"Akh, brug. Sialan ternyata gue mimpi. Aduh bokong gue sakit banget." Gadis polos itu jatuh dari tempat tidurnya.
"Ya tuhan, gue kesiangan." Teriak gadis itu setelah melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 7 seraya bangkit dari tempat dia terjatuh, masuk ke kamar mandi dan berganti pakaian.
"Braak." Pintu kamar di tutup dengan kencang.
"Pagi mah. Cup." Gadis itu mencium pipi sang mama yang sedang sibuk menyiapkan sarapan.
"Aku langsung pergi Mah." Ucap gadis itu tergesa-gesa. Menyambar kunci mobil yang tergeletak di atas nakas.
"Hei tunggu, sarapan dulu. Kamu ini mau wisuda masih aja kesiangan kaya gitu, setelah bekerja kamu harus bisa memanage waktu, sayang." Ucap mama nya. Mama nya khawatir jika perusahaan sudah di berikan padanya dia terus terlambat untuk bekerja.
"Udah gak sempat Mah, udah kesiangan ini. Iya mah, iya, aku akan berusaha memanage waktuku nanti, sesuai permintaanmu." Ucap gadis itu seraya melangkah keluar rumah.
"Ya udah nanti mama nyusul ke kampus untuk menyaksikan kelulusanmu. Hati-hati di jalan."
"Gadis ini selalu bersikap seperti itu, bahkan tidak menghiraukan perutnya." Ucap mama nya lagi.
"Kak, adek ikut nebeng mobil kakak ya." Teriak adik nya keluar dari kamarnya, seraya mengejar gadis itu.
"Aduh dek, kakak udah terlambat banget ini, naik bis lah."
"Ishh kakak pelit, adek sumpahin mobil kakak mogok. Weeee." Umpat adiknya kesal seraya menyumpahinya dengan menjulurkan lidah.
Gadis itu tidak menghiraukan umpatan dari adiknya, yang dia fikirkan dia harus cepat-cepat pergi karena sudah terlambat.
Terburu-buru keluar rumah dan masuk ke mobil yang terparkir di depan rumah. Menyalakan starter mobil dan menginjak pedal gas.
Awal perjalanan lancar, namun di tengah jalan.
"Brum, brum. Ckit. Hei kenapa mobil ini. Jangan-jangan mogok." Terus menerus mencoba menyalakannya, namun sia-sia, tetap tidak bisa nyala mobil itu.
Gadis itu pun ke luar dari mobil dan membuka kap mobil.
"Wusshh. Uhuk, uhuk." Asap keluar dari balik kap mobil nya dan dia terbatuk-batuk.
"Oh tuhan, benar-benar mogok, bagaimana ini? Kenapa harus mogok di saat seperti ini sih? Bukan waktunya untuk kesal, aku harus cepat-cepat, taksi mana taksi?" Mengambil tas, handphone dan kunci mobil. Lalu meninggalkan mobilnya setelah terkunci.
"Taksi?" Melambaikan tangan ke arah taksi yang lewat.
"Heh, kamu, dek." Terkejut ketika melihat di dalam taksi ada adiknya. Adiknya hanya menyeringai tersenyum.
"Hallo kakak ku yang cantik." Menyapanya setelah dia duduk di sebelah adiknya.
"Mobilmu mogok kak?" Melihat ke arah mobil kakaknya dengan mata yang membulat.
"Sudahlah, kamu ingin meledekku karena aku tidak mengajakmu tadi."
"Hehehe, gak lah ngapain aku meledek kakak ku yang cantik." Terkekeh dengan kekesalan kakaknya saat ini.
"Pak ke universitas negeri XY." Ucap gadis itu.
"Hei ini taksiku. Aku yang pertama memesannya. Pak sesuai pesanan ku tadi. Sekolah SMA negeri." Adiknya tak mau mengalah.
"Maaf ini taksi saya, kalian berdua kalau ingin berdebat silahkan ke luar dari taksi saya." Ucap driver taksi itu kesal.
"Ah, tidak pak, saya harus cepat-cepat ke kampus pak, saya akan di wisuda pak, bapak lihat kan pakaian saya ini. Saya akan bayar ongkos nya dua kali lipat pak. Tapi tolong cepat jalan pak."
"Hey! Kakak curang. Ikh ya sudahlah, ke kampus kakak dulu, Pak." Akhirnya adiknya itu pun mengalah karena mendapat pelototan dari kakaknya.
Taksi itu pun sampai ke universitas yang di maksud. Gadis itu memberikan ongkos sesuai janjinya, dan segera menghambur keluar, berlari ke arah ruangan aula.
"Huh, huh, huh." Mengatur nafasnya yang tersengal-sengal karena berlari kencang.
"Astaga, gue kira loe kemana. Kenapa loe kesiangan sih? Padahal ini hari terakhir di kampus." Tanya temannya yang sudah memakai toga.
"Gue tadi bangun ke siangan dan mobil gue mogok di tengah jalan." Bisiknya pada temannya.
"Untung belum lambat banget, baru penyambutan aja. Bentar lagi pengumuman mahasiswa dan mahasiswi yang berprestasi. Loe siap-siap di panggil. Nad." Ucap temannya.
Namaku Nadia Purwawijaya, anak pertama dari keluarga Purwawijaya. Hari ini hari terakhir kuliahku, aku mengambil jurusan bisnis karena mendiang ayahku ingin aku jadi penerus nya, memimpin perusahaan yang sudah di bangunnya bertahun-tahun. Setelah ayahku meninggal beberapa tahun yang lalu, ibuku lah yang memegang perusahaan sementara sampai aku lulus kuliah.
Wijaya Corporation inilah nama perusahaan mendiang ayahku.
"Baiklah sekarang sambutan untuk mahasiswa dan mahasiswi yang berhasil mendapatkan penghargaan atas dedikasi nya selama ini untuk Universitas kita."
"Mereka adalah_"
"Mari kita sambut mahasiswa tercinta kita dengan prestasi yang sangat mengagumkan beberapa tahun ini, selamat kepada saudara Rian Pramutama, kami persilahkan untuk naik ke panggung menerima penghargaan nya."
"Prok, prok, prok." Suara tepuk tangan menyambut mahasiswa tersebut, dan yang di panggil pun berdiri, lalu melangkah ke atas panggung.
"Nad, saingan loe." Ucap teman di sebelah gadis itu. Gadis itu hanya menoleh ke arahnya saja.
"Tidak berlama-lama, kita akan menyambut mahasiswi yang tahun ini pun mendapat prestasi yang sangat mengagumkan, bukan hanya di tahun ini saja, tahun-tahun sebelumnya nya pun beliau mendapatkan prestasi-prestasi yang terus meningkat. Kita sambut saudari Nadia Purwawijaya, di persilahkan untuk naik ke atas panggung."
Suara riuh tepuk tangan peserta wisuda memenuhi ruang aula. Nadia pun berdiri dan melangkah menuju atas panggung. Berdiri di samping Rian Pramutama.
Rektor pun melangkah menghampiri mereka, memberikan piala, piagam dan medali sebagai penghargaan kepada Rian.
Sedangkan Nadia di tambah dengan buket bunga. Mereka pun bersalaman."Apa ada yang ingin kalian sampaikan?" Tanya rektor kepada mereka berdua.
"Tidak ada pak." Ucap Rian, lalu melangkah turun dari panggung.
Begitupun Nadia, setelah kembali bersalaman dan mengucapkan terimakasih banyak kepada sang rektor dia pun turun dari atas panggung, lalu duduk kembali di tempatnya.
Setelah acara pemberian penghargaan kepada siswa dan siswi yang berprestasi di lanjutkan dengan acara wisuda pelulusan.
Semua siswa di panggil satu persatu untuk menerima ijazah dan pemindahan tali topi toga hingga selesai, setelah itu mereka keluar aula berkumpul di lapangan untuk sesi pemotretan.
Setelah itu semua peserta wisuda melempar topi wisuda ke udara untuk selebrasi.
Orang tua para peserta pun menyaksikan kelulusan anak-anak mereka.
"Mah?" Ucap Nadia setelah melihat mama nya berjalan menghampirinya dengan tersenyum bangga.
Mereka pun berpelukan, air mata bahagia tidak bisa di bendung lagi, turun membasahi ke dua pipi mereka. Mama nya menciumi pipi anaknya, penuh keharuan.
-bersambung-
Hai salam kenal Readers.
Ini novel pertamaku di siniSalam kenal untuk kalian semua
Dan tolong bantu like ya.Semoga kalian suka
Terimakasih
Selamat membaca-darkorchid-
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengorbanan " Let me be happy"
RomanceMaaf aku harus berkorban, walau aku akan terluka tapi ini demi kebahagianmu. Aku tidak pantas untuk kamu miliki, aku akan sakit tapi tidak akan sesakit jika suatu hari harus kehilanganmu, jalani hidupmu penuh kebahagiaan, aku akan selalu ada untukmu...