prompt dari goblet of fire, chapter eighteen: "the weighing of the wands"
part of "bridge".
unbeta'ed.
400+ words.
for more infos visit the author's notes.——————————
"Kau menyukainya, Potter?"
Piring berisi treacle tart yang Harry pegang terjatuh. Denting piring pecah berasa terdengar dari kejauhan dan pria itu tidak menggerakkan badan untuk membersihkan kekacauan ataupun menyelamatkan kue tar favoritnya. Treacle tart tidak penting lagi ketika santapan yang lebih nikmat telah menyajikan diri ke hadapannya.
Harry menegakkan badannya di atas sofa kulit, menatap sosok yang berdiri di ambang pintu lorong.
Pandangan matanya merembet dari bawah ke atas: lutut sewarna gading dibungkus oleh stoking hitam, ujung atasnya dikaitkan menggunakan sock garters kepada celana dalam wanita berenda; material sutra merah itu membungkus apa yang tak salah lagi adalah kegairahannya.
Semakin ke atas, hamparan kulit mulus dari perut, torso, hingga leher menyambut mata Harry yang kian melebar. Dia merasakan napasnya menderu, jantungnya berdegup menyakitkan, badannya seakan dibakar api birahi yang nyaris tak terbendung. Seluruh aliran darahnya menuju ke selatan; celana jinnya sangat sempit sekarang.
Harry menelan ludah dan mengangkat kepalanya lebih tinggi lagi, menghadapi wajah sang pemilik tubuh. Semuanya sudut-sudut tajam nan elegan. Hidung mancung aristokratik, tulang pipi tinggi yang sedang bersemburat merah, surai pirang putih halus, serta netra merkuri sebagai mahkota kemuliaan. Ialah kekasihnya, cinta hidupnya, manusia paling menawan yang pernah dia temui—Draco Malfoy.
Tadi, Draco bertanya apakah Harry suka. Tidak, Harry tidak 'suka'. Harry tergila-gila.
"Paling menawan" saja sebetulnya suatu pernyataan yang meremehkan keindahan mahakarya agung ini.
Draco terlihat, sungguh tidak ada kata-kata lain, laksana malaikat paling spesial di antara ribuan malaikat lainnya, yang hanya turun ke bumi demi memberkati orang-orang yang sudah berjasa besar terhadap dunia seperti Harry. Ia bagaikan mimpi basah dan Monet terpadu padan menciptakan satu-satunya hal yang dapat membuat Harry bertekuk lutut dan mulutnya berbusa dalam kalimat-kalimat pemujaan.
Sesudah menerima fakta bahwa dirinya benar-benar seberuntung ini, Harry melompat ke arah Draco, membuatnya mundur hingga ke tembok. Harry berjalan bak predator mengepung mangsanya, tetapi kepala Draco tetap terangkat angkuh, kegentaran nihil terpampang. Dia memang tak pernah mau tunduk dengan mudah (meskipun toh nanti tunduk juga).
Harry selalu menyambut tantangan itu dengan penuh antusias.
Akhirnya, Harry sampai di depan perjamuannya. Napas Draco tercekat. Dari jarak sependek ini, Harry bisa melihat bintik-bintik tipis baru menghiasi pundak dan pipi Draco. Dia pun mencintai mereka sebagaimana ia mencintai segenap tubuh Draco seperti biasanya.
Harry menundukan kepala beberapa senti agar bibir ranumnya mencapai telinga Draco.
Dia mencengkeram lengan Draco—warnanya kontras dengan kulit umber Harry—seraya menggeram. Sepatah kata yang dengan sadar terucap berasal dari lubuk jiwanya.
"Milikku."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐞𝐯𝐞𝐧 𝐡𝐞𝐥𝐥'𝐬 𝐦𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐜𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐧𝐨𝐭 𝐬𝐞𝐩𝐚𝐫𝐚𝐭𝐞 𝐮𝐬.
FanficDRARRY | boy x boy intinya, si codet dan uler slytherin jatuh cinta kalo di kamusku. udah itu aja. [IND & ENG] DISCONTINUED. One-shot author bakal dipindah ke book lain