2020
Saat aku berbaring dan memejamkan mataku untuk sesaat, sepintas memori-memori tentangnya terlintas di benakku. Tuhan, kenapa aku seperti ini sekarang? Kenapa harus aku? Setetes air mata terjatuh namun aku enggan menghapus air mata itu, biarlah mengalir agar hatiku puas.
Aku buka kedua mataku dan melayangkan pandanganku ke langit-langit kamar. Aku ingat menempelkan stiker bintang yang glow in the dark dengan harapan bisa membuat hari-hariku tetap bersinar dengan tinggi seperti bintang-bintang itu. Namun apa daya jika Tuhan masih ingin menempaku agar lebih kuat lagi.
Sungguh, menangis dalam diam dan kesunyian itu sungguh menyesakkan dada. Tangisku berhenti saat teringat satu kejadian dulu. Tiba-tiba teringat dengannya, Galih.
2009
Januari
Oka-san*, temenin aku beli komik di depan sekolah ya. Pinta Lila, teman dekatku yang juga merangkap sebagai anakku di dalam keluarga kecil atau ya, bisa disebut di dalam kelompok kami yang berisikan lima orang.
Aku sebagai kakak tertua yang memiliki satu anak tanpa bapak (karena aku belum punya pacar jadi nggak ada bapaknya, kasihan Lila), kemudian ada Hany sebagai adikku yang memiliki dua anak yang bernama Citra dan Becca (mereka punya bapak karena Hanny sudah ada pacar). I know, kami sekumpulan anime freak yang suka berkumpul di saat istirahat berlangsung dan kami akan bawa komik atau anime yang lagi hits untuk didiskusikan. Konsep keluarga begini pun karena sehabis baca majalah Animonster dan kami menemukan fakta tentang Himuro Mansion—di mana satu keluarga dibantai dengan sadis dengan ritual mengerikan—dan entah mengapa, Becca mengusulkan nama keluarga Himuro Family kepada kami semua dan anehnya, kami menyetujui itu.
Dikarenakan aku yang paling tua berdasarkan bulan lahir dan karena aku selalu dijadikan tempat curhat mereka semua, aku ditunjuk sebagai kakak tertua dan yang dituakan, mereka sungguh kurang ajar memang.
Oka-san.
Eh iya, Lila. Liat nanti ya, aku mau langsung pulang.
Lila menyilangkan kedua tangannya sambil cemberut. Selalu gitu deh, Oka-san. Yaudah, aku minta temenin Becca aja sekalian mau ke tempat les.
Aku mengangguk dan kembali melanjutkan membaca komik Nakayoshi keluaran terbaru. Duh, tidak sabar untuk melanjutkan Tokyo New New.
Oka-san.
Hm?
Aku kok nggak punya papa ya?
Ya karena ga ada. Jawabku. Ya memang karena nggak ada.
Becca, Hany dan Citra mendekat. Tapi ya, Onee-chan*, kalau ada nih cowok yang bersedia jadi Papa nya Lila, kamu mau gak?
Ya boleh aja, asal cocok.
Tiba-tiba komikku diambil oleh Becca yang membuat aku melotot dan melipatkan kedua tanganku di depan dada. Give me back my comic, Ca.
Eh, dengerin dulu, Oba-san*. Jadi aku sama Lila ada temen di tempat les.
Aku menaikan sebelah alisku. Terus?
Namanya Galih, Oba-san. Kan aku sama Lila udah les lama juga terus aku udah kenal sama dia ya lumayan lama juga lah.
Bisa aku lihat dari sudut mataku kalau Hany tersenyum kecil—yang mana akhir-akhir ini jarang terjadi karena masalah yang sedang dia hadapi di rumah—dan menganggukan kepalanya pelan.
Nah, ternyata dia juga suka anime dan lain-lain gitu kan. Terus dia nyambung sama kita dan tiba-tiba aja dia mau claim Lila sebagai anaknya.
Dengan cepat aku menggeleng, aku tidak suka kemana arah pembicaraan ini namun aku tetap membiarkan Becca melanjutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless Romantic
RomancePrisma Pearline-seorang hopeless romantic yang sangat percaya bahwa suatu saat nanti akan ada Pangeran yang menjemputnya tanpa melihat rupa dan mencintainya dengan tulus dan membuatnya bahagia selama-lamanya. Dari pertama mengenal Cinta, Prisma tida...