Abi.

Ummi menghela nafas, "pripun Niki bi?". Ummi mulai khawatir, ummi dan Abi tak pernah terlambat jika pergi ke pengajian, mereka lebih kerap datang awal waktu.

Aku mengambil ponsel ku dan berjalan sedikit menjauh dari tempat mobil berhenti. Sangat sepi, itu satu satunya kata yang cocok untuk keadaan tempat ini, jalan nya sangat sepi, tak ada rumah, tempat ini hanya di penuhi pepohonan.

Ku angkat ponsel ku, berniat mencari sinyal, tapi hasilnya nihil, aku tak dapat berbuat apa apa.

Aku dan mas bidzar memilih untuk mencari kendaraan, siapa tau ada kendaraan lewat di jalan depan. Mas Arafka menemani Abi dan ummi di dekat mobil, mereka duduk di bawah pohon beralas tikar yang memang ada di mobil.

Sudah lima belas menit aku dan mas bidzar menunggu, tak ada satupun kendaraan yang lewat, kami memutuskan untuk kembali ke tempat Abi dan ummi.

"Bi" panggil mas bidzar, "nggeh, pripun?" Abi bertanya pada mas bidzar, mas bidzar hanya bisa menggeleng. Karna memang tak ada satupun kendaraan yang lewat.

Bisa saja kami mengganti ban mobil sendiri, tapi sayangnya mas kembar tidak membawa ban dan peralatan nya.

'author : sejak kapan Gus kembar jadi pikun gini? 😂'

'ning Huma : gak boleh gitu Thor.. orang tua kan emang gitu 😂'

'gus kembar: Astaghfirullah... Author sama adek sendiri kok sama aja ya.. 🙄'

Kami menunggu cukup lama di sini, hampir satu jam. Tak ada satu pun kendaraan di sini, hanya ada angin yang menyapa dan menggoyang kan cadar ku.

Aku masuk mobil lalu mengambil botol minum di dalam tas ku, aku berdoa lalu meneguk air minum ku.

Aku lelah menunggu, aku mendongak dan melihat langit di atas sana.

"Assalamualaikum kyai..."

Kami semua terkejut, menatap tak percaya. Alhamdulillah... Terima kasih sudah datang.









Siapa tu?? Kok ada yang dateng ya?
Apa dia malaikat penyelamat??

Maaf ya.. pendek banget.. soalnya author lagi banyak tugas nih.. ada yang sama gak?

author ngaret nih up nya... Biasalah meratapi nasib 😂

Kalo misalnya author ngaret lagi berarti emang nasibnya perlu banget di ratapi 😂🤣

Hmm.. ada yang penasaran gak sama orang yang Dateng? Kira kira siapa ya?

Author juga mau maksa kalian nih

Jangan lupa follow Instagram author..
@salmalathifah_25

Sayang deh... 💓

Makasih udah baca.. jangan lupa vote and comment

Author juga bakal up cerita baru insya Allah... Judulnya SALMA DAN SKALA, di part selanjutnya author jelasin deh...

Makasih buat kalian...

Love love ❤️🧡💛💚💙💜🖤

Aku harapan orang tua kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang