Chapter 2 - Pesta Ulang Tahun (2)

31 4 2
                                    


"Selamat ulang tahun, Fay!"

"Fay, ini hadiah dari kami!"

"Fay! Kamu cantik sekali hari ini!"

Hari ini adalah hariku. Hari dimana aku menginjak usia delapan tahun. Atap ruangan luas yang berkilauan, bunga-bunga cantik dengan aroma segar yang memenuhi ruangan, berbagai jenis makanan, minuman dan kue yang tersebar di sepanjang meja, semua ini untukku. Ucapan selamat ulang tahun, mata berbinar yang menatapku dengan rasa iri, perhatian dan pujian yang ada di dalam ruangan ini, semuanya tertuju padaku. Hari ini, akulah yang menjadi peran utama. 

Aku berdiri di depan ruangan pesta dengan senyum lebar. Teman-teman akademiku sudah hadir semua, dan inilah saatnya pesta dimulai. Saatnya memotong kue ulang tahun. Aku memotong kue lima tingkatku dengan penuh rasa bangga. Ah, tidak semua orang bisa menikmati pesta ulang tahun semewah ini. Bahkan para rakyat biasa itu belum tentu pernah melihat kue dua tingkat. Kalau bukan terpaksa, aku tidak akan mengundang rakyat-rakyat kecil yang daritadi berkeliaran tanpa tata krama itu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana mereka hidup dengan pakaian lusuh itu. Teman-teman akademi yang berasal dari kaum bangsawan yang lain hanya menghela nafas namun tetap berusaha menjaga etika dan ekspresi mereka. 

'Para rakyat kecil, kalian seharusnya mencontoh mereka, bukan membiarkan otot wajah kalian lemas dengan rahang mulut yang terbuka lebar karena takjub.' gerutuku. Ya sudah, anggap saja memberikan mereka kesempatan untuk menikmati kehidupan mewah pertama dan mungkin terakhir kalinya.

"Terima kasih atas kehadiran teman-teman semua! Suatu kebanggaan dimana teman-teman semua rela untuk meluangkan waktu kalian yang berharga hari ini. Tidak perlu sungkan, silahkan nikmati makanan dan minuman di atas meja sepuasnya!" Suara riuh tepukan tangan memenuhi seisi ruangan. Kebanyakan dari para rakyat biasa itu langsung menyerbu makanan dan minuman yang ada, sangat berbeda dibandingkan dengan para bangsawan yang lebih mementingkan koneksi.

"Selamat ulang tahun yang kedelapan, Lady Fay Arathorn. Ini hadiah dariku." ucap Lillote Pia, penerus keluarga Pia sembari memberikan sebuah bingkisan kado yang lebih besar dari kepalaku. Lillote adalah satu-satunya sahabatku di akademi, kami sudah saling mengenal sejak lahir. Akhir-akhir ini Lillote menjadi semakin cantik dan banyak orang mulai mencuri pandang kepadanya. Tapi ya tetap saja aku yang lebih cantik.

"La..Lady Lillote! I..Ini bunga mawar yang kubawa dari.. dari rumah!" ucap seorang lelaki dari kaum bangsawan lain.

"Terima kasih. Bunga ini harum sekali." Lillote tersenyum manis. Aku mendecak lidah. Ini hari ulang tahunku, kenapa dia yang dapat bunga? Ah sudahlah, mungkin saja mata lelaki itu rabun. Lillote kembali berbaur dengan teman-teman lainnya sementara aku terus mempertahankan senyumku sambil menerima hadiah.

"Lady Fay, ini adalah sarung tangan rajutanku sendiri. Aku memang belum terampil namun...kuharap Lady Fay mau menerimanya!" Meskipun kami semua seusia, tangan Mary yang memberikanku buah tangannya sendiri jauh lebih kecil daripadaku. Mungkinkah karena ia berasal dari rakyat biasa dan kesulitan untuk makan sehari-harinya? Kalau begitu, pesta hari ini akan menjadi sangat berkesan untuknya. Heh, tapi, sarung tangan dekil ini hadiah ulang tahun?

"Terima kasih Mary. Aku akan memakainya suatu hari nanti." Aku tersenyum kecil. Mary tersenyum puas dan segera kembali berbaur dengan yang lain. Yah, aku memang tidak mengharapkan hadiah spesial dari orang seperti mereka. Setelah Mary berbalik, sosok yang tidak asing datang menghampiriku. 

"Kudengar hari ini hari ulang tahunmu. Terima kasih sudah mengundangku." Lady Rose datang bersama Kak Thomas. Akhirnya mainan hari ini datang.

"Akulah yang seharusnya berterima kasih. Kuharap Lady Rose dapat menikmati acara hari ini" Aku tidak tahan untuk terus mencemoohnya dalam hati. 

"Tentu saja! Ini ada hadiah kecil dariku, isinya kue buatanku sendiri. Kue-kue ini berbentuk kelinci kesukaan Lady Fay. Kuharap Lady Fay akan makan yang banyak dan tumbuh menjadi wanita istimewa di masa depan."

'Kuharap aku tidak akan sakit perut memakan kue murahan ini.'

"Akan kumakan bersama kakak-kakakku. Kudengar Lady Rose bisa menari, bagaimana kalau anda menari di tengah untuk menghibur kami semua?" pintaku.

"Aku? Menari?"

Lady Rose menatap Kak Thomas dengan penuh tanda tanya. Kak Thomas hanya terdiam membeku. Bisa menari? Jelas tidak mungkin. Aku pernah mendengar Kak Thomas bercerita bahwa Lady Rose tidak punya bakat menari sama sekali. Para tamu lain dapat mendengarkan isi percakapan kami dengan jelas. Jika Lady Rose menolak, ia akan dianggap tidak menghormati kaum bangsawan. Jika ia menerimanya, ia hanya akan mempermalukan dirinya sendiri. 

"Emmm.. Kalau Lady Rose tidak bersedia juga tidak apa. Aku tidak seharusnya tiba-tiba memintamu menari." Aku memasang raut muka kasihan. Ini hanya tes kecil, tapi aku ingin tahu reaksinya. 

"Fay!" Kak Thomas menatapku dengan tatapan tajam.

"Thomas! Tidak apa-apa, aku akan menari. Tunggu sebentar" Lady Rose berusaha menenangkan Kak Thomas. Ia menelan ludah, namun dengan berani ia berjalan ke tengah ruangan. Kini semua mata tertuju padanya. Sebagian besar tamu undangan memang hanyalah anak seusiaku, tapi sebagian dari mereka adalah kaum bangsawan. 

'Menarilah. Aku tidak sabar untuk melihat ekspresi malumu.'

Unconsciously I Became the Villainess in My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang