And We

25 1 1
                                    

"Jiyoung-ah," teriak Ahreum temanku dari pintu masuk kantin. Wanita berambut biru langit itu berlari ke arahku. Banyak mata yang tertuju padanya, tapi seakan tak acuh. Aku kembali membaca buku Romeo dan Juliet yang sempat terjeda.

Aku duduk di ujung kantin yang jarang sekali dijamah para mahasiswa di kampus ini. Tempat ini sangat pas bagiku yang suka menyendiri. Dari sini aku bisa melihat halaman kampus yang sangat luas. Biasanya para mahasiswa akan melewati halaman itu, karena itu adalah akses masuk ketiga untuk masuk ke gedung-gedung fakultas.

Sedangkan akses utama kampus ini berupa sebuah gedung dengan berhiaskan gapura megah berhiaskan pilar tinggi aksen Yunani. Aku sendiri cukup bingung dengan desain kampus ini. Hahaha. Akses utama dengan tema ala Kerajaan Romawi, akses kedua yang menghubungkan antara gedung olahraga dan Fakultas Pendidikan sedikit bernuansa Kerajaan Mesir Kuno.

Akses ketiga kampus ini menghubungkan antara kantin dan Pusat Penelitian Sains dan Teknologi, yang di pisahkan dengan sebuah taman penuh pohon rindang. Aku pikir, Pusat Penelitian Sains dan Teknologi di kampus ini lebih cocok dengan warna putih untuk gedungnya. Tapi, entah kenapa baru-baru ini, gedung itu dicat warna biru seperti rambut milik Ahreum.

"Lihat? Betapa visionernya aku. Gedung Pusat Penelitian terinspirasi dari rambut indahku. Prof Lee memang memiliki selera yang bagus," ceracau Ahreum waktu itu.

Kantin kampus siang ini lumayan senggang. Hanya terdapat beberapa mahasiswa yang lalu lalang atau sekedar menunggu peralihan jam kuliah.

Ahreum duduk di depanku, dan dengan lancangnya dia mengambil es jeruk milikku. Setelah merampasnya, sedetik kemudian dia menyemburkan air ke arah samping.

"Ya! Ini tidak manis dan sangat asam. Kau gila? Lambungmu tidak berontak?" sembur gadis bermarga Kwon itu.

"Memangnya lambungku bisa berontak? Bagaimana caranya dia berontak?" tanyaku.

Ahreum mendengkus kesal. "Pantas saja Prof Lee selalu marah padamu. Otakmu tersendat!"

Kwon Ahreum adalah seorang mahasiswi tingkat tiga sama sepertiku. Hanya saja kami beda jurusan. Dia mengambil Teknik Kimia sedangkan aku di Hubungan Internasional. Di tahun ketiganya, Ahreum sudah mewakili kampus untuk lomba penelitian kimia murni yang diselenggerakan oleh Pemerintah Kota Seoul--dan menjadi runner-up. Karena prestasinya itu, dia dikenal seluruh penjuru kampus. Ditambah dengan gayanya yang cukup nyentrik.

Sedangkan aku, Park Jiyoung. Mahasiswi dengan kapasitas otak pas-pasan. Terkadang aku iri pada isi otak Ahreum yang begitu mudah menangkap hal-hal dengan mudah.

Aku dan Ahreum berbincang mengenai lomba penelitian yang akan Ahreum ikuti bulan depan. Dia akan dibimbing oleh Prof Lee Hyukjae, selaku Kepala Akademik dan Kemahasiswaan. Entah kenapa, padahal banyak dosen Teknik Kimia yang mumpuni, tapi Prof Lee yang turun tangan langsung. Aku pernah bertanya pada Ahreum, tapi katanya Prof Lee hanya ingin membimbingnya dan tidak ada alasan khusus.

"Jiyoung-ah, bukannya jam ini kau ada kelas?" tanya Ahreum disela menelan es jeruk asam milikku.

Aku berdeham. Kututup novel karya William Shakespeare itu dan kumasukkan ke dalam tas. Memang saat ini harusnya aku ada di kelas. Mata kuliah Politik Internasional yang diampu Prof Jungsoo sungguh membuat kepalaku hampir pecah. Bahkan terkadang aku berpikiran menyesal telah mengambil jurusan ini.

"Ya! Kwon Ahreum, apakah aku salah masuk jurusan ini? Bahkan aku tidak tahu apa itu diplomasi, politik dan semua yang terlibat di dalamnya," keluhku.

"Tentang hal dasar jurusanmu kau tidak mengerti? Lalu, bagaimana kau bisa melanjutkan semester ini?"

"Mungkin aku beruntung."

Time SlipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang