Saat Sofi dan Rahma sedang menunggu teman-teman yang lain untuk pulang, tiba-tiba Amir melintas dihadapan mereka. Sofi terdiam sejenak hingga akhirnya memutuskan mengejar Amir yang sudah berjalan jauh didepannya.
"Rahma, aku duluan ya. Sama Amir," pamit Sofi sebelum berlari menyusul Amir.
Rahma tertawa dan mengiyakan.
"Amir! Tungguuuu,"
Amir pun berbalik dan menemukan Sofi yang tengah berlari mengejarnya. Setelah Sofi sampai, mereka pun berjalan beriringan.
"Amir," panggil Sofi.
"Apa?"
"Bener Indra suka teleponan sama Asya?"
Amir bingung harus menjawab apa. Ia takut Sofi kembali bersedih apabila ia menjawabnya dengan jujur.
"Hmm... Suka." Amir memilih untuk menjawab jujur. Tapi buru-buru ia tambahkan ketika ia melihat raut wajah Sofi yang tiba-tiba berubah sendu.
"E-eh, tapi Indra sama Asya mah bercanda doang."
Sofi terdiam beberapa saat. Lalu beberapa detik kemudian ia kembali bertanya.
"Indra baik ga, sih?"
Tidak ada jawaban dari Amir. Ia memilih untuk berjalan beberapa langkah lebih depan dari Sofi.
Pada akhirnya Sofi sadar, sekarang sudah saatnya untuk mundur dan membuka lembaran baru, persis seperti apa yang Indra lakukan. Karena ia pikir tidak seharusnya ia mempertahankan hubungan yang penuh dengan ketidakpastian. Hah, hubungan tanpa status, katanya? Ia yakin salah satu dari pasangan tersebut pasti akan berpaling perlahan lahan.
Ya, ia akan membuka lembaran baru.
Mungkin dengan seseorang yang sedang berjalan beberapa langkah didepannya.