rabak, letak tunģgak.

10 0 0
                                    

rabak, rejane mambak. Reja artinya makmur, mambak artinya melimpah.
Dengan demikian makna tersirat  dukuh rabak artinya kemakmuran yang melimpah.

Kurang lebih seperti itulah para tetua desa menjelaskan kisah dukuh rabak secara bahasa. Dukuh rabak termasuk desa salamerta bagian paling barat.

Salah satu Yang menjadi simbol kemakmuran desa salamerta adalah Watu gedhe (rabak), dan sumur tlaga (tlaga), dan alas prapen (babatnya kyai wahdat).

Menurut kisah kisah para sesepuh yang gemar dengar kisah.
Leluhur menceritakan jika watu gedhe adalah petilasan kanjeng nabi solaeman yang menyempatkan diri beristirahat ketika sedang dalam perjalanan.
Saat itu ditancapkanlah tongkat nabi solaeman ke tanah. Ketika tongkat tersebut diangkat keluarlah air setelah tongkat tersebut di angkat.
Agar mengalirnya sumber air tersebut melimpah dan mengalir ke berbagai arah maka ditaruhlah batu besar di atas sumber air tersebut.
Dari tragedi tersebut penduduk rabak meyakini bahwa ditaruhnya batu besar tersebut demi mengarahkan aliran sumber air sebagai do'a kemakmuran yang melimpah.

Sampai sekarang masyarakat masih terus meyakini, bahwa watu gedhe masih menjadi tempat keramat dimana do'a dan hajat akan dikabulkan. Meski sebagian besar manusia juga terus tergerus keyakinanya terhadap hal-hal demikian.

.....
.....
.....

Suatu hari, ada seorang laki-laki datang dari desa purwasaba. Datang ke salamerta tepatnya ke dukuh rabak.
Beliau datang ke dukuh rabak hanya untuk memastikan dan mengonfirmasi cerita kakeknya yang pernah mengatakan bahwa jaman dahulu pernah ada tragedi robohnya pohon jati yang sangat besar dan tinggi. Sampai saking besarnya pohon jati itu bisa di gunakan untuk menyeberangi kali dan beberapa desa sampai menuju pasar perja (purwareja, klampok).

Adalah mbah sarno, seorang laki-laki yang memiliki kebun dibelakang rumahnya. Yang diperkirakan sebagai pemilik kebun dimana pohon jati agung itu tumbuh hingga roboh.

Mbah sarno juga yang menyambut seorang laki-laki yang datang dari purwasaba tersebut. Sayangnya mbah sarno belum sempat menanyakan nama beliau yang menanyakan kebenaran tentang keberadaan kayu jati yang sangat besar tersebut.

Namun keberadaan mbah sarno tidak cuma sebagai pewaris yang memiliki lahan tersebut, beliau juga sempat mengingat ada beberapa nama yang sempat menjumpai robohnya kayu tersebut.  Yang paling teringat bagi mbah sarno adalah ketika masih usia belasan tahun.  Di atas tunggak atau pangkal pohon ini masih sempat didirikan gubuk gedhek.
Gubuk tersebut didirikan untuk menandai sementara dan tempat bermain anak-anak di jaman dulu.

Meskipun mbah sarno tidak menjumpai tragedi ditebangnya pohon jati tersebut, tapi mbah sarno meyakini kalau pohon yang diceritakan sedikit orang melahirkan nama beberapa desa.
Yaitu desa kreyek, pagak, kali cacing, dan gendotan ( tepi kali serayu ).

jati agung, salamerta.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang