Semua orang ketakutan. Para manusia-manusia bumi menutup pintu rumahnya. Tidak ada interaksi seperti biasanya.Tegur sapa secara berjauhan, muka tertutup sehelai kain yang terkadang membuat pengap.
Entah bencana atau ujian yang kini menimpa bumi, memang benar, semua yang berawal dari manusia untuk manusia.
Aku Cahaya, gadis berumur dua belas tahun, di sini, di stasiun kota. Aku akan menaiki kereta yang mengantarkanku pulang ke Jakarta, di samping ku ada Ayah, namun di samping ayah tidak ada Ibu, Ibu pulang ke Bandung. Tidak mau bertemu ayah lagi, kedua orangtua ku bercerai.
"Yang bertanda silang merah dimohon untuk tidak diduduki, semua penumpang diharapkan untuk jaga jarak aman minimal satu meter. Gerbong satu siap ditumpangi, selalu mentaati protokol kesehatan dan semoga selamat sampai tujuan!" suara perempuan itu menggema di seluruh penjuru stasiun. Aku ditarik oleh ayah untuk segera memasuki kereta api.
Ayahku seorang dokter, pergi pagi pulang malam. Malam saat aku sudah tertidur, dan pagi saat aku belum terbangun. Apabila tidak ada photo ayah di galeri ponsel ku, mungkin aku tidak akan pernah mengenali wajah ayah.
Sebenarnya kepergian kami berdua ke Bandung, ingin membujuk Ibu untuk kembali ke Jakarta, Ayah ingin keluarganya harmonis seperti semula. Namun baru saja kami sampai di stasiun Bandung, Ayah mendapat panggilan dari atasan nya untuk segera masuk rumah sakit. Ada pasien berdatangan dari hari ke hari, kami harus menunggu lima jam untuk kembali ke Jakarta. Intinya, hari minggu ini liburanku adalah duduk di stasiun. Tanpa bertemu ibu.
Aku masih bingung dengan apa yang terjadi, kemarin Ujian Sekolah ku ditunda, tapi sekarang belum juga mendapat kabar. Semua orang tidak bersalaman seperti biasanya, tidak boleh duduk di tempat yang diberi tanda silang, dan harus menggunakan masker.
Jaga jarak. jaga jaraklah yang sedari tadi aku dengar.
Apakah semua orang di sini sudah tidak mau lagi bersosialisasi? Apa semua orang ingin bermusuhan? Mengapa semua orang saling berjauhan?
Ada apa ini? Apakah akan selamanya seperti ini? Karena apa ini? aku takut.
Mohon, aku ingin kembali hidup normal. Bukan dikelilingi oleh kebingungan.
•••
Sepatah dua patah kata dari Author:
"Ingin sekali aku buat cerita yang sedikit berbeda dari cerita-cerita aku yang lain, tentunya aku terinspirasi dari kehidupan nyata saat pandemi yang luar biasa ini. Walaupun judulnya 'Bumi' agak berat dan kelihatan berteori, tapi aku bakalan buat cerita yang ringan dan semua orang bisa enjoy bacanya. Mohon maaf apabila ada hal yang membuat tidak berkenan, kritik dan saran dipersilahkan."
Salam manis,
Airis Yulia
KAMU SEDANG MEMBACA
Earth
General FictionStory *4 by Airis Yulia Kali ini, aku akan menceritakan bumi. Padahal dulu, yang selalu aku ceritakan adalah langit atau planet-planet lainnya. kali ini, aku akan menceritakan soal manusia. Padahal dulu, yang selalu aku ceritakan adalah alien atau m...